Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Yoesoef
"Latar Belakang
Membaca lakon-lakon Rendra baik asli, saduran maupun terjemahan dan menyaksikan pementasan teaternya merupakan "pertemuan" dengan sejumlah kegelisahan, kekerasan, kelicikan, dan muslihat. Di samping itu juga perjumpaan dengan kepasrahan, kesetiaan, ketabahan, keindahan hubungan manusia. Di sisi lain, dengan membaca lakon dan menonton pertunjukan teatemya kita bertemu pula dengan sejumlah pemikiran Rendra tentang berbagai hal, seperti pemikirannya teatang kebudayaan, tradisi dan inovasi, dan sejumlah masalah kemasyarakatan yang menyangkut persoalan sosial, politik, dan ekonomi yang ada di sekelilingnya. Dari pertemuan itu lahirlah sebuah dialog yang mengarah pada usaha pemahaman dan upaya menghadapi kemauan serta perkembangan zaman.
Sebagai seorang seniman Rendra adalah seorang saksi. Ia menjadi saksi zaman atas segala persoalan, perkembangan, dan perubahan yang muncul dalam masyarakat. Kesaksiannya itu, lebih tepat jika disebut sebagai sebuah reaksi, ia tuliskan dalam bentuk puisi dan lakon. Selain itu ia wujudkan pula melalui pementasan lakon-lakon karya pengarang asing yang diadaptasinya atau diterjemahkannya.
Persoalan lain yang muncul apabila kita membicarakan Rendra, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan teater modern di Indonesia, adalah bahwa kita akan membicarakan seorang pembaharu. Dalam hal ini, ia telah menumbuhkan tradisi pertunjukan teater yang baru di Indonesia. Tradisi baru itu adalah tumbuhnya kesadaran akan perlunya sebuah bentuk teater yang mampu menyampaikan persoalan-persoalan masyarakat modern. Teater tradisional menurut Rendra tidak lagi mampu menjadi media yang efektif untuk menyampaikan dinamika masyarakat modern. Pemikiran ini kemudian diwujudkan dalam pelaksanaan di pentas teatemya. Dalam mewujudkan pembaharuannya ia juga memanfaatkan unsur-unsur pertunjukan tradisional dalam pertunjukannya, antara lain dalam pementasan Oidipus Sang Raja dan Hamlet yang bergaya kesenian ketoprak pada awal tahun 1970-an. Pemanfaatan unsur tradisi seperti itu barangkali telah disadari dan diinginkan pula oleh dramawan-dramawan lainnya, seperti Suyatna Anirum di Bandung. Akan tetapi, kecenderungan itu belum menggejala dan tidak dipandang sebagai suatu hal yang mengejutkan dalam kehidupan teater modern di Indonesia. Namun, ketika Rendra menggunakan perangkat tradisional dalam teatemya, orang mulai melihat sebuah usaha memodernkan pertunjukan teater dengan tidak meninggalkan unsur tradisi.
Di samping Rendra upaya memodernkan teater Indonesia telah banyak dilakukan orang, antara lain oleh Jim Adilimas di Bandung dan Asul Sani dengan ATNI-nya di Jakarta pada awal tahun 1960-an. Kedua tokoh ini tidak mengambil jalur tradisi dalam memodernkan teater, mereka justru banyak mengambil lakon-lakon dari Eropa dan Amerika sesuai dengan karakter lakon yang dimainkannya. Jim Adilimas, misalnya, banyak mementaskan dan menerjemahkan lakon-lakon karya Iouesca serta memperkenalkan bentuk konsep teater realis yang dikembangkan oleh Stanislavsky. Dari kalangan ATNI antara lain muncul pertunjukan "Monsserrat" dan "Bebek Liar"."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : PT.Citraprinsip Publisitas Indoadprint, 2005,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna, Anand
Jakarta: One Earth Media , 2005
959.8 KRI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bacharuddin Jusuf Habibie, 1936-
Jakarta: THC Mandiri, 2006
321.8 BAC d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kunarto, 1940-
Jakarta : Cipta Manunggal, 2002
363.2 KUN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aan Masyur
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
808.81 MAA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Puspitasari
Jakarta: Hikmah, 2006
899.221 DES k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dendy Sugono
"Dalam dunia linguistik telaah wacana baru mencapai perkembangan dalam menemukan bentuk dan arah sekitar awal tahun 1970-an walaupun sebetulnya bidang telaah ini telah dimulai sejak berabad-abad yang lalu dengan nama, antara lain, "seni berbicara", retorika. Bidang telaah ini mencapai kejayaannya pada Abad Pertengahan, tetapi pada abad-abad selanjutnya bidang telaah ini telah memudar dari perhatian orang, terutama pada awal abad XX. Pada awal abad itu orang memusatkan perhatiannya pada analisis kalimat atas unsur-unsur yang lebih kecil; kalimat dipandang sentral dan otonom sehingga analisis mereka terlepas dari konteks.
Dalam Bahasa Indonesia penelitian wacana merupakan hal yang baru karena telaah wacana baru mendapat perhatiaan orang setelah tahun 1980-an meskipun satu dasawarsa sebelum itu orang telah sadar akan konteks dalam analisis bahasa. Namun, pengertian konteks di situ mengacu pada kalimat atau pemakaian bahasa (pengaruh masuknya sosiolinguistik di Indonesia).Beberapa penulis telah membuka jalan bagi telaah wacana bahasa Indonesia. Dardjowidjojo (1986) menelaah benang pengikat dalam wacana, Poedjosoedarmo {1986) membicarakan konstruksi wacana, dan Kaswanti Purwo (1987) menelaah pelesapan konstituen dan susunan beruntun dalam menelusuri wacana bahasa Indonesia, serta Moeliono et al (1988) mengemukakan macam wacana dan alat pembentuk wacana: kohesi dan koherensi.
Telaah pelesapan subjek merupakan telaah kohesi (cohesion), telaah perpautan antarkalimat dalam wacana dan perpautan antarklausa dalam kalitnat. Kohesi itu sebagian dinyatakan melalui tata bahasa, disebut kohesi gramatikal, dan sebagian yang lain dinyatakan melalui kosa kata, disebut kohesi leksikal. Kohesi gramatikal meliputi pengacuan (reference), elipsis, dan penyulihan (substitution); sedangkan kohesi 'leksikal meliputi penyebutan ulang, sinonimi, dan kolokasi Konjungsi berada di garis batas antara kohesi gramatikal dan kohesi leksikal (Halliday dan Hassan,1979:6). Dengan pertautan lain, kohesi itu dapat diwujudkan melalui (a) pelesapan (deletion), (b) pemakaian pronomin a,(c) penyulihan, (d) penyebutan ulang, dan (e) pemakaian konjungsi."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
D334
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharto, 1944-
"ABSTRAK
Penelitian ini tentang daerah Banten pada masa revolusi, antara tahun 1945-1949.Nama Banten yang menjadi topik penelitian ini adalah nama lain keresidenan, salah satu dari lima keresidenan di Propinsi Jawa Barat.
Untuk memahami dinamika masyarakat Indonesia modern, masa revolusi mempunyai arti penting, oleh karena itu tidak dapat dilewatkan begitu saja Arti penting masa itu dan kritisnya keadaan sumber-sumber sejarahnya yang banyak berupa sumber lisan, karena sumber-sumber tertulisnya banyak yang hilang, musnah, atau dimusnahkan, mendorong perlunya segera ditangani penulisanya agar pengalaman yang dimiliki oleh pelaku sejarah dapat diselamatkan , sebelum mereka yang mempunyai pengalaman pada masa itu meninggal dunia.
Penanganan penulisan sejarah tentang mesa tersebut di tingkai lokal bertambah mendesak, mengingat, pertama, sangat sedikit di antura pelaku sejarahnya yang telah menuliskan pengalaman mereka, berbeda dengan pelaku sejarah di tingkat nasional. Kedua, para pelaku sejarahnya yang telah berusia lanjut, 70 tahun ke atas, satu per satu meninggal dunia.
Penulisan sejarah mesa revolusi dengan lingkup lokal, telah Mahican oleh beberapa peneliti asing dan Indonesia Usaha awal untuk tulisan seperti itu dilakukan oleh John. R .W. Small tentang Bandug. Lima belas tahun kemudian, Anthony Reid menulis daerah Sumatra Utara, Audrey R. Kshin meimuis daerah Sumatra Bares Tidak lama sesudahnya, Anton E. Lucas menulis daerah Brebes, Tegal, dan Femalang (terkenal sebagai "tiga Daerah), dan Michael C. Williams memilis daerah Banten."
2001
D359
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bank Indonesia, 2000
R 332.1105 BAN l
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library