Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zunker, Vernon G
Boston, Mass.: Cengage, 2016
331.702 ZUN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Herwanto
"Konseling karier merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan karier yaitu pemberian bantuan secara tatap muka kepada individu ataukelompok dalam hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor (bersertifikat dan memiliki asosiasi) kepada konseli agar dapat menyesuaikan diri, memperbaiki tingkahlaku, membantu pencapaian tujuan, penentuan diri dan mengembangkan potensinya kejalur karier yang realistis.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta dan bagaimana memberdayakan peran Bimbingan dan Konseling Karier dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling karier Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara Pusat Jakarta.
Pendekatan penelitian ini adalah post-positivis karena berawal dengan menguji teori konseling karier, dengan menggunakan metode pengumpulan data kualitatif yaitu dengan wawancara mendalam (data primer) dan juga studi literatur (data sekunder) serta strategi triangulasi digunakan untuk validitas dan keabsahan data.
Hasil analisis bahwa Unit konseling karier BKN melakukan praktek konseling psikologis dan membantu kepada Pegawai yang mengalami masalah gangguan kejiwaan dan tidak terfokus pada layanan konseling karier sehingga perlu diluruskan persepsi dan batasan konseling karier itu sendiri dengan membangun struktur, arah dan tujuan konseling karier yang jelas kemudian memberdayakan peran Sumber Daya Manusia dalam memaksimalkan unit layanan konseling karier untuk mengatasi hambatan karier pegawai dan dapat memberikan manfaat bagi organisasi.

Career counseling is a series of activities the most basic of career guidance that is providing assistance in person to individuals or groups in a professional relationship conducted by counselor to the counselee in order to adapt, improve behavior, help meet the goals, self-determination and potential to develop realistic career path.
The purpose of this study is to analyze the role of guidance and career counseling for Civil Servants and how to empower the role of Career Guidance and Counseling in providing career guidance and counseling services for Civil Servants in the National Civil Service Agency (NCSA).
This research approach is post-positivist because it starts with career counseling theory testing, using the method of data collection in-depth qualitative interviews and literature as well as the strategy of triangulation is used for validity and validity of the data.
The results of the analysis unit career counseling in the NCSA practice psychological counseling and help to Employees who experience problems psychiatric disorders and not focused on service career counseling so that needs to be clarified perceptions and limitations of career counseling itself by building the structure, direction and purpose career counseling clear then empower the role of Human Resources in maximizing unit career counseling services to overcome barriers to employee career and can provide benefits to the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keitel, Merle A.
London: Sage, 2000
616.99 KEI c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bor, Robert
London: Sage, 2002
371.4 BOR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Isrizal
"Masalah penelitian adalah : (I) Bagaimanakah proses pelaksanaan ToTu? ; (2) Adakah peningkatan pengetahuan terhadap materi (ToTu) antara sebelum dan sesudah mengikuti ToTu? (3) Adakah hubungan antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan taraf fungsi menyeluruh subyek kelompok eksperimen? ; (4) Apakah ada pengaruh treatment yang berorientasi pada tugas (ToTu) dalam memperbaiki fungsi menyeluruh pasien GBZ ?
Subyek penelitian ialah pasien yang sedang menjalani program rawat inap di Unit Rehabilitasi Medik RSKO, kriteria : (a) Dengan diagnosis penggunaan heroin yang merugikan dan ketergantungan heroin dalam keadaan remisi.; (b) Pendidikan pasien minimal SMA; (c) Pendidikan orangtua tidak ditentukan, (d) Bersedia untuk berpartisipasi di dalam ToTu.Subyek diambil secara insidental dan ditempatkan ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara non random assignment.
Disain penelitian ini tergolong ke dalam evaluation research (Hawe,1994); quasi-experimental design, nonequivalent control group design (Craig &Metze,1986) dan models of combined designs - the dominant-less dominant design (Cresswel,1994:177); termasuk juga ke dalam.
Untuk mengumpulkan data penelitian ini akan digunakan instrumen-instrumen berikut: (1) Skala yang digunakan untuk mengevaluasi taraf fungsi menyeluruh yaitu Addiction Severity Index (AdSeI,McLellan dkk,1980; McLellan, dkk.1980 dalam Wanigaratne,S.dkk ,1995); (2) Pertanyaan untuk mengukur pengetahuan terhadap materi ToTu setelah belajar, dibuat berdasarkan materi setiap tugas dan tugas yang hams dilakukan subyek; (3) Kuesioner evaluasi terhadap proses terdiri dari, perubahan yang dibutuhkan terhadap materi ToTu , form kepuasan pasien, form penilaian diskusi kelompok, form penilaian pasien. (Linney, 7.A & Wandersman,A.1991), ToTu terdiri dari sepuluh tugas pasien dan sepuluh tugas keluarga pasien. Tujuan ToTu adalah (I) meningkatkan pengetahuan pasien tentang ketergantungan zat, (2) membantu pasien mendiagnosa diri sendiri yang berarti mengakui bahwa pasien mempunyai penyakit ketergantungan, (3) memperkenalkan dan memudahkan keterlibatan pasien di dalam program treatment yang efektif terus-menerus, (4) menolong pasien mengambil tanggung jawab pribadi untuk mempertahankan atau memelihara program `kesembuhan'. Bagi keluarga pasien, diharapkan dapat mengambil tanggung jawab sebagai pendukung utama pasien dalam mencapai `kesembuhan'.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian, adalah (1) ToTu dapat diterapkan dan dianggap sangat diminati, berguna dan relevan dengan kebutuhan pasien dan keluarga serta berhasil memperbaiki taraf status medis dan penggunaan zat pada kelompok eksperimen; (2) Ada peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap materi ToTu pada kelompok eksperimen setelah mengikuti program; (3) Bila dilihat secara keseluruhan tidak ada hubungan yang kuat antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan taraf fungsi menyeluruh kelompok eksperimen. Namun, bila dilihat per aspek, ada hubungan yang cukup kuat antara peningkatan pengetahuan materi ToTu dengan status medis dan status penggunaan zat kelompok eksperimen. Pada aspek fungsi menyeluruh - status pendidikan/pekerjaan, status legal, status social/eluarga, status psikologis tidak terdapat hubungan yang kuat dengan peningkatan pengetahuan materi ToTu. Bila dilihat secara keseluruhan ,tidak ada pengaruh ToTu dalam memperbaiki fungsi menyeluruh pasien GBZ pada tindak lanjut tiga sampai enam bulan setelah selesai dari treatment. Namun bila dilihat dari aspek-aspek taraf fungsi menyeluruh terdapat pengaruh yang signifikan ToTu dalam memperbaiki status medis dan status penggunaan zat.
Pada aspek fungsi menyeluruh : status pendidikan/pekerjaan, status legal, status sosial/keluarga, status psikologis tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ToTu. Penyebab pertama mungkin karena pelajaran pada tugas sembilan dan sepuluh yang membicarakan pengegahan kambuh dan mewujudkan rencana ke dalarn tindakan belum sempat dilatihkan kepada subyek kelompok eksperimen.
Hal kedua yang menjadi penyebab adalah terhentinya tugas-tugas ToTu untuk keluarga pasien pada tugas kedua dan kurangnya dukungan keluarga dan sosial kepada pasien dalam berjuang mencapai kesembuhan. Saran atau implikasi dari penelitian ini adalah: program dapat diterapkan di RSKO dan pusat pelayanan pasien GBZ lain, baik secara rawat inap maupun rawat jalan. Materi ToTu perlu dimodifikasi dan diperkaya dengan pengetahuan tentang aspek hukum dan etika, dunia kerja dan perencanaan karir di masa datang.
Penelitian mendatang perlu memusatkan perhatian pada perbaikan metode. penelitian terutama disain penelitian, kesulitan logistik berhubungan dengan subyek pasien GBZ (misal sering berpindah, kekurangan konsistensi dalam jaringan sosial), penempatan subyek pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara random assignment to treatment. Untuk tes pemahaman materi ToTu, perlu dibuat kumpulan soal tes secara integratif yang mencakup materi kesepuluh tugas. Pendidikan bagi keluarga berupa pelatihan intensif dalam beberapa hari untuk mengatasi kesibukan anggota keluarga yang terlibat dalam proses treatment pasien."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T3250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Setiabudi
"Ketrampilan kerja narapidana secara umum belum dapat diandalkan untuk memenuhi hidup, kehidupan dan penghidupannya sehingga kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum masuk Lapas mereka mengambil jalan pintas yaitu dengan melakukan tindak pidana.
Narapidana selama di Lapas cenderung diberikan pembinaan ketrampilan kerja berupa pelatihan, namun aspek kepribadiannya seperti malas bekerja, pengembangan minat dan bakat kerjanya belum tertangani secara menyeluruh. Hal tersebut dimungkinkan mengingat sarana dan prasarana serta surnber daya manusia Lapas masih sangat terbatas baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pada kondisi demikian, pengelola Lapas berusaha mencari solusi pemecahannya, mengingat penghuni Lapas relatif usia muda, yang masih potensial untuk dikembangkan melakukan pekerjaan dalam dunia usaha.
Dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada maka untuk meningkatkan minat dan bakat kerja narapidana di Lapas, perlu dilaksanakan konseling vokasional untuk membantu pribadi narapidana mengembangkan kesatuan dan gambaran diri serta perannya dalam dunia kerja (Super dalam Surya, 1975). Program konseling vokasional untuk meningkatkan minat kerja narapidana disusun untuk Tugas Akhir dengan melalui pendekatan langsung, pendekatan tidak langsung dan pendekatan collective."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The study of men and masculinity is an important clinical competency that needs to be integrated into psychology training. The extent to which the psychology of men has been integrated into applied psychology training programs is unclear."
150 PPS 37 (2-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Sylviani
"Masa remaja adalah masa transisi yang memiliki beberapa ciri khas, yaitu rasa ingin tahu yang besar, menyukai petualangan/tantangan, cenderung ingin bebas, suka mencoba-coba, berkelompok, masih mencari jati diri, mudah terpengaruh lingkungan serta cenderung melakukan sesuatu tanpa pemikiran yang masak. Dengan ciri khas seperti itu, remaja berisiko mengalami berbagai permasalahan, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi dan seksualitas. Berbagai masalah dapat muncul jika remaja kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan jika mengambil keputusan yang salah. Pengambilan keputusan yang salah disebabkan karena remaja mendapat informasi yang tidak lengkap atau bahkan salah yang lebih sering didapatkan dari teman yang sebaya. Untuk mengatasi pemasalahan tersebut Departemen Kesehatan RI melalui puskesmas mengembangkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) salah satu strateginya adalah pelatihan konselor sebaya. Hal ini bertujuan untuk menyediakan tempat curhat yang menyenangkan dan tepat bagi permasalahan remaja. Pelatihan konselor sebaya juga dilakukan oleh Puskesmas Bogor Timur di sekolah-sekolah yang berada di wilayah kerjanya termasuk SMAN 3 dan MAN 2.
Penelitian kualitatif yang bertujuan untuk melihat pelaksanaan pelayanan konseling oleh konselor sebaya ini dilakukan di kedua sekolah tersebut karena Puskesmas Bogor Timur menilai konselor sebayanya cukup aktif melakukan pelayanan konseling remaja. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2008 menggunakan metode wawancara mendalam kepada konselor sebaya, guru pembina dan petugas Puskesmas Bogor Timur serta focus group discussion pada klien remaja.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam melakukan konseling, konselor sebaya tidak memerlukan ruangan khusus dan tidak bergantung jadwal tertentu. Tidak ada alur khusus bagi klien untuk memanfaatkan layanan konseling tersebut. Sebagian besar klien yang pernah memanfaatkan layanan konseling adalah perempuan dan berteman dekat dengan konselor. Kasus konseling yang paling sering ditemui adalah masalah pacar. Dalam melakukan konseling remaja, seorang konselor sebaya di pengaruhi oleh tiga variabel yaitu variabel individu konselor sebaya, variabel psikologis konselor sebaya dan variabel organisasi. Permasalahan utama yang terjadi adalah pemanfaatan konselor sebaya untuk membantu menyelesaikan masalah masih kurang maksimal, yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan konselor sebaya yang kurang proaktif. Jika sosialisasi sekolah mengenai keberadaan, kompetensi dan peran konselor sebaya, serta cara untuk mengakses layanan konseling oleh konselor sebaya lebih digalakkan, dan konselor sebaya lebih proaktif kepada eman-temannya, maka peran konselor sebaya untuk membantu menyelesaikan permasalahan remaja akan dapat dicapai secara optimal."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cohen, Felissa L.
Philadelphia: J.b. Lippincott , 1984
616.042 COH c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fenti Hikmawati
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010
361.06 FEN b (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>