Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhi Jansen Paul L.
"Anime (film kartun Jepang) tidak hanya menampilkan karakter/tokoh yang berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang standar (Hyoujungo), tetapi juga karakter/tokoh yang menggunakan dialek dari daerah-daerah di Jepang. Salah satu dialek yang digunakan tersebut adalah dialek Osaka. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menyelidiki stereotip apa saja yang tampak pada karakter-karakter berdialek Osaka dalam anime dan untuk mengetahui apakah orang Jepang juga setuju dengan stereotip tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode induktif berdasarkan Vredenbergt, yaitu cara dan proses penelitian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai induksi. Induksi adalah penarikan suatu kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data-data yang bersifat khusus. Selain itu juga penelitian ini menggunakan pendapat Kinsui Satoshi mengenai stereotip karakter berdialek Osaka dan Teori DC Palter dan Kaoru Horiuchi yang mendefinisikan dialek Osaka dan perbedaannya dengan dialek Kansai lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter berdialek Osaka memiliki bermacam-macam imej stereotip dan orang Jepang, termasuk orang Osaka sendiri, juga menyadari stereotip tersebut. Diketahui juga bahwa tanpa melihat langsung acara anime, orang Jepang sudah memiliki imej stereotip ketika menyadari pemunculan karakter berdialek Osaka dalam acara tersebut. Imej stereotip karakter berdialek Osaka ternyata bertolak belakang dengan karakter yang menggunakan bahasa Jepang standar (Hyoujungo)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14039
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahsun
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1995
417.2 MAH d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rini Wulandari
"Di Indonesia terdapat sekitar lima ratusan bahasa daerah yang merupakan lahan yang menarik bagi bidang pemetaan bahasa. Akan tetapi penelitian mengenai pemetaan bahasa di Indonesia belum sebanding dengan jumlah bahasa daerah yang ada. Penelitian pemetaan bahasa di semua daerah di Jawa Barat bertujuan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai situasi kebahasaan bahasa Sunda di Jawa Barat. Saya memilih Kabupaten Purwakarta sebagai objek penelitian karena kabupaten ini masih menarik untuk diteliti dari segi bahasanya. Menurut pengamatan saya, masih ada aspek yang belum digarap oleh dua peneliti sebelumnya, baik penelitian yang dilakukan oleh Nothofer (1977) maupun Suriamiharja (1984). Tujuan penelitian Nothofer sebenarnya bukan pemetaan bahasa, melainkan rekonstruksi bahasa proto pada bahasa Melayu, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa di Provinsi Jawa Barat. Dari Kabupaten Purwakarta Nothofer mengambil 1 titik pengamatan sebagai percontoh bahasa Sunda. Data yang diperoleh Nothofer itu, menurut saya, belum dapat memberikan gambaran situasi kebahasaan di Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya Suriamiharja pada dasarnya memetakan variasi bahasa Sunda lemes dan kasar yang ada dalam bahasa Sunda Purwakarta. la belum menentukan berapa dialek yang ada serta letak batas daerah pakai dan daerah sebar bahasa Sunda Purwakarta. Suriamiharja lebih memusatkan penelitiannya pada variasi bahasa. Walaupun penelitian saya dilakukan pada lokasi yang sama dengan Suriamiharja, namun terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang saya lakukan dan penelitian Suriamiharja. Pertama, Suriamiharja menggunakan daftar tanyaan berbahasa Sunda. Saya menggunakan daftar tanyaan nasional yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dengan demikian data kebahasaan yang saya kumpulkan dapat dibandingkan dengan penelitian di wilayah lainnya di Indonesia. Kedua, konstruksi daftar tanyaan yang dipetakan Suriamiharja terdiri dari 35 kosakata dasar dan 541 kosakata budaya dasar. Konstruksi daftar tanyaan yang saya petakan terdiri dari 200 kosakata dasar dan 93 kosakata budaya dasar. Ketiga, Suriamiharja tampaknya belum sempat membuat berkas isoglos dari peta-petanya, untuk kemudian dihitung berdasarkan dialektometri. Saya membuat berkas isoglos dari setiap peta dan dihimpun dalam berkas isoglos berdasarkan medan makna yang terdiri dari 17 medan makna, lalu dihitung berdasarkan dialektometri. Penghitungan dialektometri dilakukan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan kosakata antartitik pengamatan dengan membandingkan data yang terkumpul. Keempat, saya melakukan penelitian di desa yang berbeda dengan Suriamiharja dan dengan jumlah desa yang berbeda. Desa yang diteliti oleh Suriamiharja berjumlah 22 desa, sedangkan desa yang saya teliti berjumlah 37 desa. Hal ini disebabkan oleh distribusi titik pengamatan yang berbeda serta pembagian administratif Kabupaten Purwakarta yang berbeda antara tahun 1984 dan 1996. Dari penelitian yang saya lakukan ditemukan beberapa kosakata yang untuk sementara diasumsikan sebagai kosakata setempat, seperti namut 'bajak', sabraj 'cabai', kutumiri, 'pelangi', sulampe & 'saputangan'; kosakata bahasa Jawa; kosakata bahasa Arab, kosakata bahasa Belanda, dan kosakata bahasa Indonesia. Di samping itu dikenal bentuk pengulangan dwilingga dan dwipurwa dalam bahasa Sunda Purwakarta serta sejenis korespondensi bunyi antartitik pengamatan. Menurut pengamatan saya, bahasa Sunda Purwakarta tidak mengalami perkembangan memburuk. Untuk berkomunikasi sehari-hari penduduk tetap memakai bahasa Sunda. Bahasa Sunda pun mempunyai wilayah pemakaian yang merata di seluruh kabupaten ini. Bahasa Indonesia bersifat situasional karena hanya digunakan dalam situasi yang resmi (di kantor dan di sekolah), kegiatan kemasyarakatan (penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, dan kegiatan PKK), dan pembicaraan yang menyangkut masalah ilmiah atau keilmuan. Walaupun begitu munculnya kosakata bahasa Indonesia dalam kosakata bahasa Sunda tidak dapat dihindari. Kemunculannya dapat terjadi melalui sarana komunikasi atau saluran budaya (radio, televisi, surat kabar) yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Akibatnya bahasa Indonesia tidak lagi dianggap asing oleh penduduk Purwakarta. Kabupaten Purwakarta merupakan wilayah yang terus berkembang dan tidak menutup diri terhadap pengaruh luar. Perkembangan pembangunan daerah yang pesat, seperti munculnya kompleks industri, secara berangsur mengubah komposisi penduduk menjadi beragam. Hal ini mengakibatkan terjadinya interaksi antara penduduk asli dan pendatang. Agar terjalin komunikasi di antara mereka, masing-masing saling menyesuaikan diri dalam penggunaan bahasa. Ada kemungkinan kosakata asli diganti dengan kosakata bahasa Indonesia agar dapat dimengerti oleh pendatang. Berdasarkan hasil penelitian Suriamiharja (1984) dan penelitian yang saya lakukan (1996), bahasa Sunda Purwakarta yang ada dan dipakai selama dua belas tahun terakhir ini masih cenderung baku. Menurut asumsi saya, ada kemungkinan karena letak Kabupaten Purwakarta yang tidak jauh dari pusat penyebaran bahasa Sunda (Bandung). Selain itu ada beberapa kosakata atau berian yang dipakai pada tahun 1984 yang sudah tidak dikenal lagi oleh para informan tahun 1996. Hal ini terjadi karena sebagian berian itu adalah bentukan setempat, seperti oyo k 'panggilan untuk gadis kecil'; cungkir, pancang 'kikir'; b3gE? 'tuli'; kukuk ' anak anjing' ; j E r E rj E s ' pemarah' ; m9 gu? , kD d 7 .I 'tumpul' ; perbedaan pembagian administratif kabupaten, dan perbedaan distribusi titik pengamatan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S10910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Yuliani Sugiarto
"Beberapa masalah yang akan dikemukakan dalam skripsi ini adalah:Bidang fonetik (yuyin);a. Rendahnya frekuensi penggunaan erhuiayun (sufiks er) dalam bahasa Mandarin dialek Taiwan. b. Perbedaan kebakuan lafal dan ton. c. Kerancuan pelafalan bunyi. Bidang leksikon (WC cihui ) Dalam Taiwan Guoyu (bahasa Mandarin dialek Taiwan) ditemukan penggunaan kosakata atau diksi yang berbeda untuk mengacu pada makna atau referen yang sama. Hal ini dipengaruhi faktor-faktor tertentu seperti: faktor bahasa daerah, pemertahanan kosakata klasik, pengaruh bahasa asing, kebiasaan, maupun kecenderungan untuk menampakkan identitas sebagai orang Taiwan melalui bahasa. Kecenderungan ini tampak dan pemilihan leksikon, misalnya: orang Taiwan tidak akan menggunakan leksikon guanmen untuk menyatakan 'tutup toko' karena bagi mereka guanmen memiliki makna konotasi negatif 'bangkrut'. Bidang sintaksis (jufa)-- a. Kebiasaan menggunakan kata you 'ada' sebelum verba atau ajektiva untuk menerangkan verba atau ajektiva tersebut. b. Kecenderungan meletakkan preposisi gei 'kepada' setelah verba atau c. Penggunaan negasi mei 'tidak' untuk mengakhiri kalimat Tanya.d. Tingginya frekuensi penggunaan pelengkap akibat diao 'jatuh'. Bidang semantik (yuyi )--a. Adanya kata yang bersinonimi.b. Adanya istilah yang berhomonimi ( tongciyin butongyi). c. Perluasan wilayah makna modalitas yao 'akan'. (Sanders 1992) Bidang pragmatik (yuyong)- Di Taiwan dan RRC terdapat perbedaan persepsi terhadap tingkat kesopanan sebuah ungkapan sehingga kebiasaan bertutur yang dihasilkan pun berbeda. Bidang aksara (Hanzi)--a. Ditemukannya sejumlah karakter dalam bahasa Mandarin tulis di Taiwan untuk makna yang lebih spesifik. Di RRC karakter-karakter ini tidak dipakai. b. Ditemukannya beberapa kelompok karakter di Taiwan yang radikal atau komponennya berbeda dengan radikal atau komponennya di RRC. Ditemukannya penggunaan karakter yang berbeda namun mengacu pada makna atau hal yang sama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhajir
Jakarta: Djambatan, 1984
499.221 MUH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Julianus Akun Danie
Jakarta: Balai Pustaka , 1991
499.27 JUL k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Omar, Asmah binti Haji
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1991
499.311 OMA k (1);499.311 OMA k (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Roolvink, R.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
499.22 ROO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembanga Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
499.27 GEO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Kurniawati
"ABSTRAK
"Penelitian ""Mendeteksi Klasifikasi Dialek Bahasa Lampung"" telah dilakukan di Provinsi Lampung. Lampung terletak di Sumatra bagian Selatan, provinsi dengan penduduk yang multietnis berjumlah 6.899.147 jiwa dan luas wilayah 3.528.835 hektare. Pengumpulan data dilakukan dengan mempergunakan pedoman wawancara yang ditanyakan langsung kepada informan dan melalui pengamatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan sebaran kosakata dasar Swadesh di empat puluh enam titik pengamatan yang nama bahasanya ditetapkan menurut pengakuan penduduk. Adapun aspek yang tercakup dalam penelitian ini adalah sebaran kosakata dasar Swadesh,,,unsur relik, isoglos dan persentase dialektometri, serta jumlah dialek. I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kombinasi hasil penghimpunan antara berkas isoglos dan perhitungan dialektomnetri di Provinsi Lampung diperkirakan ada sepuluh bahasa, yaitu bahasa Lampung, Bali, Jawa, Semende, Ogan, Bugis, Pegagan, Sunda, Komering, dan Basemah. Bahasa Lampung terdiri atas dialek Abung (0) dan Pesisir (A). Dialek Lampung Pesisir terdiri atas subdialek Lampung Pesisir dan Lampung Pubian. Unsur relik ditemukan di 149 kosakata dasar Swadesh. Kata-kata tersebut merupakan cerminan Proto Austronesia""
2007
T37513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>