Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan mendeskripsikan nilai estetika sajak "Nyanyian Angsa" karya W.S Rendra dari segi struktural. Sajak "Nyanyian Angsa" memiliki syarat-syarat penanda khusus seperti bentuk sajak bebas, pemunculan tokoh aku lirik yang dominan."
490 KAN 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper discusses the issue of theology that is indebted to sciences and technology.Technology,even though imposed a negative impact on theology particularly to rhose whose faith is still unstable,has strengtened Muslim belief and does not become a threat. How technology reinforces the faith of Muslim is related strongly with the agenda of reactualization along side the praxis activities....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Allan Dwi Amica
"ABSTRACT
"Hibriditas Musikal Pada Komposisi Ardawalika Karya Gustu Brahmanta", adalah sebuah usaha pcnelitian yang dilakukan penults untuk melihat dengan teliti dan komprehensif dari perspektif ilmu musik dan ilmu penunjang lainnya. Fenomena penciptaan komposisi berbasis dan budaya musik yang telah dipaparkan, komposisi musik Ardawalika memenuhi kritetia sebagai musik hasil campuran dua budaya musik. Upaya yang dllakukan Gustu Brahmanta dalam proses penciptaan karya musik Ardawalika memerlukan proses ekperimen baik secara konsep maupun secara musikalitas.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi, yaitu 1) Bagaimana estetika hibriditas musikal pads komposisi Ardawalika karya Gusto Brahmanta, 2) Bagaimana bentuk keseimbangan antara idiom musikal tradisi Bali dengan idiom musik jazz dalam hibriditas musikal pada komposisi ardawalika karya Gustu Brahmanta, dan 3) Makna apakah yang ada dalam hibriditas musikal pada komposisi ardawalika karya Gustu Brahmanta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Data diperoleh melalui observasi langsung, dokumentasi,dan wawancara.
Selanjutnya dengan melakukan kajlan yang mendalam penulis akhirnya menemukan kesimpulan bahwa hibriditas musikal pada komposisi ardawalika karya Gustu Brahmanta dibangun melalui beberapa unsur-unsur di dalamnya. Unsur-unsur musikal dalam komposisi Ardawalika, mengandung unsur estetika postmodern yaitu pastiche. Selaln 1tu juga menerapkan prinsip bricolage dimana adanya sebuah pencampuran yang bisa terlihat dari pengelompokan dan penggunaan instrumen dengan modal tangga nada yang berbeda satu sama lain. keseimbangan yang terdapat dalam idiom musikal komposisi ardawalika, dapat dicapai melalui keseimbangan yang simetris dan tidak simetris atau asimmetric balance. Dalam hal permaknaan signifikasi ditemukan suatu permaknaan denotative dan konotatif pada skor komposisi musik Ardawalika karya Gustu Brahmanta."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Bayu Pramana
"ABSTRACT
Kartu pos atau Postcard adalah salah satu benda pos berupa lembaran kertas bergambar ilustrasi atau foto untuk menulis kabar yang bersifat terbuka. Kartu pos pertama Kali diluncurkan pada 1 oktober 1869 di Austria dengan nama Correspondez kate. Sujana adalah orang Bali dan sekaligus seorang fotografer, antara tahun 1970-1990an mengkomunikasikan kreativitas fotografisnya dengan mengangkat tema tentang fenomena di Bali dari perspektif medium fotografi yang diungkap dalam karya kartu pos. Terkait dengan hal tersebut, maka tujuan penulisan ini ingin mengetahui pandangan tentang perubahan alam, manusia, arsitektur, pakaian dan beragam hal yang sangat mendasar di Bali yang diungkap pada kartu pos. Metode yang digunakan dalam mengkaji karya kartu pos yang diciptakan oleh Sujana adalah metode deskritif. Ruang lingkup pembahasan terfokus pada uraian tentang nilai-nilai estetika fotograifi terkait fenomena pariwisata di Bali pada karya kartu pos Sujana."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Septiyana Happysari
"Gangguan estetika orofasial secara umum mempengaruhi keadaan psikososial seseorang, rendahnya kepercayaan diri dan adanya hambatan dalam interaksi sosial pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup seorang individu. Estetika orofasial merupakan konsep subjektif yang dipengaruhi oleh banyak faktor, penilaian antara klinisi maupun pasien akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Alat ukur yang dapat digunakan untuk dapat menilai dampak psikososial gangguan estetika orofasial diperlukan sehingga klinisi dapat menilai persepsi pasien terkait gangguan estetika orofasial guna menunjang keberhasilan perawatan. Alat ukur Phychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnare (PIDAQ) versi Bahasa Indonesia merupakan alat ukur untuk menilai dampak psikososial gangguan estetika orofasial pada perawatan kasus prostodonsia yang telah dilakukan adaptasi lintas budaya Indonesia yang telah teruji valid dan reliabel, namun belum dilakukan uji responsif pada alat ukur PIDAQ-Id. Tujuan : Melakukan uji responsif dengan pendekatan konsep dengan melakukan uji hipotesis pada alat ukur PIDAQ-Id untuk menilai dampak psikososial gangguan estetika orofasial. Bahan dan Metode : Uji responsif dengan pendekatan konsep pada alat ukur PIDAQId dilakukan dengan cara uji hipotesis membandingkan nilai setiap domain PIDAQ-Id dengan dua kelompok subjek yang membutuhkan perawatan estetika dan kelompok subjek yang tidak membutuhkan perawatan estetika sesuai dengan opini subjek, persepsi pasien terhadap penampilan estetika orofasialnya menggunakan OES-Id, penilaian estetika orofasial oleh klinisi dengan menggunakan PEI-Id. Subjek penelitian merupakan pasien yang datang ke klinik Prostodonsia dan Orthodonsia RSGM FKG UI yang membutuh perawatan estetika orofasial atau tidak membutuhkan dengan rentan usia 18-65 tahun, pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Total subjek penelitian adalah 60 subjek terbagi menjadi kelompok pasien yang membutuhkan perawatan estetika orofasial (50%) dan pasien yang tidak membutuhkan perawatan (50%).
Hasil: Terdapat perbedaan signifikan nilai dampak psikososial estetika orofasial dengan alat ukur PIDAQ-Id antara pasien yang memiliki kebutuhan perawatan estetika orofasial dibandingkan dengan pasien yang tidak membutuhkan perawatan. Persepsi pasien terhadap penampilan estetika orofasialnya dengan dampak psikososial gangguan estetika orofasial menggunakan alat ukur PIDAQ-Id memiliki hubungan bermakna. Terdapat hubungan bermakna penilaian (p<0,05) estetika orofasial oleh klinisi dengan dampak psikososial gangguan estetika orofasial menggunakan alat ukur PIDAQ-Id, sehingga uji hipotesis menghasilkan 100% hipotesis diterima. Kesimpulan : Alat ukur PIDAQ-Id adalah responsif yang dapat digunakan untuk menilai persepsi pasien akan dampak psikososial estetika orofasial pada pasien prostodonsia.

Orofacial aesthetic impairments generally affect personā€˜s psychosocial, low selfconfidence and barriers to social interaction ultimately affect an individual's quality of life. Orofacial aesthetics is a subjective concept that is influenced by many factors, the assessment between clinicians and patients will produce different perceptions. Measuring tools that can be used to assess the orofacial psychosocial aesthetic disorders are needed so that clinicians can assess patient perceptions regarding orofacial aesthetic impairments in order of treatment success. The Indonesian version of the Phychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnare (PIDAQ) is a measuring tool for assessing orofacial aesthetic psychosocial disorders in the treatment of prosthodontic cases that have been adapted Indonesian cultures which have been tested valid and reliable, but responsive tests have not been carried out. Objective: To conduct a responsiveness test using a conceptual approach to the PIDAQ-Id measuring tool to assess the psychosocial impact of orofacial aesthetic impairments. Materials and Methods : Responsive test with a concept approach of PIDAQ-Id measuring instrument was carried out by means of hypothesis testing comparing the value of each PIDAQ-Id domain with two groups of subjects who needed aesthetic treatment and groups of subjects who did not need aesthetic treatment according to the subject's opinion, patient perception on the orofacial aesthetic appearance using OES-Id, clinical orofacial aesthetic assessment using PEI-Id. Participants were patient that came to Prostodontic and Orthodontic clinic at RSGM FKG UI were selected by consecutive sampling methode with an age range of 18-65 years and were asked about their need of orofacial esthetic treatment. A total of 60 subjects divided into groups of patients who needed orofacial aesthetic treatment (50%) and patients who did not need treatment (50%).
Results : There is a significant difference in the value of the psychosocial impact of orofacial aesthetics with the PIDAQ-Id measuring tool between patients who have orofacial aesthetic treatment needs compared to patients who do not need treatment. The patient's perception of his orofacial aesthetic appearance and the psychosocial impact of orofacial aesthetics disorders using the PIDAQ-Id measurement tool has a statistically significant correlation. There is a statistically significant correlation between clinical orofacial esthetics assessments with the psychosocial impact of orofacial aesthetics impairments using the PIDAQ-Id, so that the hypothesis test results in 100% of the hypothesis are accepted. Conclusion: The measuring tool of PIDAQ-Id is responsive which can be used to assess patient perceptions of the psychosocial impact, orofacial aesthetics in prosthodontic patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Selvi Agnesia
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah hasil pembacaan terhadap proses migrasi dan karya-karya teater modern dari seniman teater Nandang Aradea. Adapun perjalanan kreativitas seorang seniman yang mengalami proses migrasi fisik dan migrasi budaya berpengaruh pada transformasi estetika karya-karya teaternya. Melalui proses migrasi sebagai perantauan, Nandang Aradea melakukan perjalanan ulang-alik kebudayaan hasil pergerakan dari ruang (space), waktu (time) dan budaya (culture) yang berbeda antara desa dan kota, arus budaya tradisi dan modern, lokal dan global tanpa meninggalkan identitas asal yaitu kebudayaan Sunda sebagai pijakan dengan cara pandang Sunda yang kosmopolitan.
Kajian etnografi biografi ini ingin menjelaskan secara dialektis antara relasi tokoh dan karyanya. Kreativitas seorang seniman memiliki hubungan dialektika dengan representasi identitas secara individual, melalui sumber pengalaman dan pengetahuan yang dipengaruhi proses kultural dan sosial dengan masyarakat di mana seniman itu berada. Upaya pemaknaan karya teater modern Nandang Aradea dilakukan dengan penggalian perjalanan ulang-alik proses berkeseniannya melalui perantauan di dalam negeri dan luar negeri yang dilakukan di empat ruang yaitu Ciamis, Bandung, Moskow dan Banten. Nandang adalah seniman teater yang melakukan pencarian pengetahuan teater modern Indonesia di Bandung, selanjutnya mendalami teater modern Barat di Moskow dan melakukan peleburan seluruh pengetahuan dan pengalaman berteaternya di Banten dengan puncaknya menciptakan bentuk metode teater bernama Teater Miragarasa.
Setiap perjalanan dengan perbedaan ruang, pengetahuan, pengalaman dan dinamika kebudayaan mempengaruhi tranformasi perubahan estetika karya Nandang dalam artistik dan tematik. Upaya pemaknaan perjalanan ulang-alik terhadap karya teater modern Nandang Aradea memiliki hubungan korelasional dengan empat konteks utama yaitu identitas budaya, migrasi (merantau) dan transformasi estetika menuju Teater Miragarasa.

ABSTRACT
The research is resulted from the reading toward the migration process and the works of modern theater of the dramatist Nandang Aradea, by which the creativity journey of the artist experienced the process of physical migration and cultural migration that affected the aesthetic transformation of his theater works. Through the migration process of Merantau (wandering about to new places), Nandang Aradea did the cultural inter-space shuttle journey, resulted from the movement among different spaces, time, and culture between urban and suburban (village), between the flow of traditional and modern culture, between locality and globalism without leaving behind his former identity, that are, the ethnicity of Sundanese culture as its root and a cosmopolitan Sundanese as way of life.
This ethnography biography research will depict dialectically the relation between the figure and his work. The creativity of an artist has the dialectic connection with the representation of his individual/self-identity through the source of his experience and knowledge that is affected by the cultural process in society. The effort of constructing the meaning of Nandang Aradea?s modern theater works is done by digging the inter-space shuttle journey of his artistic process through the migration process in the four spaces: Ciamis, Bandung, Moscow, and Banten. Nandang was a dramatist who sought for knowledge about modern Indonesian theater in Bandung, then continually broadened his study in modern European theater in Moscow and assimilated the whole knowledge and theater experience in Banten by creating a form of theater methodology named Miragarasa Theater.
Each journey with different spaces, knowledge, experience, and cultural dynamic affect the transformation of Nandang?s aesthetic works in the scope of artistic and thematic. The effort of constructing the meaning between Nandang Aradea?s inter-space shuttle journey and his modern theater works is correlated with the four main contexts: cultural identity, the migration journey (Merantau), and aesthetic transformation that leads to Miragarasa Theater.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T44984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Sconardo
"Lumpur merah adalah limbah padat yang banyak mengandung besi oksida yang dihasilkan dalam produksi industri alumina (Aluminium Oksida, bahan baku utama dalam pembuatan logam aluminium dan banyak digunakan dalam pembuatan keramik). Aluminium berasal dari batu bauksit yang diolah sedemikian rupa, sehingga menjadi produk aluminium yang banyak digunakan. Lebih dari 95% dari alumina yang diproduksi secara global merupakan hasil dari olahan proses bayer, dimana untuk setiap ton alumina yang diproduksi, menghasilkan sekitar 1 sampai 2 ton Lumpur merah. Produksi alumina pada tahun 2020 berjumlah sekitar 130 juta ton, yang artinya, lebih dari 200 juta ton lumpur merah dihasilkan. Mortar merupakan campuran dari semen, pasir dan air yang umumnya digunakan untuk pelapisan struktur dasar suatu bangunan. Pada umumnya, mortar berbentuk plesteran atau acian yang berfungsi untuk merapikan dinding atau lapisan beton yang biasanya sudah ada dan berwarna abu-abu. Pada penelitian ini lumpur akan dikeringkan, kemudian dihancurkan menjadi butiran halus. Butiran halus lumpur merah akan dicampurkan dengan semen putih untuk dijadikan mortar dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Perbandingan yang digunakan adalah subtitusi red mud sebanyak 0%, 10% hingga 50% (berlaku kelipatan sepuluh). Hasil dari pengujian kekuatan tekan mortar dengan substitusi red mud sebanyak 20% memiliki daya kekuatan tekan yang lebih tinggi hampir 15% dari mortar semen putih. Substitusi lumpur merah ini juga memberikan estetika warna, dimana semakin banyak kandungan lumpur merah dalam substitusi ini, menyebabkan semakin merahnya mortar yang dihasilkan. Hasil XRF menunjukkan bahwa unsur Fe, Al, Si, dan Na merupakan unsur yang paling dominan. Pada Blaine test dan uji piknometer, hasil menunjukkan bahwa ukuran butiran lumpur merah adalah lebih kecil dan lebih halus dibandingkan semen pada umumnya.

Red mud is a solid waste which contains a lot of iron oxide that are produced in the industrial production of alumina (Aluminum Oxide, the main raw material in the manufacture of Aluminium and is widely used in the manufacture of ceramics). Aluminum comes from bauxite stone which is processed in a way that becomes a widely used end product. More than 95% of the alumina produced globally is the result of Bayer process, in which for every tonne of alumina produced, about 1 to 2 tons of red mud are made. Alumina production in 2020 amounted to around 130 million tons, which means, more than 200 million tons of red mud have been produced. Mortar is a mixture of cement, sand, and water which is generally used for coating of the basic structure of a building. In general, mortar is in the form of stucco or plaster that serves to smooth out walls or layers of concrete that are usually gray in color. In this study red mud will be dehydrated, then crushed into fine granules. Fine granules of red mud will be mixed with white cement to make a mortar with a size of 5 x 5 x 5 cm. The comparison used is red mud substitution of 0%, 10% to 50% (multiples of ten). The results of the compressive strength of mortar with 20% red mud substitution had a higher compressive strength of almost 15% than white cement mortar. This red mud substitution also provides color aesthetics, where the more red mud content in this substitution, the redder the mortar becomes. XRF results show that Fe, Al, Si, and Na are the most dominant elements. In the Blaine test and the pycnometer test, the results showed that the grain size of the red mud was smaller and finer than cement in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiarti Prananingrum
"ABSTRAK
Keindahan dan estetika pada fasad merupakan hal yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah bangunan, karena fasad merupakan bagian bangunan yang pertama kali dilihat dan dinilai oleh orang yang melewati bangunan tersebut. Sebagai bangunan yang mempunyai nilai dagang tinggi, perancangan fasad sangat penting pada bangunan pusat perbelanjaan, karena fasad harus dapat menarik perhatian orang untuk masuk ke dalamnya, sehingga dapat memberikan keuntungan, baik bagi pemilik maupun pengelola bangunan.
Perancangan fasad bangunan pusat perbelanjaan tidak hanya meliputi penataan bentuk bukaan, elemen dekorasi atau omamentasi dengan bentuk dan warna yang berbeda, tapi juga meliputi penataan reklame, yang merupakan identitas dan sarana iklan bagi tiap-tiap toko yang ada di dalam bangunan.
Reklame sebagai representasi dari tiap-tiap toko menampilkan ciri khas, baik berupa tulisan, gambar maupun wama dari masing-masing toko. Adanya keragaman atau variasi dari reklame seharusnya tidak menjadikan fasad kehilangan nilai estetisnya. Kedua elemen tersebut, fasad dan reklame, secara bersama-sama harus dapat memberikan kesan atau citra yang baik pada publik, dan dapat tetap menarik bagi orang yang melewati bangunan tersebut.
Pada skripsi inilah akan dipaparkan dan dibahas mengenai estetika perletakan reklame pada fasad bangunan. Prinsip-prinsip desain klasik akan digunakan sebagai dasar pembahasan penaiaan reklame tersebut, dengan pertimbangan prinsip-prinsip tersebut telah dan masih digunakan dalam merancang bangunan, dan telah menghasilkan karya arsitektur yang tetap indah sampai sekarang.

"
2001
S48266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manshur Zikri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas representasi kekerasan negara di dalam sebuah film.Peneliti menggunakan teori Estetika Kejahatan Michelle Brown dengan perspektif kriminologi kultural, dipadukan dengan teori kejahatan dan kekerasan
negara.Metodologi penelitian ini adalah analisis isi film yang didukung dengan data tanggapan 100 orang responden, yang kemudian digunakan dalam analisa wacana secara kontekstual. Penelitian ini menemukan sembilan adegan yang memiliki unsur representasi kekerasan negara di dalam The Act of Killing, serta mengajukan argumentasi bahwa produksi makna yang terjadi pada proses interaksi film dengan penontonnya menghasilkan pergeseran konsepsi mengenai kekerasan negara. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat sublimasi pada film terkait wacana kekuasaan dan kekerasan yang merasuk dan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat kontemporer, khususnya di Indonesia.

ABSTRACT
It discusses the representation of state violence in a film. I used the Aesthetics of Crime theory of Michelle Brown through the cultural criminology perspective,combined with the theory of state crimes and violences. I used the content analysis methodology toward the film which were supported by data from the responses of 100 respondents, which was then used in contextual discourse analysis. This study found nine scenes that had elements of representation of state violence in The Act of Killing, and argued that the production of meaning that occurs in the interaction between film and audiences produced a shift in the conception of state violence. This study concluded that there was a sublimation in the film related to the discourse of the power and violence that emerge and govern the contemporary social life."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Binaditia
"ABSTRACT
Drying clothes by hanging them outside is commonly found in tropical countries, such as in Indonesia, Singapore, and Malaysia, because of the abundant supplies of direct sunlight. However, many neighborhoods regulate the practice of hanging clothes outside, since it is often viewed as polluting the neighborhood rsquo s visualization. In populated places, like Jakarta, drying clothes by hanging them outside is also practiced due to a limited space. This undergraduate thesis aims to research about the relation between laundry practice and architectural aesthetics, which uses a methodology of observation and interview that took place in Kampung and Rusun in Jakarta. Investigation of case studies discovers a new discussion about domestic laundry practices that is vital to architectural aesthetics.

ABSTRAK
Mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah biasanya ditemukan di negara tropis, seperti di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, karena banyaknya pasokan sinar matahari langsung. Namun, beberapa perumahan di negara lain banyak yang mengatur praktik menggantungkan pakaian di luar, karena sering dipandang mencemari lingkungan sekitar. Di tempat-tempat berpenduduk padat, seperti Jakarta, mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah juga dilakukan karena keterbatasan ruang. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara praktik binatu dan estetika arsitektur, yang menggunakan metodologi pengamatan dan wawancara di Kampung Kerapu, Kampung Tongkol, dan Rusun Benhil. Investigasi pada studi kasus membuahkan diskusi baru mengenai praktik binatu dalam negeri yang ternyata penting bagi estetika arsitektur."
2017
S67900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>