Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Faroby Falatehan
Kota Bogor dikenal sebagai "Kota Sejuta Angkutan Kota", ini terjadi karena banyaknya angkutan kota yang memadati jalan-jalan di Kota Bogor dan selalu menimbulkan kemacetan. Kapasitas jalan yang ada di Kota Bogor telah mendekati batas ambang sehingga tidak memadai lagi. Seperti batas ambang pada ruas-ruas jalan (VCR) di daerah Jalan Raya Pajajaran dengan nilai VCR berkisar antara 0,40 hingga 0,74. Sedangkan batas ambang yang laik dibawah 0,5. Pada tahun anggaran 2004 penataan transportasi menyerap biaya sebesar Rp 19.294.947.000,00 yang bersumber dari APBD Kota Bogor sebesar Rp 10.166.947.000,00 yang terdiri dari belanja operasional Rp 4.916.335.000,00 dan belanja modal Rp 5.250.612.000,00 dan dari APBD provinsi sebesar Rp6.730.000.000,00 serta dari APBN sebesar Rp 2.398.000.000,00. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari penyebab kemacetan lalu lintas di Kota Bogor dan menemukan kebijakan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Bogor Pada penelitian ini, pengolahan data menggunakan AHP (Analitic Hierarchy Process), sehingga respondennya adalah mereka yang dikatakan ahli dalam mengkaji kebijakan mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Bogor. Narasumber berasal dari BAPEDA, Dinas Lalu Lintas dan ]alas Raya, DPRD, LSM, polisi, masyarakat, supir dan Ahli Pengembangan Wilayah dan Transportasi di Kota Bogor. Masing-masing satu orang. Berdasarkan referensi dan hasil wawancara, maka struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, kemudian sumber kemacetan, pelaku penyebab kemacetan, kendalanya dan alternatif kebijakan. Sumber kemacetan lalu lintas adalah keterbatasan prasarana lalu lintas, jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas, tingginya perkembangan dan aktivitas penduduk. Para pelaku penyebab kemacetan di Kota Bogor adalah pemerintah Kota Bogor, pengusaha, pedagang kaki lima, supir angkutan kota, petugas lalu lintas dan pengguna jalan. Dengan kendala: koordinasi antara Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kabupaten Bogor, tataruang, keuangan dan penegakkan hukum. Sedangkan alternatif kebijakannya adalah kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, penataan kawasan penting, meningkatkan prasarana lalu lintas, pengaturan trayek, penegakkan disiplin, dan mengurangi angkutan kota atau/dan penggantian moda. Hasil penggalian opini ahli, kemudian diolah menggunakan Expert Choice 2000 menyimpulkan bahwa sumber utama dari kemacetan di Kota Bogor adalah jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas. Hal ini dapat terjadi karena dari tahun ke tahun jumlah kendaraan di Kota Bogor selalu meningkat, baik itu kendaraan roda dua, kendaraan umum maupun kendaraan penumpang umum. Pelaku penyebab kemacetan di Kota Bogor, adalah pemerintah. Hal ini dikarenakan kurang ketatnya Pemerintah Kota Bogor dalam penegakkan aturan, seperti membatasi perizinan jumlah kendaraan yang ada di Kota Bogor, karena setiap tahun jumlah kendaraan meningkat. Hal lainnya adalah pemberian izin untuk kawasan perdagangan, yaitu terpusatnya fasilitas perdagangan di tengah kota. Kendala utama kemacetan di Kota Bogor adalah penegakkan hukum. Hal ini dapat dilihat di jalanan, seperti pengemudi tidak disiplin menurunkan/menaikkan penumpang tidak pada tempatnya, berhenti di tempat terlarang, pengguna jalan tidak disiplin, naik/turun di tempat terlarang, pekerja informal/kaki lima yang tidak tertib, penyalahgunaan wewenang oleh petugas, konsistensi penegakkan hukum, tidak jelasnya sanksi bagi yang melanggar, kurangnya perangkat hukum, aturan yang ada tidak jelas mengatur sehingga perlu dipertegas dan petugas penegak hukum dilapangan kurang. Prioritas utama untuk mengatasi kemacetan di Kota Bogor adalah pengurangan angkutan kota dan/atau penggantian moda. Hal ini karena jumlah kendaraan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan Kebijakan berikutnya dengan nilai yang relatif dekat yaitu kebijakan pengaturan trayek, artinya kebijakan utama tersebut dapat dilaksanakan dengan di-back up kebijakan pengaturan trayek, jika tidak maka kebijakan utama tidak akan optimal. Karena ada beberapa daerah yang dilewati oleh lebih dari satu trayek. Kebijakan berikutnya adalah memperbaiki prasarana lalu lintas, kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, penegakkan disiplin dan penataan kawasan penting. Berdasarkan analisis sensitivitas dari jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas, urutan prioritas kebijakan tidak berubah, yaitu prioritas utama adalah pengurangan angkutan kota dan/atau penggantian moda.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Chairani
Penelitian ini membahas konsep city branding dan citra kota. Kedua konsep tersebut dikaitkan dengan penggunaan media sosial, khususnya twitter. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksplanatif. Responden adalah 118 mahasiswa yang ditarik secara acak sederhana pada populasi mahasiswa aktif Humas FIKOM UNPAD tahun 2011-2012. Metode analisis data dengan analisis data statistik deskriptif dan analisis regresi linier untuk membuktikan hipotesa penelitian. Untuk mencari faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan citra kota digunakan analisis faktor. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel yang diuji, yang tergolong dalam dua kategori; agen formal dan agen informal, dalam membentuk citra kota.
This study discusses the concept of city branding and image of the city. Both of these concepts associated with the use of social media, especially twitter. This research is a quantitative research, with an explanatory design. Respondents were 118 students drawn randomly on active student population PR FIKOM UNPAD 2011-2012. Methods of data analysis are data analysis descriptive statistics and linear regression analysis to prove the research hypothesis. To search for factors that affect the formation of city image used factor analysis. The results showed a positive and significant influence of variables tested, are classified in two categories; formal and informal agents, in forming the city's image.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjanah Yunus
ABSTRAK
Geografis Kota Langgur sangat strategis, berpeluang mendukung hinterland yang memiliki potensi pariwisata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi perkotaannya. Diperlukan strategi city branding dalam mengoptimalkan perannya. Penelitian ini menggunakan mix method yang menganalisis kesenjangan supply demand sektor pariwisata Maluku Tenggara, kebutuhan Langgur sebagai kota wisata menurut perspektif wisatawan, perkembangan identitas Langgur, keterkaitan dan komparatif Langgur dengan hinterland serta kota-kota sekitarnya, analisis komunikasi dan image. Membangun Langgur menjadi kota wisata dimulai dari strategi penguatan identitas, wisata dapat menguatkan Langgur sebagai kota wisata. Gerbang merupakan identitas baru Langgur, melalui penguatan identitas dapat menjadikan Langgur sebagai kota wisata yang memiliki daya saing.
ABSTRACT
City Langgur very strategic geographic, may support the hinterland that has the potential of tourism in promoting urban economic growth. City branding strategy is needed in order to optimize its role. This study uses a mix method that analyzes the supply and demand gap of Southeast Maluku tourism sector, needs Langgur as a city traveler 39 s perspective, identity development Langgur, correlations and comparative Langgur with the hinterland and the surrounding towns, communication and image analysis. Build Langgur to tour the city starting from the strategy of strengthening the identity, can strengthen Langgur travel as a tourist town. Langgur gate is a new identity, through the strengthening of identity can make Langgur as a tourist city with competitiveness.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Fakhriza Mudhoffar
Ruang festival memiliki peran integral dalam berbagai aspek keberlangsungan suatu kota baik secara tangible dan intangible. Ruang-ruang ini merupakan evidence akan narasi historis yang menjadi akar identitas dan kultural dari kota serta masyarakatnya. Pada ruang festival di Sungai Cisadane Kota Tangerang, ruang festival menjadi bukti kemunculan Kota Tangerang yang diinisiasi oleh sungai dan aktivitas di sekitarnya. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Tangerang, ruang festival di Sungai Cisadane telah menjadi ruang afirmasi nilai kultural, negosiasi sosial, serta wujud kendali oleh kuasa dari waktu ke waktu. Namun bagaimana kejelasan spesifik serta sebab akibat dari pergeseran peran ini masih perlu untuk diekspos secara menyeluruh. Penelitian ini menelusuri apa dan bagaimana hubungan antara festival dan sejarah suatu kota secara umum, serta bagaimana kemudian perubahan dari ruang-ruang festival ini terjadi dalam konteks perkembangan kota. Dalam kondisi kontemporer kota, ruang festival dominan menjadi target komodifikasi kota untuk kepentingan tertentu sehingga autentisitas menjadi isu utama dari Tesis ini. Dengan melihat ruang festival sebagai ruang pusaka, Tesis ini mendemonstrasikan bagaimana ruang festival di Sungai Cisadane merupakan ruang integral pada Kota Tangerang yang mampu membentuk identitas kultural Kota Tangerang serta memungkinkan inovasi dan perkembangan kota ikut hadir.
Festival space has an integral role in various aspects of city history and its sustainability whether tangible or intangible. Furthermore, these spaces are evidence of the city and its community's historical, identity and cultural narrative. In the festival space of Cisadane River of Tangerang City, the festival space is the evidence for Tangerang Cits formation initiated by the river with the existence of various activities surrounding it. Following the development of Tangerang City, the festival space rove have shifted into a space of cultural affirmation, social negotiation, and act of ruling power throughout the times. This research explores the whatness and howness of these festival spaces in Tangerang City appears and relate to the city history and development with its shifting roles. In the city's contemporary condition, these festival spaces tend to be a target for city commodification for a specific purpose whereas then the authenticity of the festival spaces became the main concern. By seeing the festival spaces as a liminal and performative space, this Thesis demonstrates how the festival space in Cisadane River are an integral part of tangerang city which is capable of creating and preserving Tangerang cultural identity while also allowing innovation and development.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utoyo Harjito
Manusia berperan penting dalam pembangunan terutama di perkotaan agar menjadi pemukiman yang sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) ke-11 yaitu menjadikan kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Salah satu permasalahan perkotaan adalah mengenai kesenjangan antara jumlah populasi dan ketersediaan informasi, lahan, polusi, kriminalitas, kesenjangan sosial, dan sebagainya. Pada hakekatnya, kota memerlukan media informasi di ruang publik sebagai sarana informasi untuk membangun manusia sesuai dengan konsep Smart city yaitu masyarakat cerdas (Smart People). Media luar ruang telah berkembang dengan sentuhan  teknologi menjadi media luar ruang digital sebagai bagian dari Internet of Things (IoT) yang merupakan komponen Information Communication Technology (ICT) dari pengejawantahan  konsep Smart city. Kota Bogor yang menjadi percontohan Smart city menggunakan media luar ruang digital sebagai sarana informasi publik luar ruang. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sebelas informan melalui purposive sampling. Hasil penelitian menyatakan media luar ruang digital pada ruang publik di Kota Bogor kurang menginformasikan edukasi, lebih menjadi sarana komersial dan tidak sesuai dengan konsep smart people. Dalam perkembangannya, munculnya bentuk praktik-praktik penguasaan ruang publik dengan pengelolaan media luar ruang yang diserahkan kepada golongan tertentu (private) yang hanya menjadi alat kepentingan komersil. Publik tidak hanya kurang mendapatkan informasi edukasi yang mencerdaskan namun juga kurang memiliki akses publik terhadap ruang publik itu sendiri. Kata kunci: kota, ruang publik, smart city, smart people, SDG's
People play an important role in development, especially in urban areas so that they become settlements in accordance with the 11th Sustainable Development Goals (SDGs) which is to make cities and human settlements inclusive, safe, resilient, and sustainable. One of the urban problems is the gap between population size and the availability of information, land, pollution, crime, social inequality, and so on. In essence, cities need information media in public spaces as a means of information to build people in accordance with the Smart city concept, namely smart people. Outdoor media has developed with a touch of technology into digital outdoor media as part of the Internet of Things (IoT) which is an Information Communication Technology (ICT) component of the embodiment of the Smart city concept. The city of Bogor, which is a smart city pilot, uses digital outdoor media as a means of outdoor public information. This research was conducted with a descriptive qualitative approach with eleven informants through purposive sampling. The results of the study state that digital outdoor media in public spaces in Bogor City are less informative of education, are more of a commercial facility and are not in accordance with the concept of smart people. In its development, the emergence of the practice of controlling public space with the management of outdoor media that is handed over to certain groups (private) which is only a tool for commercial interests. The public not only lacks educational information, but also lacks public access to the public space itself. Keywords: city, public space, smart city, smart people, SDG's.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Ayuningtyas Rahayu
ABSTRAK Smart Healthy City merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Kota Depok sejak tahun 2017 yang merupakan Smart City. Program Smart Healthy City di Kota Depok, bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien kepada masyarakat dengan memanfaatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Program Smart Healthy City dalam mendukung penataan pelayanan kesehatan di Kota Depok. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui kegiatan wawancara mendalam dengan sejumlah stakeholders terkait dan melalui studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi Program Smart Healthy City sudah berjalan dengan baik akan tetapi belum dapat dikatakan berhasil karena masih dalam pengembangan dan selama prosesnya belum dapat menciptakan kesuaian hubungan antara Program, Pelaksana Program, dan Kelompok Penerima Manfaat yang optimal.
ABSTRACT mart Healthy City has become a priority of the Government of Depok City since 2017, inspired by the concept of Smart Cities. Smart Healthy City Program in the Depok City, intend to create more effective and efficient health services for the community by utilizing the use of Information and Communication Technology. This study aims to describe the implementation of the Smart Healthy City Program in supporting the health services management in Depok City. This study used a qualitative approach through in-depth interviews with relevant stakeholders and literature study. The results of this study indicate that the implementation of the Smart Healthy City Program has been going well, but it cannot be said to be successful because the program is still under development and during the process it has not been able to create an optimal relationship between the Program, Program Implementer and Beneficiary Group.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Penelitianinimenitikberatkanpadaimplementasikebijakanketentuanpenyediaanruan gterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun 2007 tentangpenataanruang di wilayahkota Bogor.Penelitianiniadalahpenelitianyuridisnormatifyaitupenelitian yang mengacukepadanormahukum yang terdapatpadaperaturanperundang-undangan. Sedangkanmetodepenelitian yang digunakanadalahpenelitianwawancaradengantujuanuntukmemperoleh data primer melaluialatpengumpul data yaituwawancaradengan Kantor Pemerintah Kota Bogor danpenelitiankepustakaandengantujuanuntukmemperoleh data sekundermelaluialatpengumpul data yaitustudidokumen. Data dalampenelitiandiolahsecarakualitatif yang nantinyaakanmenghasilkanbentuk data berupadeskriptif-analistis yang bergunauntukmemberikan data setelitimungkintentangkeadaanataugejala yang adadananalisitisbergunauntukmenarikasas-asashukum yang terdapat di dalamhukumpositif yang berlaku di Indonesia. Berdasarkanhasildaripenelitiandapatdisimpulkanbahwaimplementasiketentuanpen yediaanruangterbukahijauberdasarkanpasal 29 undang-undangnomor 26 tahun 2007 tentangpenataanruang di Kota Bogor yang dilaksanakanolehpemerintah Kota Bogor yaitudenganadanyabeberapaPeraturan Daerah Wujuddarikoordinasipenyelenggaraanpenataanruang demi mendapatkannilai minimal proporsiruangterbukahijausebesar 30 persendari total wilayah Kota yaituberupaperencanaan, pemanfaatansertapengendalianruangkota. Hal tersebutdiwujudkandengankerjasamabaikdariPemerintah Kota, masyarakat, swasta, danbersamabadanlainnya. Dalampelaksanaanimplementasitersebut, masihterdapatbeberapakendala. Olehkarenaitupemerintahdenganmelaluibeberapa program terusberupayauntukmeningkatkankekuranganruangterbukahijaudenganberbagaistr ategi. Mengingatbahwaluas Kota yang tidakdapatbertambahluas, makapemerintahlebihmengoptimalisasikanpenyelenggaraanpenertiban, pengawasanpemanfaatanruang, evaluasi, penanganan, danperizinan yang lebihketat., This study focuses on the implementation of the provisions of the policy on green open space pursuant to Article 29 of Law No. 26 of 2007 on spatial planning in the city of Bogor. This research is a normative juridical research that refers to the legal norms contained in the legislation. While the research method used was an interview study with the aim to obtain primary data through a data collection tool that is an interview with the Office of the City Government and the research literature with the aim of obtaining secondary data through a data collection tool that studies document. The data were analyzed qualitatively in which will result in the form of descriptive-analytical data in the form that is useful to provide the data as accurately as possible about the state or existing symptoms and analysts useful to draw legal principles contained in the applicable positive law in Indonesia. Based on the results of this study concluded that the implementation of the provisions of the policy on green open space pursuant to Article 29 of Law No. 26 of 2007 on spatial planning in the city of Bogor implemented by the government, namely the presence of some Local Rule realization of the coordination of spatial planning in order to obtain the value minimum proportion of green open space by 30 percent of the total area of the city in the form of planning, utilization and control of urban space.This is realized with good cooperation from the city government, public, private, and together with other institutions. In the implementation of the implementation, there are still some obstacles. Therefore, the government through several programs continually strives to raise the shortage of green open spaces with a variety of strategies. Given that the area of the city that can’t be expanded, then the government is to optimize the control, monitoring of space utilization, evaluation, treatment, and strict licensing.]
Universitas Indonesia, 2014
S58358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari Ayuningtyas
Penelitian ini berangkat dari teori struktur kota inti berganda multiple nuclei oleh Harris dan Ullman 1945 dan Edge City oleh Garreau 1991 yang meyakini bahwa sebuah kota modern memiliki lebih dari satu pusat sebagai akibat dari perkembangan wilayah dan semakin meluasnya pemukiman ke pinggiran kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri dan sebaran pusat, menganalisis karakteristik pusat, dan melakukan sintesis pusat di Kota Bogor berdasarkan sudut pandang ahli keilmuan, masyarakat Kota Bogor, dan kebijakan publik. Metode teknik Delphi dengan wawancara mendalam digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai definisi, ciri-ciri, fungsi, dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang tiga ahli keilmuan planologi, sosiologi, dan ekonomi. Metode kuesioner digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai definisi dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang masyarakat Kota Bogor. Sementara itu, informasi mengenai definisi dan sebaran pusat kota menurut sudut pandang kebijakan publik, ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031. Analisis spasial dilakukan dengan metode overlay peta sebaran pusat kota dari masing-masing sudut pandang untuk memadukan wilayah pusat kota secara utuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan kriteria pusat menurut pendapat ahli keilmuan, masyarakat Kota Bogor, dan kebijakan publik, ditemukan empat belas tempat di Kota Bogor yang sesuai sebagai pusat. Dari sekian banyak tempat yang dinyatakan sebagai pusat, hanya dua tempat yang paling memenuhi kriteria dan dapat dikategorikan sebagai pusat kota. Kedua tempat tersebut yaitu Kebun Raya Bogor dan sekitarnya sebagai titik awal lahirnya Kota Bogor dan sepanjang Jalan Raya Pajajaran yang berfungsi sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pusat pelayanan, yang kemudian membentuk wilayah pusat kota di Kota Bogor.
This study departs from the urban structure theory of multiple nuclei by Harris and Ullman 1945 and Edge City by Garreau 1991 who believe that a modern city has more than one centre as an impact of the regional development and the highly expansion of residential to the suburbs. The aims of this research are to identify the traits and distribution of the centre, to analyse the characteristics of the centre, and to synthesis the centre in Bogor City based on the perspective of the scientific experts, the citizens of Bogor City, and the public policy. The Delphi technique with in depth interview method is used to obtain information about the definition, characteristics, functions, and distribution of the city centre according to the viewpoint of three scientific experts city planner, sociologist, and economist. A questionnaire method is used to obtain information about the definition and distribution of the city centre according to the viewpoint of the citizens of Bogor City. Meanwhile, the information of the definition and distribution of the city centre by public policy is obtained from the Spatial Plan of Bogor City in 2011 ndash 2031. Spatial analysis is done by overlaying the distribution of the city centre's maps from each point of view to combine a whole city centre region. The result of this research shows that based on the criteria of the city centre according to the scientific experts, the citizens of Bogor City, and the public policy, there are fourteen places that appropriate as the centre of Bogor City. Based on fourteen places mentioned as the centre, there are only two places that fit the criteria and would be categorized as the city centre of Bogor City. Both are Kebun Raya Bogor and the surrounding area as centre of origin point and Jalan Raya Pajajaran as an economic and social engagement centre, which later form a city centre region of Bogor City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Amalia Ichsani
Sense of place merupakan perasaan tertentu yang dimiliki individu terhadap suatu tempat yang dihasilkan oleh interaksi orang tersebut dengan suatu tempat. Sense of place dapat mendorong visualisasi tempat yang dalam hal ini merupakan representasi mental seseorang terhadap tempat termasuk citra kota. Citra kota merujuk pada bagaimana orang membentuk persepsi spasial lingkungan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sense of place mahasiswa Indonesia terhadap citra Kota London. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan purposive sampling. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam, pemetaan mental, dan observasi. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis konten, teknik interpretasi, dan triangulasi sumber data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang kognitif mempengaruhi berkembangnya sense of place antara mahasiswa Indonesia dengan Kota London melalui pengetahuan, pengalaman dan interaksi. Skala intensionalitas menunjukkan bahwa mahasiswa Indonesia di London mampu mengetahui berada di suatu tempat hingga dapat mengidentifikasi diri dengan tujuan tempat. Jenis hubungan dengan tempat didominasi oleh hubungan commodified. Berdasarkan sense yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap tempat tertentu, mahasiswa dapat mengenali elemen-elemen citra kota berdasarkan subjektivitas mereka, termasuk elemen landmark, nodes, path, district, dan edge. Tempat yang dikenali sebagai elemen citra kota umumnya berkaitan dengan faktor keakraban mahasiswa dengan tempat, dan faktor fisik elemen yang menonjol dan menarik perhatian
Sense of place is a certain feeling that an individual developed towards a place that is generated by the person's interaction with a place. Sense of place can encourage the visualization of a place, which in this study, is a person's mental representation of a place, including the image of a city. City image refers to how people form spatial perceptions of the urban environment. This study aims to determine the sense of place of Indonesian students towards the image of the City of London. The method used in this research is qualitative with purposive sampling. In-depth interviews, mental mapping, observation, and literature study were conducted to gather data. Data analysis was carried out using content analysis techniques, interpretation techniques, and data source triangulation. The results of this study indicate that cognitive space influences the development of a sense of place between Indonesian students and the City of London through knowledge, experience and interaction. The intentionality scale of Indonesian students in London ranges from having knowledge of being located in a place to being able to identify themselves with the place goals. The type of relationships with place is dominated by commodified. Based on the sense that students have towards certain places, they can identify London’s city image based on their subjectivity, including the elements of landmarks, nodes, paths, districts, and edges. Places that are visualized as elements of city image are generally related to factors of students' familiarity with places, and physical factors of the element that are outstanding and eye-catching
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aditya Rahmanto
Pandemi telah memaksa orang ke dalam isolasi dan bertindak di bawah protokol dengan mengintegrasikan jarak sosial ke dalam kehidupan mereka. Kegiatan-kegiatan yang dipicu oleh situasi bahaya yang tiba-tiba ini memperburuk optimalisasi kualitas kota yang berkelanjutan, terutama komponen-komponennya yang mengintegrasikan kendali kepadatannya masing-masing. Namun karena fakta bahwa solusi yang tepat untuk virus tersebut belum ditemukan, manusia harus menggunakan solusi yang lebih holistik sambil menunggu solusi yang tepat untuk membuahkan hasil. Oleh karena itu, pendekatan kontradiktif di mana integrasi model kota berkelanjutan diusulkan. Kota yang berkelanjutan memiliki penekanan besar pada integrasi kepadatannya dan bagaimana hal itu membantu dalam menciptakan sistem aliran manusia yang lebih efisien dan optimal sedangkan integrasi jarak sosial justru sebaliknya. Peluang untuk hidup berdampingan relatif kecil sehingga diperlukan sekecil apapun kemungkinan untuk dibuktikan melalui argumen yang kuat yang dihasilkan dari perbandingan dan analisis mikro.
The pandemic has forced people into isolation and to act under the protocol by integrating social distancing onto their lives. These activities triggered by the sudden hazardous situation deteriorates the very optimization of a city’s sustainable qualities, mainly its components which integrate the control of its respective density. However due to the fact that the perfect solution to the virus has yet to be found, humans would have to resort to a more holistic solution while waiting for a perfect solution to come to fruition. Therefore the contradictory approach where the integration of a sustainable city model is proposed. Sustainable cities have a huge emphasis towards their integration of densities and how it helps in creating a more efficient and optimal system of human flow whereas the integration of social distancing is very much the opposite. The chances of coexistence is relatively thin therefore the slightest of possibilities are needed in order to prove through a strong argument generated from comparisons and micro analysis.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library