Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A.H. Mahpudin
"Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia. WHO melaporkan, di seluruh dunia setiap tahunnya ditemukan tidak kurang dari 8 juta kasus baru. Indonesia diantaranya merupakan negara penyumbang kasus TBC terbesar ketiga setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah kasus TBC di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 627.047 penderita, 281.946 diantaranya termasuk kategori TBC paru BTA positif. TBC paru BTA positif adalah jenis TBC yang sangat menular sehingga apabila tidak dilakukan pengobatan yang adequat dapat menularkan kepada 10-15 penderita baru dalam setahun. Risiko terjadinya penularan akan lebih tinggi pada orang yang dekat dengan sumber penular Kondisi lingkungan, status sosial ekonomi, gaya hidup, genetik dan adanya penyakit lain seperti diabetes, campak dan HIV merupakan faktor risiko yang selama ini diyakini berhubungan dengan kejadian tuberkulosis. Namun penelitian tentang faktor risiko tersebut di Indonesia masih jarang dilakukan. Ketersediaan data sekunder dari Survei Prevalensi TBC Nasional dan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2004 (Susenas) yang terintegrasi, menarik minat penulis untuk memanfaatkan data ini untuk menganalisis beberapa faktor risiko TBC paru.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah, faktor sosial ekonomi dan faktor respon biologis terhadap kejadian TBC paru BTA positif pada penduduk dewasa di Indonesia.
Penelitian ini memakai rancangan studi kasus kontrol tidak berpadanan, dengan menggunakan perbandingan kasus kontrol 1:4. Sampel penelitian adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang menjadi sampel Susenas 2004 dan dilakukan pemeriksaan sputum BTA pada Survei prevalensi TBC 2004. Jumlah sampel terpilih sebanyak 380 orang yang terdiri dari 76 kasus dan 304 kontrol. Penduduk yang berdasarkan pemeriksaan sputumnya menunjukan hasil BTA positif ditetapkan sebagai kasus. Sedangkan yang menjadi kontrol adalah penduduk yang sputumnya menunjukkan hasil BTA negatif dan berasal dari wilayah kecamatan yang sama dengan kasus. Kontrol dipilih secara acak. Untuk menguji hipotesis digunakan uji Kai Kuadrat dan untuk melihat derajat hubungan menggunakan nilai Odds Rasio dengan CI 95%.
Berdasarkan basil penelitian ditemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC Pam BTA positif adalah keberadaan sumber kontak serumah OR 3,46 (1,316;9,091) kondisi rumah yang berlantai tanah OR 2,2 (1,135;4,269) dan pendapatan perkapita OR 2,145 (1,249;3,683). Berdasarkan temuan tersebut penulis menyarankan kepada pembuat kebijakan agar melaksanakan program khusus terhadap masyarakat golongan ekonomi rendah, terutama dalam hal program upaya penemuan penderita sedini mungkin, memberikan pengobatan secara cepat guna memutus rantai penularan, melaksanakan program active case finding dan untuk jangka panjang perlu dijalin kerjasama dengan lintas sektor terkait untuk melaksanakan program rumah sehat bagi kalangan masyarakat yang mempunyai status sosial ekonomi rendah.

Tuberculosis (TBC) is still become the word health problem. WHO reported that every year in the word has been founded not less than 8 millions of new cases. Indonesia is the third biggest countries which contribute TB cases after India and China. It is estimated the number of TB cases in Indonesia in the year 2003 was 627.047 infected, 282.946 among it was the category of pulmonary tuberculosis with smear positive. Pulmonary tuberculosis with smear positive is a kind of TB which is very infectious, so it should have adequate treatment, unless it will spread to 10-15 new patients within a year. The people who are close to the source of disease have the high risk to be infected.
The environment condition, social economy status, life style, genetic and other disease such as diabetes, measles and HIV are believed has the relation with TB. But research about those risk factors in Indonesia is rarely done. The interest of the writer to analyze same risk factor of pulmonary TB is based on integrated of availability of secondary data from National TB Prevalence Survey (SPTBC) and National Social Economy Survey (Susenas) year 2004.
The purpose of this research is to know the relation between the house environment condition, social economy factor and biologic response toward pulmonary TB with smear positive cases for adult in Indonesia.
The research is using unmatched case control study, with comparison of 1 : 4 case and control. The sample of this research is the people of 15 years old and above, which was the sample of Susenas 2004 and was examined by sputum smear microscopy in SPTBC 2004 Survey. The number of chosen sample is about 380 person, consisting of 76 cases and 304 controls. The people whose sputum smear positive, decided as a case, but the people from the sputum smear negative decided as control. Control was chosen randomly. To test these hypotheses, chi square is used and to see the relation degrees of Odds Ratio with Cl 95% value is used.
The research found that the factors which association with pulmonary TB smear positive is the availability of contact source in one house OR 3, 46 (1,316 ; 9,091), the condition of the house with soil floor OR 2.2 (1,135 ; 4,269) and private income OR 2,145 (1,249 ; 3,683). According to those finding, the writer advise to the policy maker to take special program for the people with low income, especially the program of finding the infected person as soon as possible to heal them with proper treatment. to cut the cycles of infections, to make program of active case finding program and for long term, there should be cooperation between other sector related to activate healthy house program for the people with low income.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19068
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dega Tri Ananthadevi
"Kampanye sebagai alat komunikasi sebuah organisasi atau institusi berperan penting dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Seringkali tercapainya tujuan organisasi ditentukan oleh kampanye yang dilakukan kepada populasi sasarannya. KEHATI sebagai sebuah organisasi pengumpul dana untuk pelestarian lingkungan melakukan kampanye pelestarian keanekaragaman hayati dengan populasi sasaran anak-anak usia 10-12 tahun (kelas 4-6 SD). Medium yang digunakan adalah Buku Seri Keanekaragaman Hayati.
Terkait dengan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati tersebut peneliti rnemandang penting untuk melakukan evaluasi pada tahap formatif, proses maupun tahap sumatif. Dari evaluasi yang bersifat menyeluruh tersebut, dapat diperkirakan efek kampanye berupa pelestarian keanekaragaman hayati oleh populasi sasaran anak-anak.
Dan hasil evaluasi diperoleh gambaran bahwa kampanye yang dilakukan oleh KEHATI berpeluang untuk berhasil. Hal ini disebabkan kredibilitas tinggi yang dimiliki KEHATI sebagai organisasi yang bergerak di bidang pelestarian keanekaragaman hayati. Hal lain yang turut mempengaruhi peluang keberhasilan kampanye adalah perencanaan / pemilihan obyek komunikasi, populasi sasaran, pesaing komunikasi, pemanfaatan aspek pendukung komunikasi yang konsisten dengan pelaksanaan kampanye. Hasil yang tercatat peneliti adalah populasi sasaran kampanye mengalami perubahan pemahaman, munculnya sikap mendukung dan kecenderungan periiaku yang sesuai dengan tujuan pelestarian keanekaragaman hayati.
Namun demikian masih terdapat beberapa kelemahan dalam kampanye ini, berupa kurang fokusnya perumusan tujuan maupun distribusi penyebaran materi kampanye berupa Buku Seri Keanekaragaman Hayati, yang jika tidak memperoleh perhatian dapat mengganggu proses kampanye berikutnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika kampanye selanjutnya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas, maka potensi keberhasilannya akan semakin besar. Namun jika kampanye selanjutnya dilakukan dengan tidak memperhatikan hal-hal tersebut, maka potensi keberhasilannya akan berkurang.
Secara akademis, hash evaluasi pada penelitian ini hanya bersifat menggambarkan potensi keberhasilan kampanye pelestarian keanekaragarnan hayati yang dilakukan oleh KEHATI, tanpa berupaya mengukur keberhasilan berupa terpeliharanya keanekaragaman hayati yang menjadi tujuan utama kampanye. Sehingga disarankan, perlu ada penelitian berikutnya yang berupaya mengukur korelasi antara pelaksanaan kampanye dengan keadaan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Secara praktis, direkomendasikan agar pada pelaksanaan kampanye - khususnya yang memiliki kesamaan karakteristik dengan kampanye KEHATI - agar menetapkan tujuan yang terfokus. Penetapan tujuan yang terfokus harus benar-benar diperhatikan sebab hasil kampanye sangat dipengaruhi oleh tujuan awal yang ditetapkan. Disamping perumusan tujuan yang terfokus, distribusi pesan kampanye pun harus diperhatikan, sehingga pesan memiliki potensi yang besar untuk dapat mencapai seluruh populasi sasaran - dengan kesempatan yang sama, dan dengan demikian dapat memperbesar peluang tercapainya keberhasilan tujuan kampanye."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Due to scientific uncertainties and political problems, policymakers rely on socially constructed norms when drafting what they hope to be an efficient patent system....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"indonesia faces dilemmatic situation, such as drought during dry rainy season. The main problems in occurrence of flood, land slide and water body's sedimentations are rain..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sathaporn Satsue
"ABSTRACT
This study investigated the phytochemical screening and biological activity of Sesbania grandiflora ( L. ), locally named as "Khae ban", bark extractions, which were soft and hard barks. The phytochemical screening was carried out on the extraction of each particular bark with 95% Hexane, 95% Ethyl acetate, and 95% Ethanol for Alkaloids, Steroids, Tannins, Flavonoids, and Terpenoids. The anti-inflammatory activity was also evaluated for scavenging of nitric oxide free radicals ( NO), and the collagen extent was determined by Hydroxyproline assay. The results from phytochemical screening indicated that the 95% of ethanol extraction of hard bark provided a more positive result than those of others. The hard bark's extraction showed IC50 value ranging from 45.83 ± 14.95 to 254.86 ± 7.58 microgram per milliliter, which was a significantly statistical difference (P<0.05) from scavenging of nitric oxide free radicals (NO), and higher activity than that of soft bark. However, the highest activity of soft bark's extraction was found in 95% of Ethyl acetate with IC50 value of 470.24 ± 3.63 microgram per milliliter. In hard bark's extractions, the 95% ethanol extraction not only showed the highest activity (IC50 value of 45.85 ± 47.78 microgram per milliliter), but at the low concentration of extraction had collagen content of 49. 89 microgram per milliliter, which was higher than that in other solvents. This research indicated the Khae ban's hard bark extraction in 95% of ethanol and potentially able to be developed as a cosmeceutical product or mouth sore product treating mouth ulcer."
Pathum Thani: Thammasat University, 2019
670 STA 24:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agrippina Maria Winardi
"

Latar belakang: Stabilitas sekunder memiliki pengaruh besar terhadap oseointegrasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan perawatan implan. Desain thread implan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi stabilitas implan. Namun belum banyak penelitian yang menganalisa pengaruhnya terhadap stabilitas sekunder. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental yang mengevaluasi stabilitas sekunder 44 buah implan dengan jenis implan BL (Bone Level) dan BLT (Bone Level Tapered) masing-masing berjumlah 22 buah implan. Stabilitas implan diukur sebanyak 3 kali pada setiap implan menggunakan alat RFA (Resonance Frequency Analysis). Rerata nilai ISQ (Implant Stability Quotient) akan didapat pada saat pemasangan implan, 1 bulan, dan 2 bulan setelah pemasangan implan. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai ISQ yang signifikan antara nilai saat pemasangan implan dibandingkan nilai saat kontrol 1 bulan serta kontrol 2 bulan setelah pemasangan baik pada kelompok BL maupun BLT dengan nilai p < 0,05. Namun, tidak ada perbedaan nilai ISQ yang signifikan antara implan berdiameter 4,1 mm dan 4,8 mm pada jenis implan BL maupun BLT naik pada saat pemasangan implan, saat kontrol 1 bulan, dan kontrol 2 bulan setelah pemasangan dengan nilai p = 0,21. Kesimpulan: Jenis desain thread implan bone level tidak mempengaruhi stabilitas sekunder. Faktor lain seperti diameter implan juga tidak mempengaruhi nilai stabilitas sekunder baik pada jenis implan BL maupun BLT.

 


Background: Secondary stability greatly influences osseointegration, which ultimately affects the success of implant treatment. Though implant thread design is one important factor influencing implant stability, not many studies have analyzed its impact on secondary stability. Methods: This quasi experimental study involving 44 implants evaluated the biological stability of threaded implants with cylindrical (bone-level; BL) and tapered (bone-level tapered; BLT) designs. Implant stability was evaluated for each implant at 3 time parameters using resonance frequency analysis. A mean implant stability quotient (ISQ) value was calculated for each measurement time. Results: A significant increase in the ISQ value was found at each time parameter consecutively in both implant design groups (P < 0.05). No significant difference was noted in ISQ value between the groups at all 3 time parameters (P = 0.05). There was also no significant difference in the ISQ value at all 3 time parameters between implants with diameters of 4.1 mm and 4.8 mm in the BL and BLT implant groups (P = 0.21). Conclusion: The implant thread designs of BL and BLT implants did not affect the secondary stability. Factors such as implant diameter also did not affect the secondary stability in either implant group.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diansyah Putri FH
"Salah satu metode pengolahan limbah cair secara biologis adalah dengan menyisihkan substansi-substansi organik yang terdapat dalam limbah cair tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimanfaatkan bisa merupakan mikroorganisme aerob ataupun mikroorganisme anaerob. Fokus dalam penelitian ini adalah proses biologis yang menggunakan mikroorganisme aerob. Untuk menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme ini, dilakukan proses aerasi, yakni melarutkan oksigen kedalam air limbah, dengan alat yang disebut aerator, Alat ini mensuplai oksigen kedalam air limbah, dan melakukan mixing (pengadukan), sehingga terjadi kontak yang memadai antara lumpur yang mengandung mikroorganisme dan bahan organik yang terdapat didalam limbah. Kemudian diendapkan di bak sedimentasi dan ditarik oleh pompa. Pada unit pengolahan yang umum dipakai, aerator dan pompa merupakan dua komponen yang berbeda dan terpisah, sehingga lahan yang dipakai relatif luas dan biaya yang digunakan cukup mahal. Oleh karena itu, diusahakan menggabung keduanya dengan konsep airlift pump. Penggabungan fungsi komponen aeralor dan pompa tersebut telah dilakukan oleh Agus Subiyakto dengan menggunakan konsep airlift pump. Alat ini disebut aeralor pump, dengan komponen utama blower dan baling-baling (rotating blade). Selama 9 tahun alat ini diterapkan di lapangan, ditemukan kendala yaitu tidak efektifnya alat ini jika limbah yang diolah mengandung serat atau debris. Serat (debris) yang terdapat dalam air limbah tersebut menyangkut pada sela baling-baling (rotating blade). Tersangkutnya serat ini menurunkan kinerja alat karena kontak yang terjadi antara permukaan gelembung udara dan air limbah berkurang sehingga suplai oksigen juga berkurang. Karena itu, pada penelitian ini akan dicoba menggantikan rotating blade dengan fixedscrew cylinder. Dari modifikasi ini, dicoba membuat 21 buah alat dengan variasi sudut ulir dan luas kanal, sehingga dapat dibandingkan alat mana yang paling efektif dalam menghasilkan debit optimum dan menaikkan nilai DO air limbah. Dari percobaan yang dilakukan, diambil data debit air dan nilai DO yang dihasilkan, sebagai parameter utama untuk melihat efektivitas ke 21 alat tersebut. Selain itu digunakan rumusan debit yang diturunkan dari rumusan kerja air dan udara, sehinga didapatkan nilai ? yang menggambarkan efisiensi alat dan fraksi udara pada tekanan tertentu. Setelah diamati, ternyata Debit optimum terbesar dihasilkan oleh alat aerator pump 18, dengan diameter kanal 5/8 inch, luas kanal sebesar 0.000197832 m_ dan sudut kanal 60"" , dengan nilai debit yang dihasilkan sebesar 1,4.10

"One of biological waste water treatment methods is by separating organic substances from the waste water with the help of microorganisms. Microorganisms which are used can be either aerob or anaerob. The focus of this research is the biological process using aerob microorganisms. Aeration process is undertaken to keep these microorganisms alive, by dissolving oxygen into the waste water using a device called aerator. The device is supplying oxygen into the waste water and doing a mixing process so that there is a sufficient contact between the mud, which contain microorganisms and the organic substances which in the waste water. Then, it will be settled in sedimentation tank and sucked out by the pump. In generally used treatment unit, aerator and pump are two separated and different components, so that it needs a relatively big area and expensive cost. That's why we tried to unite these two components with using airlift pump concept. The uniting of these two components function has been done by Agus Subiyakto with using airlift pump concept. The device is called aerator pump, with its main components are blower and rotating blades. During 9 years application in the field, he encountered a problem that the device is not being effective when the waste water contain fibers. The fibers that in the waste water are stuck among the rotating blades and it decrease the device's working ability because contacts between the surface of air bubbles and the waste water is decreasing so that the oxygen supply is cecreasing as well. To overcome the problem, we tried to replace rotating blade with fixedsrew cylinder. From this modification we tried to make 21 devices with variation in screw's angle and cross section area so that we can compare which is the most effective and resulting optimum discharge and increasing Dissolved Oxygen (DO) amount of the waste water. Data of water discharge and DO amount produced are taken from tests. These data are the main parameters to see the effectiveness of those 21 devices. Beside of it, discharge formula which a result from differentiating the air and water energy formula is used so that we can get ? which shows the effectiveness of the device and air fraction under certain pressure. After being observed, it turned out that the biggest optimum discharge is from the aerator pump device 18, with screw's diameter of 5/8 inch, cross section area of 0,000197832 m_ angle of 60_ and discharge amount of 1,4.10-5 m_s. The biggest DO amount which increasing is produced by the aerator pump device 6, with screw's diameter of 5/16 inch, angle of 70"" and the increasing of DO amount of 5,48 mg/L. And based on the ? amount, then the device which produces the highest dissolved air fraction and efficiency is the aerator pump 7, with srew's diameter of 5/16 inch, angle of 75_ and ? amount of 0.0318923168."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Ali
"ABSTRAK
Bioteknologi pengolahan air limbah akhir-akhir ini semakin menjadi tumpuan dan
harapan untuk pengendalian pencemaran (sistem sanitasi dan kelangsungan kehidupan)
secara efisien, efektif dan "low cost." ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
dampak yang akan ditimbulkan oleh fenomena-fenomena industrialisasi pertambahan
penduduk dan peningkatan aktivitas kehidupan, seperti :
- Semakin meningkatnya kebutuhan terhadap air bersih.
- Peningkatan kuantitas dan keanekaragaman air limbah (domestik maupun industri) yang dihasilkan.
Disebabkan oleh berbagai kendala dan tantangan yang muncul, rekayasa biologi
dalam Sistem Pengolahan Air Limbah semakin menunjukan trend kearah nilai
kompetitif dan komparatif dari aspek-aspek ekonomi. disain, efektifitas, efisiensi dan
keamanan dari suatu sistem.
RBC (Rotating Biological Contactor) merupakan salah satu "inovasi teknologi" dalam
bioteknologi pengolahan air limbah secara biologis, karena dalam banyak hal RBC
merupakan solusi terhadap berbagai kelemahan dan kekurangan dari sistem pengolahan
lahan biologis konvensional, terutama dalam hal :
- Konservasi energi dalam O & M (Hemat Energi)
- Keterbatasan lahan (Hemat Lahan/Space)
- Stabilitas sistem terhadap Shock Loading
- Kinerja proses sistem yang sangat tinggi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi performansi proses sistem RBC, seperti
umumnya sistem pengolahan biologis lainnya. Untuk tujuan optimasi suatu proses,
penelitian dan evaluasi dengan menggunakan Model Skala-Lab. (Bench Scale)
maupun Pilot Plam adalah relatif lebih efektif dan representatif.
Kerlas Kerja Seminar Penelilian ini membahas tentang Model Skala Laboratorium
dari Sistem Rotating Biological Conracror (RBC) yang digunakan dalam penelitian di
Laboranorium Teknik Penyehatan & Lingkungan, Jurusan Sipil PTUI. Karena dalam
disain model ini telah dilakukan modifikasi konfigurasi media untuk optimasi bidan
komak Aerasi. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan merubah konfigurasi media
dari berbentuk cakram (disc) ke bentuk Pipa Biologis (Biopipe).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa Model Skala Laboratorium
(Laboratory Scale Unit) Sistem RBC ini mempunyai performansi/kinerja yang
sangat baik. Hal ini dapat diketahui dari tingkat penguraian/pemisahan Overall
Removal Zat Organik Carbon yang mencapai nilai (96,2 - 98,9) %. yang terjadi pada
reaktor RBC tersebut.
Pada penelitian ini juga dapat dilihat dan diamati tentang terjadinya "Suksesi Mikroorgamlsma"
dalam reaktor bertingkat (stages), seperti pada Sistcm Rotating Bio1ogical Contactor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ouellette, Robert J.
New York : Macmillan, 1983
542.1 OUE e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book constitutes the thoroughly refereed conference proceedings of the 10th International Conference on Computational Methods in Systems Biology, CMSB 2012, held in London, UK, during October 3-5, 2012. The 17 revised full papers and 8 flash posters presented together with the summaries of 3 invited papers were carefully reviewed and selected from 62 submissions. The papers cover the analysis of biological systems, networks, and data ranging from intercellular to multiscale. Topics included high-performance computing, and for the first time papers on synthetic biology."
Berlin: Springer-Verlag , 2012
e20408632
eBooks  Universitas Indonesia Library