Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Anindita
"

Abstrak

Kebudayaan merupakan bentuk kehidupan berkembang serta dijadikan sebagai jati diri setiap masyarakat. Kebudayaan terbagi dalam beberapa unsur, salah satunya unsur bahasa. Penggunaan bahasa dapat disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan. Bahasa dalam bentuk tulisan salah satunya melalui lirik lagu. Lirik lagu mengandung bahasa-bahasa kiasan dan mempunyai makna tertentu pada tiap kata. Dalam penelitian ini, membahas estetika dan makna lagu lullaby karya Sujiwo Tejo. Estetika dalam lagu ini terlihat dari Purwakanthi dalam Puisi Jawa dan Majas. Makna dalam lagu lullaby karya Sujiwo Tejo mengandung nilai moral yaitu sebuah doa dan harapan orang tua kepada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa budaya jawa yang menggunakan simbol atau pasemon untuk menyampaikan sesuatu secara implisit di berbagai seni kehidupannya, termasuk dalam seni musik yang mengandung unsur bahasa yang digambarkan dari lagu Lullaby karya Sujiwo Tejo yang mengandung nilai estetika dan nilai moral yaitu berisi doa dan harapan orang tua kepada anak.


Abstract

Culture is a total way of life that progressively develop and defines an identity for many societies. There are several elements of culture, one of which is language element. The use of language can be delivered in the form of oral and written language. One of the examples to analyze written language is by using song lyrics. Within the lyrics, there are figures of speech and deeper meaning behind the certain words to be examined further. This research analyzes the aesthetic value and meaning of the song Lullaby by Sujiwo Tejo. The aesthetic value in this song lyrics can be examined by using Purwakanthi in Javanese Poetry and Majas. Also, the meaning of the song Lullaby by Sujiwo Tejo points out the moral values, such as a prayer and hope from parents to their own child. This study employs a descriptive qualitative method. In this study, the findings show that Javanese culture utilizes symbols or pasemon to deliver the implicit message in the various artworks in recounting life, one of which is song lyrics, depicted in the Lullaby song by Sujiwo Tejo which represent aesthetics and moral values regarding the prayer and hope from parents to their own child. Kata kunci : Song, Javanese culture, aesthetic values, moral

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liliek Nurlinda Diyani
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap loyalitas konsumen dalam keputusan pembelian produk dan atau jasa Jakarta L rsquo;beauty Skin Beauty Care tahun 2012. Desain penelitian cross sectional, dengan sampel sejumlah 100 reponden yang diambil secara probability sampling khususnya systematic sampling.
Hasil penelitian membuktikan adanya kontribusi faktor internal kepuasan dan faktor eksternal strategi pemasaran dan karakteristik produk. Strategi pemasaran memiliki kekuatan kontribusi paling besar terhadap loyalitas. Implikasi, keterbatasan, dan kontribusi penelitian ini dibahas dan penelitian masa depan juga disarankan.

This study analyzes the contribution factors of customer loyalty in purchasing decisions. The probability sampling method was used to collect the primary data. A total of 100 customers with effective questionnaires were collected from Jakarta L rsquo Beauty Skin Beauty Care. Regression analysis was adopted to test hypotheses.
The results demonstrate the contribution of internal factors satisfaction and external factors marketing strategy and product characteristics for customer loyalty. The marketing strategy has the most contribution for customer loyalty. Implications, limitations, and contributions of this study are discussed and future research are also suggested."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T49783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Utoyo
"Pokok masalah skripsi ini adalah menentukan kedudukan estetika dengan kesenian sebagai aplikasinya, didalam kerangka teori Marxisme, sebagai berikut: (1) Karl Marx Muda terheran-heran akan sifat kesenian (ia mengambil contoh kesenian Yunani Purba) yang transhistorical dan eternal charm. Hal ini disebabkan kesenian ternyata tidak termasuk dan berasal dari infra-struktur; aktifitas kesenian tidak sejalan dengan sejarah perkembangan material. (2) Marxisme sebagai ideologi menempatkan kesenian pada infra-struktur, sebagai alat propaganda politik revolusioner: Menyuarakan kepentingan Kelas Universal (Buruh) yang teralienasi. (3) Marcuse, seperti halnya Marxisme percaya bahwa alienasi manusia harus dilenyapkan dengan revolusi. Revolusi harus dilakukan karena arah perkembangan material (Materialisme Historis) telah diketahui sebelumnya, oleh karena itu perlu diantisipasi. Masalahnya bagi Marcuse adalah bagaimana menempatkan kesenian dalam revolusi politik ini, karena sifat kesenian itu apolitik. Dasar Teoritis: (1) Karl Marx Muda berpendapat, bahwa tidak seperti halnya dengan agama yang suatu waktu akan hilang, kesenian adalah kebutuhan hakiki bagi aktualisasi diri dan kemanusiaan; jadi kesenian disini bersifat antropologis.(2) Marxisme berpendapat bahwa kesenian mempunyai kebebasan yang relatif karena pada saat ini, kesenian harus mempropagandakan tujuan-tujuan politis mereka. (3) Marcuse yang ditopang oieh teori Freud tentang pleasure principle versus reality principle, Kant tentang Of Beauty as the Symbol of Morality, Schiller yang menjembatani sensuous impulse versus form-impulse dengan play-impulse, berpendapat bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara Truth, Freedom, Beauty, Art, Sensuousness dan Pleasure. Analisis Harcuse, Marcuse sependapat dengan Marx bahwa keterasingan pada manusia (alienasi) merupakan kondisi yang tidak normal, oleh karena itu perlu dilenyapkan secara revolusioner. Analisis Marcuse terhadap affluent society pada abad ini menunjukkan bahwa Kelas Buruh tidak lagi revolusioner karena mereka tidak sadar bahwa mereka sebenarnya teralienasi. Manusia pada dasarnya cenderung mencari kesenangan tanpa batas (pleasure principle). Pada affluent society, pleasure principle ini dapat diwujudkan yaitu dengan instinctual liberation. Berdasarkan Critique of Judgement (Rant), sensuous impulse (Schiller) merupakan pusat karena mempunyai daya pertimbangan terhadap causality dan freedom: ia menuntun manusia dari hukum kasualitas menuju kebebasan. Ciri dari sensuous impulse yang merupakan bagian dari life instinct 'naluri akan kehidupan' ini adalah play impulse. Play impulse ini terdapat pada kesenian dan bersifat kreatif, produktif dan hidup. Jadi akar dari kesenian itu adalah kehidupan yang bersifat erotis (erotogenic); tetapi kesenian tidak lantas menjadi happy ending karena di dalam estetika terdapat dialektika yang abadi antara Eros 'kehidupan'dan Thanatos 'kematian'(masalah-masalah meta-sosial). Kecemasan manusia akan waktu dan kematian dapat dihilangkan dengan abolishing time in time lewat play impulse sehingga pekerjaan dan waktu santai menjadi dis-play (Schein): hal ini dapat terjadi pada affluent society dimana art liberation dipadukan dengan teknologi yang telah dihilangkan sifat-sifat destruktifnya (gaya scienza) dapat membawa manusia pada kebehagiaan yang teraga. Kesimpulan, justru karena sifat kesenian (anti--art) yang otonom itulah, kesenian mempunyai kemampuan subversif terhadap tatanan mapan yang mengasingkan manusia. Estetika dapat menjadi prinsip reality baru, yaitu realita yang didasari oleh life-instinct 'naluri kehidupan'. Terdapat hubungan yang hakiki antara pleasure, sensuousness, beauty, truth, art and freedom, hal ini tercermin pada seni kontemporer (anti-art) sehingga seni menjadi seni pembebasan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairil Parmato
"Tubuh merupakan medium yang paling tepat untuk memvisualisasikan diri. Tubuh juga merupakan titik pusat bagi diri. Tubuh yang melekat merupakan jembatan yang menghubungkan diri ini dengan ruang-ruang tak terbatas yang akan memvisualisasikan identitas diri. Dalam sejarahnya, persoalan mengenai tubuh tidak banyak mengambil porsi dalam pembicaraan yang besar seperti politik. Baru pada abad ke-20, tubuh mulai ramai dibicarakan di ruang publik dikarenakan perkembangan teknologi dan media yang ada. Tubuh mulai banyak disorot dan persoalan mengenai tubuh dengan cepat menjadi topik utama dan meluas ke area di mana ada diskursus mengenai citra tubuh yang dibentuk dalam masyarakat sampai mengenai identitas sosial yang dibentuk oleh tubuh. Diskursus mengenai tubuh semakin meluas ketika arus media dan industri fashion mulai berkembang dengan cepat. Berbagai nilai dan konsekuensi yang hares diambil tubuh menjadi suatu hal yang dianggap wajar. Problem tubuh tidak lagi hanya menyangkut masalah nilai dan identitas sosial seorang individu, namun juga meluas kepada problem kesehatan bahkan seksualitas. Dalam sejarah filsafat sendiri, persoalan mengenai tubuh lebih fokus dibahas oleh seorang filsuf Prancis, Michel Foucault. Baginya, tubuh merupakan media bagi sensasi, rasa dan kenikmatan bertempat. Menurutnya, tubuh merupakan satu dimensi dengan empat variabel di dalamnya, yakni kuasa-pengetahuan, kenikmatan, rasa, dan sensasi. Baginya, kuasa bagi tubuh bukanlah alat untuk merepresi tubuh melainkan alat untuk memperluas kemampuan tubuh dan meningkatkan kualitas tubuh. Foucault membuat tiga bentuk analisanya terhadap tubuh, yakni force relation, di mana di sini ia mengemukakan mengenai kekuasaan dan tubuh. Kemudian ia juga mengemukakan mengenai anatomi tubuh dan perwujudan kekuasaan dalam tingkah laku. Yang terakhir, ia berbicara mengenai tubuh sosial di mana, di sinilah adanya perwujudan kekuasaan dan tubuh. Bagi Foucault, sebuah diskursus mengenai tubuh tidak akan habis dibahas karena pembicaraan ini menyangkut segala aspek yang ada di masyarakat, karena nilai-nilai sosial yang dibentuk dalam masyarakat, bahkan identitas sosial seorang individu akan berakar pada tubuh. Tubuh merupakan benda sosial di mana ia adalah penanda bagi sebuah masyarakat. Perkembangan masyarakat dengan sistem kapitalisme globalnya, membuat masyarakat modem terjebak pada sebuah era eksplorasi dan eksploitasi tubuh. Itulah mengapa Foucault mengatakan bahwa tubuh manusia merupakan tempat yang paling esensial untuk pengoperasian kekuasaan. Tubuh juga merupakan tempat untuk tempat di mana praktek-praktek sosial terjadi. Dan sini tercapai sebuah kejelasan bagaimana tubuh sampai digolong-golongkan, dikonstitusi, dan dimanipulasi oleh kekuasaan. Diskursus mengenai tubuh mulai melebar lagi ketika negara dan media mengambil tempat di dalanmya. Mulailah ada proses normalisasi dan idealisasi yang dibentuk oleh negara dan media. Problematika yang terjadi menjadi bertambah luas ketika perkembangan media menawarkan berbagai idealisasi di dalamnya. Hal ini membuat tubuh bukan lagi seonggok daging dengan kebebasan dan kuasa di dalamnya, melainkan tubuh sebagai barang bongkar-pasang yang bisa diutak-atik sesuai dengan keinginan, kapan pun dan di mana pun. Diskursus mengenai tubuh tidak akan luput dari pembahasan seksualitas. Perkembangan seksualitas sering kali mengalami represi, yang dimulai dari zaman Victoria. Bahkan, sampai sekarang pun represi terhadap seksualitas masih terjadi dengan adanya bentukan idealisasi dan normalisasi dan negara dan media tali. Kuasa yang tadinya berfungsi melebarkan sayap kualitas tubuh menjadi berbalik menghakimi dan membatasi ruang gerak tubuh. Diskursus yang ada mulai membuat sebuah nilai kebenaran mengenai tubuh dan seksualitas. Tubuh merupakan sebuah media tempat segala macam aksesoris melekat. Sekarang, tubuh bisa dengan mudah dibentuk, dimanipulasi, dan direpresi. Diskursus mengenai tubuh dan seksualitas tidak akan pernah memiliki truth (kebenaran) dengan T besar di dalamnya, karena my body, your body, our body is wonderland!"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S16196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4903
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Puspa Karina
"Saat ini, masyarakat memiliki produktivitas yang kian tinggi, sehingga mereka membutuhkan informasi dan komunikasi yang menuntut kemudahan dan kecepatan akses. Melihat fakta tersebut, perusahaan di bidang teknologi berlomba dalam menarik perhatian konsumen, salah satunya dengan melakukan strategi logo merek. Tujuan utama skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari identitas diri logo, manfaat fungsi logo dan estetika logo (logo self identity, logo functional benefit dan logo aesthetic appeal) terhadap pengenalan logo merek dan komitmen konsumen (logo identification dan customer commitment) pada merek Apple dan Samsung. Penelitian ini dilakukan dengan metode Structural Equation Modeling, dengan unit analisis warga Jabodetabek.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa konsumen lebih mudah mengenali suatu merek apabila logo merek memiliki unsur estetika dan memiliki keterkaitan dengan nilai yang dimiliki oleh diri konsumen. Komitmen konsumen akan meningkat jika logo merek yang didesain oleh suatu perusahaan memiliki unsur estetika dan memiliki keterkaitan dengan nilai yang dimiliki oleh diri konsumen. Pengenalan konsumen terhadap suatu logo merek tidak menyebabkan peningkatan komitmen konsumen/loyalitas akan suatu merek.

Nowadays, people?s productivity is growing high, so they need information and communication that demands the convenience and speed of access. If we look at the facts, technology companies race to attract attention of consumers by doing the strategies of brand logos. The main goal of this thesis is to determine the influence of identity logo, logo function and aesthetic benefits of logos toward logo identification and customer commitment on brand Apple and Samsung. This research was conducted by the method of Structural Equation Modeling, with doing analysis to people in Jabodetabek.
The results of this study concluded that consumers more easily identify a brand when brand logo have elements of aesthetics and coupled with a value that belongs to the consumer. Customer commitment will increase if the brand logo was designed by a company has elements of aesthetics and coupled with a value that belongs to the consumer. The introduction of a consumer brand logo does not lead to increased consumer loyalty/commitment of a brand.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S53330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Romario
"ABSTRAK
Dalam merealisasikan penggusuran, ada banyak faktor yang terlibat dalam pertimbangan estetika untuk melihat wilayah mana yang akan digusur. Kejadian penggusuran hampir selalu melibatkan hunian informal yang dianggap ugly, kemudian digantikan oleh sebuah rupa baru yang dianggap beautiful. Dalam konteks penggusuran di Jakarta belakangan ini, dikotomi beauty dan ugly dalam pertimbangan estetika membangkitkan rupa arsitektur yang cenderung modernis, dan bagaimana banyak upaya penggusuran akhirnya seolah berusaha untuk melawan ugliness daripada bangunan-bangunan sebelumnya. Salah satu kejadian yang baru saja terjadi adalah penggusuran wilayah Kalijodo. Menurut saya, apabila membandingkan Kalijodo sebelum dan sesudah dibangun RPTRA, akan ada beberapa hal yang cenderung kontras, yang terlihat sebagai upaya untuk melawan ugliness dari rupa arsitektur di Kalijodo sebelumnya.Dalam merealisasikan penggusuran, ada banyak faktor yang terlibat dalam pertimbangan estetika untuk melihat wilayah mana yang akan digusur. Kejadian penggusuran hampir selalu melibatkan hunian informal yang dianggap ugly, kemudian digantikan oleh sebuah rupa baru yang dianggap beautiful. Dalam konteks penggusuran di Jakarta belakangan ini, dikotomi beauty dan ugly dalam pertimbangan estetika membangkitkan rupa arsitektur yang cenderung modernis, dan bagaimana banyak upaya penggusuran akhirnya seolah berusaha untuk melawan ugliness daripada bangunan-bangunan sebelumnya. Salah satu kejadian yang baru saja terjadi adalah penggusuran wilayah Kalijodo. Menurut saya, apabila membandingkan Kalijodo sebelum dan sesudah dibangun RPTRA, akan ada beberapa hal yang cenderung kontras, yang terlihat sebagai upaya untuk melawan ugliness dari rupa arsitektur di Kalijodo sebelumnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Aripin
"ABSTRAK
Artikel ini berupaya mengaplikasikan pemahaman estetik dari pemikiran fenomenologi persepsi Merleau-Ponty. Upaya menjelaskan permasalahan yang kompleks pada kehidupan manusia melalui konsep sederhana yang selalu kita alami setiap hari sebagai rutinitas dalam kehidupan bersosial dan berbudaya secara praktis dan real. Melalui pemahaman estetika dari pemikiran Merleau-Ponty penulis akan menjelaskan mengenai keunggulan persepsi dan tubuh sebagai sarana mendapatkan pengetahuan lewat pengalaman langsung. Konsep persepsi dan tubuh menghasilkan pemahaman tentang konsep sinestesia sebagai kemampuan persepsi manusia dari intelektualitas indera-indera. Konsep persepsi sinestetik dari pemikiran Merleau-Ponty membawa penulis menuju pemahaman makanan sebagai objek estetik. Makanan sebagai objek estetik juga merupakan persepsi ambigu sebagaimana pemikiran Merleau-Ponty tentang penjelasan filsafat ambiguitasnya sebagai upaya mengatasi desripsi objektif dari empirisme dan intelektualisme. Melalui artikel ini, penulis berharap penelitian ini menjadi langkah maju untuk memandang tubuh dan makanan sebagai perhatian filsafat. Penulis mengharapkan pembaca untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang makanan sebagai objek estetik agar dapat menghargai makanan sebagai hasil kreasi.

ABSTRACT
This article seeks to apply the understanding of the aesthetic experience of Merleau Ponty 39 s thought about the phenomenology of perception. Efforts to explain complex problems in human life through simple concepts that we always experience every day as a routine in social life and cultured in a practical and real. Through the aesthetic understanding of Merleau Ponty 39 s thoughts, i will explain the primacy of perception and body as a means of gaining knowledge through direct experience. The concept of perception and the body produces an understanding of the concept of synesthesia as the ability of human perception from intellectuality of senses. The concept of synesthetical perception of Merleau Ponty 39 s thought leads me to the understanding of food as an aesthetic object. Food as an aesthetic object is also an ambiguous perception as Merleau Ponty 39 s idea of an explanation of his ambiguity philosophy as an attempt to overcome the objective descriptions of empiricism and intellectualism. Through this paper, i hope this research becomes a step forward to view the body and food as a philosophical concern. I expects the readers to gain new knowledge about food as an aesthetic object in order to appreciate the food as a creation."
2017
S69039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Fairuza Desliara
"Pemerintah berupaya merancang kota yang layak dan berkualitas bagi masyarakat
dengan penyediaan ruang dan fasilitas kota melalui konsep beautifikasi.
Beautifikasi dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta
memperbaiki citra kota. Namun, sering kali beautifikasi meninggalkan stigma
negatif akibat dianggap terlalu memikirkan estetika dan terkesan ‘gegabah’
sehingga perancangan tidak sesuai dengan kebutuhan warganya. Skripsi ini akan
membahas produk perancangan kota yang berfokus pada konsep beautifikasi, baik
yang ‘gagal’ maupun ‘berhasil’ dalam menciptakan ruang kota yang sesuai bagi
masyarakat.

The government seeks to design a decent and good quality city for the community
by providing spaces and facilities through the concept of beautification.
Beautification is done in order to improve the quality of people's lives and improve
the image of the city. However, it often leaves stigma due to considered being too
concerned with aesthetic pleasure and seems ‘rash’ that the design is irrelevant with
the needs of its people. This thesis will discuss urban design products that focus on
the concept of beautification, both 'failed' and 'successful' ones in creating urban
spaces that are suitable for the community.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisha Ayuma Putri
"Skripsi ini membahas mengenai pertanggungjawaban hukum bagi dokter dan klinik kecantikan yang menyediakan layanan stem cell untuk perawatan estetika beserta analisis penulis terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 563/Pid.Sus/2020/PN.Jkt.Sel. Fokus dari penelitian ini adalah mengenai legalitas penggunaan stem cell di Indonesia baik untuk tujuan pelayanan kesehatan maupun untuk digunakan dalam perawatan estetika. Bentuk penelitian skripsi ini adalah yuridis normatif dengan tipe deskriptif dan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan stem cell di Indonesia untuk tujuan penyembuhan penyakit maupun perawatan estetika diperbolehkan secara terbatas pada fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan izin dari kementerian kesehatan. Putusan Nomor 563/Pid.Sus/2020/PN.Jkt.Sel merupakan putusan yang menjatuhkan hukuman pidana terhadap seorang dokter yang menggunakan stem cell untuk perawatan estetika pada pasiennya. Hasil penelitian ini menyarankan agar pemerintah terutama kementerian beserta organisasi kedokteran yang berwenang untuk segera mengeluarkan pengaturan terkait kompetensi dokter yang diperbolehkan menggunakan stem cell baik untuk pelayanan kesehatan maupun untuk perawatan estetika sehingga kepastian hukum bagi dokter yang melakukan praktik stem cell dapat terwujud.

This study discusses legal accountability for doctors and beauty clinics that provide stem cell for aesthetic treatment along with the author's analysis of the South Jakarta District Court Verdict Number 563 / Pid.Sus / 2020 / PN.Jkt.Sel. The focus of this research is on the legality of using stem cells in Indonesia both for health care purposes and for use in aesthetic treatments. The form of this thesis research is normative juridical with descriptive type and qualitative methods. The results of this study conclude that the use of stem cells in Indonesia for the purpose of curing diseases and aesthetic treatments is limited to health care facilities that have obtained permission from the ministry of health. Verdict Number 563 / Pid.Sus / 2020 / PN.Jkt.Sel is a verdict that imposes a criminal sentence on a doctor who uses stem cell for aesthetic treatment of his patient. The results of this study suggest that the government, especially the ministry of health and medical organizations that are authorized to immediately issue regulations regarding the competence of doctors who are allowed to use stem cells for both health services and for aesthetic treatment, so that legal certainty for doctors who uses stem cell in their practicecan be realized."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>