Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tria Yuni Kartika
"Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia di Indonesia masih menjadi salah satu penyebab utama kematian balita dan terus menempati posisi teratas penyebab kematian pada balita. Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia pada balita sebesar 4,8%. Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua yang berada di wilayah Indonesia Timur memiliki prevalensi pneumonia pada balita melebihi angka nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor (faktor lingkungan rumah, karakteristik balita, dan karakteristik ibu balita) yang berhubungan dengan gejala pneumonia pada balita di Wilayah Indonesia Timur. Data yang digunakan bersumber dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dengan sampel sebanyak 191 balita. Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi gejala pneumonia pada balita di wilayah Indonesia Timur adalah sebesar 14,1%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan rumah, karakteristik balita, dan karakteristik ibu balita dengan gejala pneumonia pada balita. Terdapat 4 variabel yang memiliki risiko lebih tingi bagi balita untuk memiliki gejala pneumonia, yaitu jenis dinding (OR=1,64), status imunisasi (OR=1,83), pemberian vitamin A (OR=1,83), dan pendidikan ibu (OR=1,96).

Pneumonia is an acute respiratory infection that affects the lung tissue (alveoli). Pneumonia in Indonesia is still one of the main causes of under-five deaths and continues to occupy the top position as the cause of under-five deaths. According to the 2018 Riskesdas, the prevalence of pneumonia in children under-five is 4.8%. The provinces of East Nusa Tenggara, West Papua and Papua, which are in the eastern part of Indonesia, have a prevalence of pneumonia in children under-five exceeding the national figure. This study aims to analyze the factors (home environment factors, characteristics of children under-five, and characteristics of mothers) that are associated with the symptoms of pneumonia in children under-five in Eastern Indonesia Region. The data used comes from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) with a sample of 191 children under-five. The design used is cross-sectional. The results showed that the proportion of pneumonia symptoms in children under-five in Eastern Indonesia was 14.1%. There is no significant relationship between home environmental factors, the characteristics of children under-five, and characteristics of mothers with pneumonia symptoms in children under-five. There are 4 variables that have a higher risk for children under-five to have pneumonia symptoms, namely the type of wall (OR=1.64), immunization status (OR=1.83), administration of vitamin A (OR=1.83), and mother's education (OR=1.96). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Fahdiyani
"Upper respiratory infection (URI) in developing countries causes high morbidity among toddlers. Indonesia Health Ministry reported that non-pneumonia acute respiratory infection (ARI) increased by 2.6% from 2007 to 2011. Risk factors which may contribute to URI include environment and behavior. This study aimed to investigate environmental and behavioral factors with URI among toddlers. This case control study was conducted on February - April 2015 among toddlers in Tamansari that is a slum area in Bandung City. Case was 55 mothers with toddlers suffering from URI who came to primary health care, meanwhile control was twice bigger than cases selected from the environment and matched for age, sex and nutritional status. Environmental factors were density, humidity, ventilation, temperature and smoke disposal. Meanwhile, behavioral factors were hand-washing, mother?s smoking behavior, the use of mask, vitamin A consumption and exclusive breastfeeding. Results of study showed that environmental factor related to URI was only density with p value = 0.021 and OR = 2.843 (CI 95% = 1.168 - 6.920). None of maternal behavior factor was related to URI. Reducing density is an important and challenging issue in slum area, same as similary health promotion and prevention concerning URI are still necessary to reduce the risk of this disease among toddlers in urban slum area.

Infeksi saluran pernapasan akut atas (ISPA atas) di negara berkembang menyebabkan morbiditas tinggi pada anak bawah usia lima tahun (balita). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa ISPA nonpneumonia meningkat 2,6% dari tahun 2007 ke 2011. Faktor risiko yang dapat berkontribusi termasuk lingkungan dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor perilaku dan lingkungan dengan ISPA atas pada balita. Studi kasus kontrol ini dilakukan dari Februari-April 2015 pada balita di Tamansari yang merupakan daerah kumuh di Kota Bandung. Kasus adalah 55 ibu dengan balita menderita ISPA atas yang datang ke puskesmas, sedangkan kontrol dua kali lebih besar dari kasus dipilih dari lingkungan dan cocok untuk usia, jenis kelamin, dan status gizi. Faktor lingkungan adalah kepadatan, kelembaban, ventilasi, suhu, dan pembuangan asap. Sedangkan perilaku adalah mencuci tangan, perilaku merokok ibu, pemakaian masker, konsumsi vitamin Adan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang berkaitan dengan ISPA atas hanya kepadatan dengan nilai p = 0,021 dan OR = 2,843 (CI 95%: 1,168 - 6,920). Tidak terdapat faktor perilaku ibu yang berhubungan dengan ISPA atas. Pengurangan kepadatan merupakan masalah penting dan menantang di daerah kumuh, sama halnya dengan promosi kesehatan dan pencegahan tentang ISPA atas masih penting untuk mengurangi risiko penyakit ini pada balita di daerah kumuh perkotaan."
Bogor: Padjajaran University, Faculty of Medicine, Master of Public Health, 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Arifah
"ABSTRAK
Nama : Anis ArifahProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Pengembangan Klinik Pratama KedatonMedical Center menjadi RS Kelas D di Era JKNPenelitian ini tentang Analisis Pengembangan Klinik Pratama Kedaton Medical Centeruntuk menjadi Rumah Sakit Kelas D di Era JKN. Penelitian dilakukan dari bulan Oktobersampai bulan Juni 2017, dengan mengambil lokasi di Jl. Z.A. Pagar Alam No.77/79Gedong Meneng Rajabasa Bandar Lampung. Ruang lingkup penelitian meliputi analisislingkungan eksternal dan internal meliputi kelemahan dan kekuatan serta peluang danancaman. Jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif. Data primer melalui wawancaramendalam dan didukung dengan data sekunder yang diperoleh melalui laporan klinikPratama Kedaton Medical Center, Laporan Dinas Kesehatan Kota dan data BPS BandarLampung. Pada proses positioning, penelitian menggunakan alat TOWS dan Matriks IE,pada penentuan alternatif strategik menggunakan Quantitative Strategic Planning Method QSPM . Hasil Penelitin yang direkomendasikan adalah market development, dandidapatkan 6 enam strategi yang dihasilkan adalah Joint Venture, membuka 2 dua polibesar, melengkapi fasilitas bangunan, efisiensi biaya, penerapan teknologi baru,menciptakan layanan baru Medical Check Up MCU . Sehingga pada penelitian ini dapatdisimpulkan untuk saat ini klinik keadaannya lebih baik tetap menjadi Klinik Pratamadaripada menjadi Rumah Sakit Kelas D, tetapi peluangnya ada untuk pengembanganmenjadi RS kelas D.Kata Kunci : Klinik Pratama, RS kelas D, Faktor lingkungan eksternal dan internalmeliputi kelemahan dan kekuatan serta peluang dan ancaman

ABSTRACT
Name Anis ArifahStudyProgramme Study of Hospital AdministrationTitle Development Analysis of Kedaton Medical Center as a PrimaryHealth Care to become Class D Hospital in National HealthInsurance JKN EraThis research is about analysis of development Kedaton Medical Center as a primaryhealth care to become class D hospital. The study was conducted from October to June2017, taking place on Jl. Z.A. Pagar Alam No.77 79 Gedong Meneng Rajabasa BandarLampung. The scope of the research includes analysis of the external and internalenvironments including weaknesses and strengths as well as opportunities and threats.The type of the research done with qualitative approach. Primary data is taking throughin depth interview and supported by secondary data obtained from report of KedatonMedical Center, City Public Health Office, and Central Bureau of Statistic. In thepositioning process, this research using TOWS tool and IE Matrix. On the determinationof strategic alternatives using Quantitative Strategic Planning Method QSPM . Therecommended research result is market development, and there are 6 six resultedstrategy which are Joint Venture, opening 2 two major outpatient services, completebuilding facilities, cost efficiency, application of new technology, and created a newMedical Check Up MCU service. So in this study can be concluded for the currenthealth care service, that is better for Kedaton medical Center to remain as a primaryhealth care rather than a class D hospital, but there are chances for development tobecome a class D hospital.Key words Primary Health Care, Class D Hospital, External and internal environmentalfactors including the strengths and weaknesses also the opportunities and threat."
2017
T47803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Rahmadia Annur
"Konsumsi buah dan sayur pada remaja di berbagai negara masih belum memenuhi rekomendasi yang diberikan oleh WHO atau rekomendasi dari negaranya sendiri. Kurang mengonsumsi buah dan sayur merupakan salah satu dari 3 faktor risiko untuk penyakit tidak menular utama seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes mellitus, stroke, dan penyakit paru obstruktif akut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja awal di Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional yang dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di SMP Negeri 19 Jakarta dengan 136 siswa kelas 7 dan 8. Teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik sampel acak sederhana atau simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan form FFQ yang diisi sendiri oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 52,2% responden jarang mengonsumsi buah dan sayur. Dari hasil bivariat menggunakan uji chi-square terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi (OR=2,3; CI=1,1-4,6) dan preferensi (OR=2,3; CI=1,2-4,6) dengan konsumsi buah dan sayur.

Fruit and vegetable consumption among adolescents in many countries still less than the recommendations made by the WHO or the recommendation of his own country. Less eating fruits and vegetables is one of the 3 risk factors for the major noncommunicable diseases, such as cardiovascular disease, cancer, diabetes mellitus, stroke, and acute obstructive pulmonary disease. This study aims to determine the factors associated with fruit and vegetable consumption in early adolescence in South Jakarta. This study used a cross-sectional design which was conducted between February and May 2014 in SMP Negeri 19 Jakarta with 136 student respondents grade 7 and 8. This study used simple random sampling technique for taking the samples. Data were collected through the questionnaire and FFQ forms which were filled by the respondents. The results showed that 52,2% of respondents rarely eat fruits and vegetables. From analyses data by chi-square test, there were significant association between nutrition knowledge (OR=2,3; CI=1,1-4,6) and preference (OR=2,3; CI=1,2-4,6) with fruit and vegetable consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55009
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicola Putri Sasmita
"Perilaku makan menyimpang didefinisikan sebagai gangguan makan atau perilaku terkait makan yang terjadi secara persisten, dimana hal ini menghasilkan perubahan terhadap penyerapan makanan yang secara signifikan berhubungan dengan kesehatan fisik atau fungsi psikososial Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu dan faktor lingkungan dengan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 52.2% remaja putri memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan distribusi perilaku makan menyimpang 46.9% pada anorexia nervosa dan 5.1% pada bulimia nervosa.Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya perilaku makan menyimpang adalah citra tubuh, status gizi, pengaruh media sosia, pengaruh media massa, pengaruh teman, dan pengaruh orang tua.
Penulis menyarankan agar dilakukan konseling dan penyuluhan kepada remaja putri di Jakarta untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan yang baik dan benar sehingga kejadian perilaku makan menyimpang di kalangan remaja putri di Jakarta bisa ditekan jumlahnya.

Eating Disorder is defined as eating-related behaviors that occur persistently, and results in change to the absorption of food which is significantly associated with physical health or psychosocial functions. This study aims to determine the relationship of individual factors and environmental factors with eating disorder. The study was conducted using a cross-sectional study design.
The results showed that 52.2% of young women have a tendency to eat with eating disorders, and the distributions are 46.9% with anorexia nervosa and 5.1% with bulimia nervosa. The variables that shown significant relationship with the occurrence of eating disorder is body image, nutrition, social media , mass media, peer pressure, and parental influence.
The author suggested that counseling to young women in Jakarta is needed to improve knowledge about proper diet so that the incidence of eating disorder among adolescent girls in Jakarta can be reduced in number.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Khairuna Huwaida
"ABSTRAK
Konsumsi sayur merupakan salah satu bagian penting dalam mewujudkan gizi seimbang, untuk itu dianjurkan mengonsumsi sayur sebanyak 3-4 porsi/hari. Namun, anjuran tersebut belum terealisasi ditandai dengan tingginya data kurang konsumsi sayur dan buah dalam Riskesdas 2007 93,6 dan 2013 93,5 , khususnya di DKI Jakarta sebesar 94,5 . Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan konsumsi sayur menurut faktor individu dan faktor lingkungan serta sumbangannya terhadap kecukupan serat dan zat gizi mikro pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di SLTA X Jakarta Timur dengan 146 murid. Sampel didapatkan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden dan wawancara 2x24-hour food recall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi sayur murid hanya sebesar 25 g/hari 1,25 porsi/hari . Konsumsi sayur tersebut menyumbang 0,95 terhadap kecukupan serat, 5,08 terhadap kecukupan vitamin A, 3,86 terhadap kecukupan vitamin C, dan 1,32 terhadap kecukupan zat besi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada konsumsi sayur murid menurut sikap nilai-p=0,001 , preferensi nilai-p=0,007 , keyakinan diri nilai-p=0,019 , pengaruh teman nilai-p=0,024 , dan pengaruh orang tua 0,005 . Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat membuat program kesehatan, khususnya edukasi gizi untuk menambah pengetahuan murid mengenai pentingnya konsumsi sayur setiap hari sesuai anjuran Pedoman Gizi Seimbang.

ABSTRAK
Vegetables consumption is one important part in realizing balanced nutrition, so it recommended to consume vegetables as much as 3 4 servings per day. However, national scale showed that vegetables and fruits consumption was less 93.6 in 2007 and 93.5 in 2013 , especially in DKI Jakarta at 94.5 . This study aims to know the differences of vegetables consumption according to individual factors and environmental factors and their contribution to fiber and micronutrients in adolescents in DKI Jakarta. This study used cross sectional design, conducted in April May 2017 at SLTA X in East Jakarta with 146 students. The sample was obtained by purposive sampling method. Data were collected by using questionnaires filled by respondents and 2x24 hour food recall interview. The results showed that the vegetables consumption students 25 gram per day 1.25 servings per day . Vegetables consumption contributes 0.95 to fiber adequacy, 5.08 to vitamin A adequacy, 3.86 to vitamin C adequacy, and 1.32 to iron adequacy. The bivariate analysis showed that there were significant differences of vegetables consumption according to the attitude, preference, self efficacy, peer influence, and parenal influence p value 0.001, 0.007, 0.019, 0.024, and 0.005 . Based on that, it is expected that schools can create health programs, especially nutrition education to increase students knowledge about the importance of daily consumption of vegetables as recommended by the Balanced Nutrition Guide."
2017
S66862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ahdi Sabilarrosyad
"Upaya mitigasi efek gas rumah kaca telah dilakukan dengan berbagai cara dan pendekatan, salah satunya adalah dengan mengetahui kadar karbon pada cangkang dan tubuh gastropoda mangrove serta faktor lingkungan yang memengaruhinya. Penelitian telah dilakukan di Pulau Rambut dan Pulau Pari dengan mengambil sampel gastropoda Terebralia sulcata serta mengukur parameter lingkungan (suhu udara, pH tanah, salinitas air, dan karbon sedimen). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon cangkang dan tubuh T. sulcata di kedua pulau serta pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan hasil tersebut. Metode dalam mendapatkan nilai karbon pada tubuh T. sulcata dan sedimen dilakukan dengan pengabuan, sedangkan kadar karbon cangkang T. sulcata dilakukan dengan pengasaman. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kadar karbon (%C) cangkang di Pulau Rambut (10,08 ± 0,32) dengan Pulau Pari (10,16 ± 0,90). Sebaliknya, terdapat perbedaan signifikan antara kadar karbon (%C) tubuh di Pulau Rambut (33,66 ± 1,86) dengan Pulau Pari (19,88 ± 1,38). Kadar karbon sedimen dapat menjadi pengaruh kadar karbon tubuh T. sulcata dengan nilai korelasi sebesar 0,492 di Pulau Rambut.

Mitigation efforts to reduce greenhouse gas effects have been conducted using various approaches, including assessing carbon levels in the shells and bodies of mangrove gastropods, along with the environmental factors that influence them. Research was conducted on Rambut Island and Pari Island, where Terebralia sulcata gastropods were sampled, and environmental parameters (air temperature, soil pH, water salinity, and sediment carbon) were measured. The study aimed to identify differences in carbon levels in T. sulcata shells and bodies between the two islands and determine the environmental factors contributing to these variations. Carbon levels in the gastropod bodies and sediments were measured through combustion, while acidification was used for shell carbon assessment. Results showed no significant difference in shell carbon (%C) between Rambut Island (10.08 ± 0.32) and Pari Island (10.16 ± 0.90). However, a significant difference was observed in body carbon (%C) between Rambut Island (33.66 ± 1.86) and Pari Island (19.88 ± 1.38). The sediment carbon content can influence the carbon content of T. sulcata's body with a correlation value of 0.492 on Pulau Rambut Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Audrey Davalynn Pane
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 yang berjalan sejak Maret 2019 di Indonesia telah membuat pemerintah mengeluarkan peraturan untuk tetap berada di rumah. Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh yang diadakan selama pandemi meningkatkan durasi aktivitas remaja di rumah dan menimbulkan faktor-faktor lain yang mungkin berkaitan dengan kejadian kekerasan. Di sisi lain, kekerasan terhadap remaja terus meningkat setiap tahunnya. Dengan dampak buruk termasuk kematian yang diakibatkan oleh kekerasan, timbul kepentingan mendesak untuk melakukan penelitian mengenai kejadian kekerasan terhadap remaja dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi.
Metode: Penelitian observasional menggunakan analisis deskriptif dan multivariat dengan metode desain studi potong-lintang yang dilakukan dengan pengisian kuesioner daring yang terdapat pada instrumen bernama REDCap.
Hasil: Didapatkan subjek penelitian dengan sebaran berdasarkan usia 10-13 tahun 16%, 14-17 tahun 61.3%, dan 18 tahun 22.6%. Jenis kelamin laki-laki 34% dan perempuan 66%. Posisi anak terbanyak ialah anak terakhir 34%. Remaja yang taat pada protokol kesehatan sebanyak 21.7% dan tidak taat sebanyak 78.3%. Remaja yang mengikuti PJJ sebanyak 96.2%. Jenis keluarga terbanyak ialah keluarga inti 83% dan orang tua remaja yang bekerja sebanyak 91.5%. Pendidikan orang tua tertinggi ialah sarjana, ayah sebanyak 47.2% dan ibu sebanyak 36.8%. Sebanyak 67.9% remaja mengalami kekerasan dengan jenis kekerasan terbanyak ialah penelantaran sebanyak 50.9%. Seluruh faktor pada penelitian ini baik faktor anak maupun lingkungan secara statistik tidak berhubungan bermakna.
Kesimpulan: Prevalensi kekerasan terhadap remaja pada masa Pandemi COVID-19 adalah 67.9%. Kekerasan remaja tidak berhubungan secara statistik dengan faktor anak (usia, jenis kelamin, posisi anak, Pembelajaran Jarak Jauh) dan faktor lingkungan (jenis keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, tingkat ketaatan terhadap protokol kesehatan).

Introduction: The COVID-19 pandemic has prompted the government of Indonesia to issue regulations to stay at home. Distance learning activities increase the duration of adolescents activites at home and raise other factors that may be related with violence. On the other hand, violence against adolescents continues to increase every year. With the adverse impact including death caused by violence, the urgency to conduct research on the incidence of violence against adolescents and the influencing factors during COVID-19 pandemic arise.
Method: Observational research using analytic and multivariate analysis with a cross-sectional study design method that is conducted by filling out an online questionnaire in REDCap instrument.
Result: The research subjects obtained with a distribution based on the age of 10-13 years (16%), 14-17 years (61.3%), and 18 years (22.6%). 34% of its gender are male and 66% female. Most adolescent position is the last child (34%). The level of adolescents who obey the health protocol are 21.7% and 78.3% are not. As much as 96.2% subjects took distance learning. The most common type of family is the main family (83%) and the working parents of adolescents is 91.5%. Both adolescents' parents' highest education is bachelor degree. As much as 67.9% adolescent experiences violence with neglect as the most frequent violence type. Statistically, all factors in this study are not significantly related.
Conclusion: The prevalence of violence against adolescents during the COVID-19 pandemic is 67.9%. Child maltreatment is not related to both child factors and environmental factors. 
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Iskandar
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pemetaan faktor resiko agent, vektor dan tempat perindukan nyamuk malaria serta variabel spasial antara lain curah hujan, suhu, kelembaban, dan kondisi topografi yang berperan dalam penularan malaria serta bagaimana hubungan antara lingkungan dan faktor sosial terhadap malaria di kabupaten Sukabumi Tahun 2010. Sumber data berasal dari data sekunder Survey Kesehatan Daerah Tahun 2010, laporan program malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Tahun 2010 dan data Biro Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan disain Cross Sectional untuk menganalisa konstribusi faktor lingkungan dan sosial yang berpotensi menyebabkan kasus malaria pada masyarakat. Analisa dengan menggunakan chi square pada 5 variabel yaitu faktor lingkungan adalah keberadaan kandang ternak disekitar rumah dan topograpi wilayah dan untuk faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Hasil analisis dengan jumlah sampel 1.303 sampel,untuk faktor lingkungan,keberadaan kandang ternak disekitar rumah (p value=0.00 OR=5.78 CI 95% = 3.33-10.05), dan kondisi topografi (p value=0.00 OR=0.537 CI 95% = 0.31-10.92) terbukti berhubungan dengan kejadian malaria. Faktor sosial yang berhubungan dengan kejadian malaria yaitu faktor pekerjaan responden (p value=0.035), dan tingkat pendidikan responden (p value=0.024).
This study aims to obtain information regarding risk factors mapping agent, vector and the malaria mosquito brood and spatial variables such as rainfall, temperature, humidity, and topographic conditions that play a role in transmission of malaria and how the relationship between environmental and social factors of malaria in the district Sukabumi Year 2010. The source data came from secondary data Regional Health Survey in 2010, reports of malaria programs Sukabumi District Health Office in 2010 and the Central Bureau of Statistics data Sukabumi.
This research is descriptive-analytic by using Cross Sectional design to analyze the contribution of environmental and social factors that could potentially cause malaria cases in the community. Analysis using chi square at 5 variables namely environmental factor is the presence of cattle sheds around the house and topograpi region and for social factors are age, educational and level type of job.
The results of the analysis of a sample of 1.303 samples, to environmental factors, the presence of cattle sheds around the house (p value = 0.00 OR = 5.78 CI 95% = 3:33 to 10:05), and topographic conditions (p value = 0.00 OR = 0.537 95% CI = 0.31 -10.92) shown to be associated with the incidence of malaria. Social factors associated with malaria incidence are occupational factors respondents (p value = 0.035), and education level of respondents (p value = 0024).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
"ABSTRAK
Usia haid pertama (menarche) terlihat sangat erat kaitannya dengan kemakmuran dan gaya hidup yang berubah akibat pembangunan. Semakin makmur suatu bangsa, kaum wanitanya cenderung menunjukkan usia haid pertama yang lebih dini.
Makin dininya usia haid atau maturasi seorang wanita, membawa beberapa konsekuensi. Pada berbagai program untuk mengatasi tekanan penduduk seperti keluarga berencana, yang antara lain dikampanyekan melalui penundaan usia perkawinan, tentu akan bertolak belakang dengan maturitas yang semakin dini, karena usia produktif menjadi semakin panjang. Haid yang lebih dini juga menyebabkan usia reproduksi pada wanita semakin panjang yang artinya makin memberi kesempatan untuk beranak lebih banyak.
Haid pertama datang dengan membawa segala akibatnya, baik secara fisiologis maupun psikis. Secara fisiologis, berarti telah dapat bereproduksi, karena alat reproduksinya telah mulai berfungsi. Sementara itu menarche juga merupakan pertanda bahwa seorang gadis telah memasuki akil balignya, hal ini akan membawa akibat secara psikis, baik terhadap gadis itu sendiri maupun keluarga serta lingkungannya.
Dilihat dari keberadaan kebudayaan dan pranata setempat, semakin dini usia haid pertama secara biologis berarti memungkinkan wanita remaja yang bersangkutan untuk lebih cepat dewasa dalam hal kemampuan sistem reproduksi. Hal ini memberikan konsekuensi lain yang lebih besar, yaitu yang bersangkutan dapat segera mengandung bila mereka melekukan hubungan seksual dengan pasangannya.
Sementara itu pada sisi yang lain, pranata sosial setempat masih tidak mentolelir terjadinya hubungan seksual diantara sepasang wanita dan pria tanpa mereka diikat oleh pranata perkawinan. Kesenjangan ini semakin menjadi permasalahan kompleks ketika lingkungan sosial setempat juga menuntut remaja wanita yang bersangkutan untuk tidak segera menikah dengan alasan harus menyelesaikan sekolah atau pekerjaannya terlebih dahulu.
Studi ini bermaksud menggambarkan dan menelaah secara kritis tentang masalah haid, khususnya mengenai faktor-faktor yang mendukung atau menghambat proses terjadinya haid pertama atau menarche yang dialami oleh remaja wanita di daerah pinggiran perkotaan di sekitar kota metropolitan DKI Jakarta.
Temuan penelilian ini; tiga lingkungan sosial budaya bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor-faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche remaja.
Merujuk kepada Freeman yang berpendapat; bagaimana ke depan kita dapat membuat sintesa bagi kajian antropologi sosial dan biologi menjadi suatu studi tentang prilaku munusia. maka penelitian ini merupakan satu langkah awal menuju ke arah tersebut.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>