Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enny Mulyawati
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian:
Anemia pada pekerja wanita, masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Penelitian ini merupakan studi intervensi yang bertujuan untuk membandingkan efek suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) dengan dan tanpa vitamin C terhadap kadar hemoglobin. Total sampel berjumlah 72 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin dan serum ferritin), penilaian pengetahuan tentang gizi dan anemia, penilaian pola makan, asupan makan siang di perusahaan (energi, protein, zat besi), dan pengumpulan data sekunder. Responden dibagi atas dua kelompok, kelompok I (kelompok perlakuan) yang diberikan TTD ditambah 100 mg vitamin C dan kelompok II (kelompok kontrol) yang diberikan hanya TTD . Intervensi yang dilakukan adalah: 1. Pemberian Obat cacing dosis tunggal, 2. Pemberian Tablet Tambah Darah /TTD (200 mg ferro sulfat dan 0.25 mg asam folat) dengan dan tanpa 100 mg vitamin C, satu kapsul perminggu dan satu kapsul selama 10 hari (waktu haid), dalam jangka waktu 16 minggu. Pengawasan dilakukan dengan ketat dan mencatat efek dari pemberian suplemen tersebut. Evaluasi hasil intervensi, dilakukan dengan cara membandingkan perubahan dari kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh, sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil dan Kesimpulan:
Dari 72 pekerja wanita ditemukan 56 orang (77.77%) menderita anemia. Faktor lain yang mempengaruhi anemia pada penelitian ini, adalah asupan makanan. Setelah intervensi selama 16 minggu, berhasil meningkatkan kadar hemoglobin, serum ferritin secara bermakna p < 0.05 pada kelompok I dan kelompok II. Untuk melihat efektivitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dianalisa efektivitasnya, memberikan hasil terjadi peningkatan kadar hemoglobin, serum ferritin, dan indeks masa tubuh lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol, walaupun secara statistik tidak bermakna. Peningkatan kadar hemoglobin rata-rata bagi kelompok I sebesar 2.51 ± 1.54 g/dl, dan kelompok II rata-rata 2.19 ± 1.62 g/dl. Peningkatan kadar serum ferritin pada kelompok I rata-rata 36.03 ± 21.83 ug/l, sedangkan kelompok II 28.64 ± 34.46 ug/l.

The Scope and Methodology:
At present, Anemia on female workers is still a health problem that reduces their productivity at work. This research is an intervention study that aims in comparing the effect of FIT supplement with and without vitamin C toward hemoglobin level. The study collected from a total of 72 samples, by observation, interview, laboratory testing (hemoglobin and ferritin serum), anemia and nutrition level of knowledge, evaluation of eating pattern, on-site food consumption at lunch (energy, protein, iron), and secondary data collection. Respondents are divided into two groups, group I (treatment group) are given FIT and 100 mg vitamin C, and group II (control group) that are given only FIT. Performed interventions include: 1.Providing single dosage of anthelmintic. 2. Providing FIT (200 mg Ferro-sulfate and 0.25 mg folat acid) with and without 100 mg vitamin C, one capsule per week, and one capsule per day for 10 days during menstruation, within the period of 16 weeks. The procedure was strictly controlled and every effect was collected as research data Evaluations of intervention effect were performed by comparing the difference of hemoglobin level, ferritin serum and body mass index, before and after intervention.
Result and Conclusion:
56 out of 72 (77.77%) female workers have anemia. After 16 weeks of intervention, hemoglobin and serum ferritin level were successfully increased. By analyzing the collected data of the given FIT in the treatment group and the control group, we can see that the treatment group have higher level of hemoglobin, ferritin serum and body mass index, compared to the control group, even though statically the result is not significant. The increase of hemoglobin level on average for group I is about 2.51 ± 1.54 g/dl, and for group II the average of 2.19 ± 1.62 g/dl. The increase of serum ferritin level on average for group I is about 36.03 ± 21.83 ug/l, and for group II the average of 28.64 ± 34.46 ug/l.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
"ABSTRAK
PERMASALAHAN : HIV/AIDS dan Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Wanita usia subur, khususnya yang berpenghasilan rendah pengunjung Puskesmas semakin rentan terhadap risiko penularan kedua penyakit tersebut. Sampai saat ini belum ada model upaya promotif dan preventif di Puskesmas yang mengintegrasikan pelayanan penyakit menular seksual (PMS) ke dalam pelayanan BP/KIA/KB di Puskesmas.
TUJUAN PENELITIAN : Mengembangkan model intervensi guna menurunkan risiko infeksi PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B bagi wanita usia reproduksi, wanita hamil dan peserta KB berpenghasilan rendah melalui keterpaduan program PMS dengan program kesehatan reproduksi di klinik KIA/KB dan BP di Puskesmas daerah perkotaan dan pedesaan.
HASIL KEGIATAN : Desain penelitian adalah Kuasi eksperimen, yaitu one group pre dan post test tanpa kelompok kontrol. Dalam intervensi ini dilakukan observasi awal, intervensi dan observasi akhir tanpa menggunakan kelompok kontrol. Hasil penelitian tahun I dapat diperoleh informasi bahwa infeksi saluran reproduksi pada wanita usia subur pengunjung BP/KIA/KB di Puskesmas perkotaan maupun pedesaan di daerah penelitian cukup tinggi. Dari pemeriksaan oleh staf laboratorium Puskesmas sendiri diperoleh angka infeksi sebesar 2-29%. Sesudah di periksa ulang oleh Lab. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, FKUI/RSCM diperoleh angka lebih tinggi yaitu 30-40%. Di lain pihak pengetahuan mengenai PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B di kalangan mereka masih sangat terbatas. Bahkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan sendiri yang berkaitan dengan PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B juga masih kurang.
Pada tahun ke II telah dilakukan intervensi di Puskesmas terpilih. Telah dilakukan persiapan intervensi berupa telaah hasil temuan, penyusunan silabus pelatihan petugas Puskesmas, penyusunan draft materi & media penyuluhan, lokakarya penyusunan jadwal dan model intervensi bersama Puskesmas daerah penelitian, uji coba dan penyempurnaan materi penyuluhan serta perbaikan dan penggandaan materi penyuluhan. Selanjutnya pelaksanaan intervensi dilakukan berupa: pelatihan petugas Puskesmas (dokter, bidan, perawat, tenaga laboratorium) mengenai manajemen dan pencegahan PMS, HIV/AIDS dan Hepatitis B, cara sterilisasi alat kesehatan termasuk jarum suntik, penyuluhan (pendidikan dan motivasi) ibu pengunjung BP/KIA/KB (beserta suaminya) oleh petugas Puskesmas yang telah dilatih, serta pemantauan kegiatan penyuluhan oleh tim peneliti.
SIMPULAN DAN SARAN : Telah dikembangkan model intervensi berupa pelatihan petugas Puskesmas mengenai manajemen dan pencegahan PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B serta materi baku yang terdiri dari silabus dan bahan serta penunjang pelatihan. Selain itu juga dikembangkan model serupa bagi ibu pengunjung BP/KIA/KB di Puskesmas termasuk materi dan penunjang penyuluhan. Kegiatan penyuluhan kepada pengunjung BP/KIA/KB di Puskesmas dilakukan langsung oleh petugas Puskesmas yang telah terlatih. Materi dan peraga yang telah diberikan di Puskesmas belum digunakan sebagaimana sesuai petunjuk. Hal ini disebabkan antara lain petugas belum menguasai teknik penyuluhan.
Disarankan dilakukan adaptasi dan penyederhanaan materi penyuluhan yang digunakan oleh petugas Puskesmas. Pelaksanaan penyuluhan bagi pengunjung BP di Puskesmas hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan dengan pengunjung Klinik KIA/KB. Perlu adanya pemantapan teknik penyuluhan bagi petugas pelaksana, khususnya KIA/KB. Evaluasi akhir mengenai dampak dan hasil akhir model ini harus dilakukan sehingga diperoleh masukan bagi pembuat kebijakan pelayanan, khususnya dalam upaya pencegahan dan penanganan PMS, AIDS/HIV dan Hepatitis B melalui jajaran pelayanan tingkat primer.

ABSTRACT
Intervention To Reduce Risk Of HIV/AIDS And Hepatitis B Among Low Income Reproductive Age Women Attending An Ambulatory/Mother & Child Health And Family Planning Clinic At The Puskesmas In Dki Jaya And West Java, 1995 - 1996THE RESEARCH PROBLEM : In Indonesia, HIV/AIDS and Hepatitis B have become major and critical public health problems. At present there is no cure for these two diseases. The low income married women of reproductive age (MWRA) are becoming more and more susceptible to the risk of infection of sexually transmitted diseases (STDs) including HIVI AIDS. Currently a model of integrating STD services into the existing ambulatory/ mother & child health (MCH)/ family planning (FP) services in the Puskesmas is nonexistent.
THE RESEARCH OBJECTIVES : To develop an intervention model in reducing the risk of STDs including HIV/AIDS and Hepatitis B infection for low income MWRA through integrating STD services into MCH/FP services in the Puskesmas both for urban as well as rural areas.
METHODOLOGY AND RESULTS OF THE STUDY : The design of the study is one group pre and post test without a control group (a Quasi-experimental design). A measurement was conducted at the beginning of the study then followed by intervention and evaluation/ measurement after the intervention. Three different measurements were conducted prior to the intervention period namely both qualitative and quantitative study (survey) and STD screening.
Results of the first year study are as follows: there is a significantly high proportion of STD among the MWRA visiting the ambulatory, MCH and FP clinic both in the urban and rural public health centers (Puskesmas). Screening test by lab technician of the Puskesmas indicated infection proportion of 2-29%. The results of the screening were rechecked by the Dept. of Dermatovenereology of the Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta and showed higher infection proportion i.e. 30-40%. On the other hand, knowledge on STD including HIV/AIDS and Hepatitis B among the women visiting the Puskesmas was very limited. Besides that, the knowledge and skills of the health personnel of the Puskesmas concerning the same subject was also relatively low.
During the second year of the study (199511996) an intervention was conducted in the four Puskesmas under the study. Preparation of the intervention was completed such as review of the study results, development of syllabus of training for the Puskesmas staff, development of draft of materials and media for health education, workshop on the scheduling and model of intervention with the participating Puskesmas, pre test and revision and reproduction of information, education & communication (IEC) materials. Furthermore, the following intervention was conducted in each Puskesmas namely training for Puskesmas staff (doctor, midwives, nurses and lab technicians) concerning management and prevention of STD including HIVIAIDS and Hepatitis B, methods of sterilization of medical instruments, education and motivation (health education) for women attending ambulatory, MCH and FP clinic of the Puskesmas by trained health personnel and monitoring of the activity at the Puskesmas by selected trained personnel as well as research team members.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS: A model of intervention to prevent risk of STD including HIV/AIDS and Hepatitis B infection has been developed. It consists of syllabus and training materials including visual aids for STD including HIV/AIDS and Hepatitis B management and prevention for the health personnel of the Puskesmas, and training materials of the same subject for women (including their spouses) attending ambulatory, MCH and FP clinics at the Puskesmas.
An adaptation and simplification of the educational materials for the ultimate target audience namely women attending service at the Puskesmas should be made. During the education session, the attendants of the ambulatory clinic should be separated from these attending MCH/FP services. In addition, it is indispensable to improve the technical skills in health education among the personnel of MCH/FP section of the Puskesmas.
It is strongly recommended to evaluate both the impact and outcome of the above intervention. Hopefully, the results will be useful for advocating policy concerning prevention and management of STD including HIV/AIDS and Hepatitis B at the primary care level namely at the Puskesmas in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Nurindah Kuswandaningsih
"Menjelang era pasar bebas diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, berbagai upaya telah dilaksanakan untuk meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan rumah sakit diantaranya akreditasi yang pada saat ini telah mulai dituntut oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Sampai sejauh ini belum pernah dilakukan studi tentang Pemastian Mutu (P.M) di bidang pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Pemerintah sehingga diperlukan suatu intervensi pedoman pelayanan kesehatan gigi di rumah sakit umum pemerintah.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi perbedaan antara kelompok intervensi pemastian mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit umum pemerintah terhadap kelompok yang tidak mendapatkan intervensi dalam hal kepuasan klien internal (staf) dan kepuasan klien eksternal (pasien) serta cakupan. Jenis penelitian ini adalah secara eksperimen kuasi menggunakan tempat poliklinik gigi dan mulut RSUP Fatmawati sebagai kelompok intervensi dan poliklinik gigi dan mulut RSUP Persahabatan sebagai kelompok kontrol, sehingga variabel "outcome" adalah tingkat kepuasan klien internal dan kepuasan klien eksternal, serta cakupan yang diamati secara deskriptif.
Data diperoleh menggunakan kuesioner terstruktur tentang mawas diri dari staf dokter gigi sebanyak 104, form kepuasan staf dari seluruh staf poliklinik gigi dan mulut yang diisi sendiri oleh responden sebanyak 170 dan form kepuasan pasien sebanyak 138 secara wawancara serta data kunjungan kasus dari register laporan rumah sakit. Kegiatan intervensi berupa pelatihan kepada staf poliklinik gigi dan mulut oleh Direktorat kesehatan Gigi selama 3 bulan secara berturut-turut setiap minggu sekali, dan observasi dilakukan selama empat kali, yaitu pertama sebelum intervensi kemudian bulan pertama, bulan kedua dan bulan ketiga selama kegiatan intervensi berlangsung. Data kemudian diolah secara statistik mulai dari ANALISIS univariat, bivariat sampai multivariat yaitu dengan Multivariate Analysis of Variance (MANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata skor Mawas Diri pada kelompok intervensi, sebelum dilakukan intervensi sebesar 1,84 kemudian bulan pertama, kedua dan ketiga pasca berturut-turut 5,92; 22,1 dan 26,51 dari tingkatan rendah (skor 0 aid 18) ke tingkatan sedang (skor 19 s/d 29). Rata-rata umur staf rmah sakit adalah 42,94 ± 9,04 tahun, staf laki-laki : 10 orang dan staf perempuan : 33 orang, rata-rata lama bekerja adalah 15,33 ± 7,82 tahun, dokter gigi spesialis : 7, dokter gigi :19, perawat gigi : 16 dan tekniker gigi 1 orang. Rata-rata umur pasien 32,11 ±11,73 tahun, laki-laki :57 perempuan :80, 79 berstatus kawin dan 58 belum kawin, dengan tingkat pendidikan 61,40% pada tingkat/lulus SLTA, penghasilan pasien di bawah Rp500.000 sebesar 70%. Intervensi P.M. mempunyai pengaruh bermakna terhadap kerjasama staf, pengembangan karir serta kepemimpinan. Intervensi P.M. juga mempunyai pengaruh bermakna terhadap pemberian informasi oleh dokter gigi. Setelah intervensi P.M. dilakukan tidak terdapat perbedaan cakupan antara kedua Rumah Sakit. Dari hasil yang diperoleh di kedua RS ternyata mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdapat jauh di atas standar yang ada, maka disarankan mengkaji ulang standar mutu pelayanan kesehatan gigi di RSU Klas B Pemerintah.

The Quality Assurance Intervention Study in Oral and Dental Health Service in Fatmawati Hospital 1997By the time entering the free market era there is a need for steady preparation of all factors various effort have been done to improve quality and coverage of dental health service among other accreditation which at this moment is already starting to be needed by the society of clients of the hospital. So far a study on quality assurance (Q.A) in the fields of oral and dental health service in general government hospital has not yet been done. As a result there is a need of intervention guidance of dental health service in the general government hospital.
The research has been aimed at collecting information on the difference between quality assurance of oral and dental health service intervention group and not obtaining intervention group on internal and external clients satisfaction and also the coverage. This research design is a quasi experiment using oral and dental health service in Fatmawati hospital functioning as an intervention group and oral and dental health service in Persahabatan hospital as the control group, hence as a result the outcome variable is internal and external clients satisfaction including the coverage which has been discriptively observed.
The collected data had been using structured questionnaire on self assessment of 104 forms staff dentists, 170 forms staff satisfaction and also 138 forms patient satisfaction by interviewing and case visiting from the medical record. The intervention activity consist of training for oral and dental service staff held by The Directorate for Dental Health during 3 months continually once a week, the observation to be held four times namely the first observation held before intervention and afterwards the first, the second and the third month during intervention time. Afterwards the statistical data processing starts statistically from univariate, bivariate up to multivariate analysis by using Multivariate Analysis of Variance (MANOVA).
The result of this research has been showing improvement of the average score of self assessment in the intervention group, before intervention has been done the score is 1.84 afterwards the first, the second and the third month successively 5.92 ; 22.1 ; and 26.51 from the low score (score 0-18) up to the intermediate score (score 19 - 29). The average age of the staff is 42.94 ± 9.04 years, consisting of 10 male staff and 33 female staff, the average service of staff 15.33 ± 7.82 years, 7 dental specialist, 19 dentist, 16 dental nurse and I dental technician. The average age of the patient is 32.11 ± 11.73 years, consisting of 57 male patient and 80 female patient, 79 married status and 58 unmarred, the level of education graduated mostly from senior high school (61.4%) and the level of income mostly under 500,000 rupiah per month (70%). The intervention Q.A has a significant influence in the cooperation of staff; carrier development and the leadership. The intervention Q.A have also a significant influence on getting information from the dentist. After the Q.A intervention has been applied it appears, that there is no difference in the coverage the two hospitals. The result observed from the dental service of the two hospitals is for higher than the established standard. Consequently it has been recommended to reevaluate the established standard of the class B general government hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Propinsi penderita penyakit kronik meningkat usia.Pengendalian yang seringdilakukan adalah dengan priskriptif terapeutik dan nasehat klinikal."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Pratiwi
"Karakteristik anak usia sekolah dasar yang berusia 6 - 11 tahun antara lain adalah lebih menguasai kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan matematika Santrock (2004: 20). Tugas perkembangan dan tuntutan belajar yang harus dilalui anak sekolah dasar, membuat anak hares dipersiapkan agar mampu menghadapi tugas perkembangan dan tuntutan di sekolah dasar. Kesiapan masuk sekolah adalah persyaratan keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seorang peserta didik memanfaatkan semaksimal mungkin suatu jenjang pendidikan Kesiapan anak dilihat dari lima aspek, yaitu a) perkembangan fisik dan motorik b) perkembangan sosial dan emosional c) pendekatan terhadap pembelajaran d) perkembangan bahasa e) kognisi dan pengetahuan umum.
Masing-masing anak memiliki kesiapan sekolah yang berbeda-beda. Untuk anak-anak yang secara usia kronologis seharusnya sudah slap masuk sekolah dasar, namun temyata usia mentalnya belum mencapai kematangan atau kesiapan sekolah, maka diperlukan bantuan ekstra untuk mempersiapkan kesiapan sekolah anak tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan kesiapan sekolah anak melalui intervensi program pembiasaan belajar.
Sesuai dengan definisi belajar yaitu perubahan perilaku yang teijadi secara permanen, yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan,et al., 1986: 140), maka perilaku belajar dapat dibentuk melalui pembiasaan. Kebiasaan belajar yang balk (good study habits) akan membuat anak mencapai nilai baik, slap untuk mengikuti pelajaran dan bisa berpartisipasi di kelas (Peters, 2000: 13).
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah seorang anak berusia 6 tahun yang telah duduk di kelas I sekolah dasar sejak tahun ajaran 2005/2006. Selama duduk di kelas 1, dapat dikatakan subyek belum memiliki kesiapan sekolah yang dapat dilihat dari tidak memiliki minat belajar dan menolak untuk belajar terutama dalam hal menulis, membaca dan berhitung, baik di rumah maupun di sekolah. Pada akhirnya, subyek tidak dapat naik ke kelas 2 karena tidak ada nilai rapor yang bisa is peroleh selama kelas I.
Peneliti menggunakan kuesioner asesmen kesiapan sekolah yang diadaptasi dan dimodifikasi dari Assessment School Readiness Indicators yang digunakan di 3 negara bagian Amerika Serikat yang dikembangkan oleh SECPTAN (State Early Childhood Policy Technical Assistance Network). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada kuesioner yang dibuat negara bagian Missouri_ Kuesioner yang disusun peneliti terdiri dari 55 item yang dikelompokkan dalam 5 aspek kesiapan sekolah berserta indikator-indikatornya, ditambah dengan 1 aspek serba-serbi atau pemikiran matematika dan ilmiah. Herdasarkan hasil asesmen kesiapan sekolah, subyek belum memiliki kesiapan sekolah pada aspek pendekatan terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat 5 perilaku yang diintervensi dalam penelitian ini yaitu perilaku mempertahankan perhatian pada tugas yang diberikan, menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu mengatasi frustrasi dan kegagalan, memiliki kebiasaan belajar di rumah dan memiliki sikap belajar yang positif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui program pembiasaan belajar yang telah dilaksanakan sebanyak Sembilan kali pertemuan, memperlihatkan terjadinya peningkatan kesiapan sekolah pada subyek. Melalui rangkuman basil program pembiasaan belajar, dapat dilihat bahwa subyek mengalami peningkatan pada semua perilaku yang ingin ditingkatkan. Hanya saja, peningkatan perilaku-perilaku tersebut masih belum belum stabil. Perilaku yang masih perlu ditingkatkan adalah kemampuan subyek dalam menoleransi frustrasi dan kegagalan. Subyek masih mudah patah semangat dan merajuk apabila menemui kegagalan atau hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Selain itu subyek juga seringkali tampak ragu-ragu dalam memulai sesuatu yang baru."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Juni Kuntari
"Pertamina sejak tahun 2003 berubah menjadi Perusahaan Persero yang berorientasi pada pencapaian laba. Saat ini PERTAMINA berada di bawah koordinator Menteri Negara BUMN dengan tolok ukur pencapaian keuntungan dan bukan lagi volume, balk dalam produksi, distribusi maupun penggunaan sumberdaya. Tahun 2006 Pertamina ditargetkan menyumbang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 15 triliun sekaligus sebagai BUMN yang memberikan kontribusi terbesar terhadap APBN.
Kondisi Iingkungan industri yang mendorong-perubahan strategi perusahaan dalam mencapai tujuan untuk menghasilkan laba, meningkatkan kebutuhan akan kemampuan organisasi dan para anggotanya dalam menyikapi perubahan. Kajian tentang perubahan yang signihkan dalam perusahaan ini disusun dalam Tugas Akhir dengan juduI Rancangan Program Intervensi Untuk Mengelola Perubahan Organisasi PT Pertamina (Persero). Situasi organisasi yang mengalami perubahan signifikan membutuhkan pars pemimpin yang memiliki kemampuan menggerakkan perubahan, menentukan visi, menterjemahkan strategi bisnis dan memotivasi orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan baru perusahaan.
Pembahasan dengan landasan teori perubahan organisasi dan kepemimpinan transformasional dalam tulisan ini mengusulkan program intervensi dengan metode Appreciative Inquiry (AID. Pendekatan AI menekankan pada proses menggali kekuatan dan potensi keberhasilan inidvidu maupun organisasi dengan menetapkan tujuan serta menyiapkan Iangkah nyata untuk pencapaiannya. Dengan metode AI diharapkan terbentuk sikap dan perilaku positif untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kinerja organisasi dan memenangkan persaingan. Program yang direncanakan berawal dari direktorat keuangan sebagai lokasi pilot untuk kemudian diimplementasikan ke seluruh perusahaan. Para pimpinan puncak dan menengah perlu menyamakan pemahaman atas visi organisasi, menterjemahkan tujuan menjadi strategi bisnis yang diikuti dengan program pendampingan eksekutif. Selanjutnya program pengembangan kemampuan pimpinan transformasional dan transaksional bertujuan untuk memastikan efektilitas para pemegang posisi penting dalam menggerakkan perubahan ke arah tujuan perusahaan. Program komunikasi ditujukan untuk menyebarkan pecan perubahan ke seluruh pekerja di direktorat keuangan serta mempersiapkan tahap implementasi selanjutnya.
Pada akhirnya, kunci sukses mengelola perubahan melalui rangkaian program ini membutuhkan adanya dukungan pimpinan puncak dan komitmen seluruh pekerja untuk menyatukan sikap positif, menyamakan pemahaman dan langkah nyata dalam pencapaian tujuan.

Pertamina has legally transformed to be PT PERTAMINA (PERSERO) since September 17,2003 by the enactment of Government Regulation No.31/2003. Pertamina is now under the coordinator of the State Minister of State-owned Enterprises. As a profit-oriented company, PT Pertamina (Persero) has to adopt a new paradigm which focuses on value creation profitability as its performance target replacing its previous target in volume for production, distribution and resources utilization. In early 2006 Pertamina was given target to contribute 15 trillion Rupiah to the National Budgetting and Planning which position this company as the biggest contributor. Industry external environment has been given Pertamina the driver for change the company's strategy to achieve its objectives as profit oriented company, as well as increasing the need for change in organization and its individual members. The significant changes in this company have been reviewed in this paper Designing Intervention Program to Manage Organizational Change in PT Pertamina.
Using organizational change theories and transformational leadership concept, this proposal introduced the Appreciative Inquiry (AI) method to design intervension program. This approach introduced by David Cooperrideer in a practice-oriented definition as follows, "Appreciative Inquiry is about the co-evolutionary search for the best in people, their organizations, and the relevant world around them. In its broadest focus, it involves systematic discovery of what gives "life" to a living system when it is most alive, most effective, and most constructively capable in economic, ecological, and human terms." This approach emhasizes the discocery of strengths and potentials for success in individuals and organization to determine its destiny, and prepare to deliver workable actions to achieve the destination. Using Al to plan and design leadership development with other integrated intervention program for Pertamina to develop positive behavior for improving organizational performance and competitive advantage.
The program is planned for Finance Directorate as pilot location and to be implemented to the entire organization. Started with every individuals in top and middle management position to ensure common understanding of organizational vision, for them to be able to clearly articulate vision to business strategy with appropriate executive coaching program. Leadership development program to build transformational and transactional leaders aim to ensure effectiveness of leadership role to drive and facilotate change program toward company's objectives. Simulatenously, an integrated communication program has to be planned to distribute change messages to all employees within Finance Directorate to ensure readiness for next implementation stage.
Finally, to ensure successful implementation of this program, it is imperative to obtain top management support and commitment from every employee to perform positive behavior and to align every efforts in achieving company's objectives.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Junifrius
"Upaya menanamkan pemahaman dan kesadaran (awareness) di antara guru-guru merupakan sebuah alternatif intervensi dini guna pemecahan masalah bullying di sekolah. Bagaimanapun peran guru sangat strategis sebagai agen perubahan yang memiliki kapital sosial dan kognisi.
Dalam TA ini, intervensi khusus ditujukan kepada para guru-guru di mana dengan cara sharing informasi dan usaha-usaha. lainnya diharapkan guru mempunyai pemahaman dan juga pada gilirannya adanya kesadaran tentang kasus bullying di sekolah tempat mereka mengajar. Kesediaan guru-guru untuk terlibat dalam usaha pengurangan-idealnya penghentian-kasus bullying dapat menjadi suatu penggerak utama bagi kemajuan suatu sekolah yang pada gilirannya akan mendatangkan efek domino pada yang lainnya, seperti orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks sekolah setempat, guru-guru dapai menjadi titik acuan dari suatu hubungan sosial yang sehat bagi siswa-siswi.
Baseline study tugas akhir ini dilakukan melalui pengamatan, sharing, survey (angket) dan diskusi. Adapun teori yang dipakai dalam intervensi adalah teori kognisi dan reducative strategy.
Hasil yang diperoleh dari usaha intervensi ini adalah dengan adanya komitmen nyata dari sekolah untuk lebih memperhatikan hubungan yang sehat antar siswa dan kesadaran guru akan pentingnya peran serta nyata dari mereka dalam menciptakan kondisi yang kondusif yaitu lingkungan sekolah tanpa bullying (no bullying School).
Keunikan pendekatan ini adalah di mana guru-guru yang sebelumnya punya pemahaman-pemahaman lama (belief) dan sikap terhadap indikator kasus bullying mengalami perubahan setelah mengikuti proses intervensi yang dilakukan. Sikap positif ditunjukkan melalui kesediaan untuk memberikan masukan-masukan konstruktif untuk bersama-sama mengatasi masaiah bullying.
Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa intervensi ini hanyalah merupakan usaha rintisan yang sangat awal maka sudah barang tentu pada tahapan selanjutiiya, penulis menyarankan untuk merealisasikan secara lebih atas keterlibatan banyak aspek untuk mengatasi persoalan bullying di sekolah tersebut, misalnya menyediakan layanan media yang memberi akses ke semua pihak, termasuk orang tua siswa, guna memantau hat yang terkait dengan pergaulan antar siswa, dan juga terbentuknya kelembagaan yang khusus dimaksudkan untuk meminimalisasi bullying dan tentunya pada tingkat yang lebih makro, adanya kemauan Yayasan untuk membuat kebijakan bersama untuk bullying.

Afford of cultivating knowledge and awareness about bullying among teachers is the very early initial alternative of intervention to prevent and to reduce bullying case in schools. Teacher, as an agent of change, has a unique and strategic role that brings about social change since he/she has social capital and cognitive aspect as well.
In this TA (Final Assignment), the intervention especially goes to the teachers by sharing of information on bullying and another methods in order teachers to have knowledge and as consequently they are aware of their school's situation and students and get themselves involved to be persons who are main mover that bring about revolving effect for wider spectrum of communities such as parents, society and government. For this context, teacher could also be a point of reference for students in creating a healthy social relationship.
Baseline study was done by tracing, observation, sharing, survey and discussion. The foundational theories of intervention are cognitive theory and reductive strategy by Kurt Lewin (quoted by Zaltmant).
The results of intervention are such as getting knowledge, awareness and commitment to be no-bullying school.
The uniqueness of this intervention is refreezing the new values and paradigm of teacher about bullying and in turn, developing positive behavior by giving some strategic, integrated and concrete input in order to reduce bullying.
As stated above, this project is only a beginning and early intervention, it is my hope and suggestion to follow up this intervention by further and vivid works namely integrated program which involve many aspect such as wider communities (parent, society and government) and policy on bullying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferona Rahmatya
"Kemiskinan sebagai masalah umum di antara negara-negara di dunia telah melahirkan fenomena anak jalanan. Anak jalanan adalah anak-anak yang selama 24 jam sehari menghabiskan waktunya di jalan, berusaha bertahan hidup dengan berbagai macam cara. Data BPS tahun 2000 menyatakan sekitar 31.000 anak jalanan tersebar di jalan-jalan Jakarta. Secara tidak sadar belajar berperilaku keras dalam usaha mempertahankan hidup. Mereka lupa akan kehangatan dan kasih sayang keluarga, dan tak jarang pula lupa akan jati diri.
Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya seorang biarawati mencoba mengumpulkan beberapa anak jalanan, memberikan rumah sebagai wadah anak-anak tersebut tumbuh kembang menjadi keluarga dan memberikan mereka pendidikan formal dan non formal dengan tujuan agar anak tersebut dapat merasakan kembali hal mereka yang telah hilang dan kelak menjadi mandiri.
Namun hal tersebut tidak mudah. Ratusan anak sudah keluar masuk dari rumah yang diberi nama rumah Kasih Mandiri. Hanya sedikit yang mampu beradaptasi.salah satu penyebab yang dirasakan adalah anak merasa tidak kohesif dengan keluarga barunya. Hal ini dipengaruhi sikap yang terbentuk di jalan yakni curiga dengan pihak baru, sulit berkomunikasi dengan bahasa positif, sulit bersikap saling menghargai dan sering berperilaku agresif untuk menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, dilakukan intervensi dengan tujuan menciptakan anak yang selaras dengan norma YKM dengan salah satu tujuan kegiatan adalah meningkatkan kohesivitas melalui hubungan interpersonal. Menurut FIRO kohesivitas kelompok dipengaruhi oleh kompatibilitas kebutuhan pada masing-masing anggota kelompok, Ada 3 jenis kebutuhan yakni kebutuhan untuk inklusi, kebutuhan untuk afeksi dan kebutuhan untuk kontrol. Kebutuhan ini akan diwujudkan melalui perilaku yang menginginkan dan yang mengekspresikan. Kelompok dikatakan kompatibel bila masing-masing anggota mendapat kepuasan atas pemenuhan kebutuhannya tersebut. Kegiatan yang dilakukan berupa experiential learning di alam bebas dalam waktu 6 jam. Melibatkan 22 peserta dari YKM yang berusia 16-18 tahun. Kebutuhan dan perilaku diukur melalui kuesioner FIRO-B.
Berdasarkan hasil pretes dan postest diketahui bahwa dalam 6 jam waktu pelatihan ada peningkatan mean terhadap perilaku inklusi (yakni dari 10,45 menjadi 10,82) dan perilaku afeksi (yakni dari 8,64 menjadi 9,14). Ada penurunan mean terhadap perilaku to control (yakni dari 5,64 menjadi 5,59) dan mean yang tetap terhadap perilaku to be control (3,82). Penurunan mean terhadap perilaku to control dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan untuk mengkontrol pada hampir seluruh peserta 71%. Pada saat pelatihan mereka belajar untuk sating berbagi kontrol sehingga perilaku mengkontrol mereka berkurang. Sedangkan bila dibandingkan antar kelompok, ada 1 kelompok yang memiliki peningkatan pada keempat area kebutuhan dan 1 kelompok yang sama sekali tidak ada peningkatan pada keempat area kebutuhan.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang mempengaruhi keberhasilan kelompok antara lain ada pembagian peran dalam kelompok yang baik, saling menerima dan mendukung, lalu membuka diri dan memiliki keinginan berkompetisi yang tinggi.

Poverty as major problems around countries in the world has establishing street child phenomena. Street child are children that spend 24 hours everyday in his/her life in the street, trying to make a living. Based on Central Statistic bureau, around 31,000 street children spread along Jakarta's main roads. Unconsciously, they were learning how to behave violence on way to survive. They can't remember about families warm, love and caring, and many of them, especially teenager having diffusion of their identity.
Lot of effort have been made, one of them are there is noun open her heart to gathered few street children, giving place to stay as home, so the children can growing up like other children. Giving them informal and formal education, for their right as a child and preparing them to become more independent.
It is not as simple as it thought. Hundred street children coming and go, but only few of them are able to adapt and living in this house. One of the reason are they are not feeling cohesive with their new family. This influence with the attitude built in the street, which is less trust with other people, lack of positive communications, hard to give respect to other and often give aggressive behavior to solve problems.
Due to that problem interventionist conducting intervention in order to reducing gap between children and YKM related with norms through interpersonal relation. According to FIRO, group cohesiveness influenced by compatibility of members need. There are 3 kind of need, need for inclusion, need for affection and need for control. These needs can be seen by members wanted and expressed behavior. Group compatible if each members satisfying by fulfilled their need.
Experiential learning in outdoor will be use as training method and participated by 22 children from YKM aged 16-18 years old and takes time around 6 hours training. FIRO- B questionnaire will be use to measure differences in need and behavior. Based on pretest and posttest result, there are increasing mean of inclusion behavior (pretest=10,45;posttest =10,82) and affection behavior (pretest=8,64; posttest=9,14). It is different with control. There is decrease mean in behavior to control (pretest-5,64; posttest-5,59) and no difference in mean of to be control behavior (3,82). Decreasing mean to control behavior happened influence by most of all participant have high need to control (71%), During training session they learn how to share control with other members.
Comparison among groups, I group has increased mean for all area and 1 group doesn't have any change in all area. Based on this training, group success influence by good role defined, respect and motivate each other, open self to other members, and having high competition need.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uun Nurulhuda
"Edukasi Suportif merupakan salah satu intervensi keperawatan dalam mendukung pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mobilisasi mandiri pasca operasi. Pengalaman di lapangan masih banyak pasien tidak melakukan mobilisasi dini pasca operasi karena kurang pengetahuan tentang mobilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi eduksi suportif terstruktur terhadap kemandirian dalam mobilisasi pasien pasca operasi fiksasi ekstremitas bawah.
Penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan yang digunakan adalah pre-test and post-test with control group design (quasy experiment with controll). Intervensi dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi suportif terstruktur terhadap pasien fraktur dengan fiksasi ekstremitas bawah pada periode pre operasi dan diobservasi tingkat kemandiriannya terhadap mobilisasi dini pada periode pasca operasi. Sampel kelompok kontrol dan kelompok intervensi 1 : 1 (kelompok kontrol 14 pasien dan kelompok intervensi 14 pasien), sehingga total sampel adalah 28 pasien.
Hasil uji tpaired membuktikan ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan pasien terhadap mobilisasi dini pasca operasi (p=0.000). Hasil uji tpooled membuktikan adanya perbedaan bermakna pengetahuan, sikap, dan keterampilan pasien terhadap mobilisasi dini pasca operasi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=0.000).
Dapat disimpulkan bahwa edukasi suportif terstruktur yang diberikan pada pasien periode pre operasi fiksasi ekstremitas bawah sangat berpengaruh terhadap kemandirian mobilisasi dini pasca operasi. Sebagai rekomendasi hasil penelitian ini perlu dapat dilanjutkan sebagai intervensi di rumah sakit yang mungkin selama ini belum dilaksanakan secara terstruktur dan terencana.

Supportive educative is one of the nursing interventions in supporting patients to increase knowledge and skills of self mobilization during post operation phase, however in fact it was lacking of the application in the field of nursing practice. This might be due to limited knowledge of the patient about early mobilization. This study aimed to describe the influence of a structured supportive educative intervention to self mobilization among patients with post operative on the lower limbs.
A quasy experiment design using a pre test and post test with a control group method was used in this study. The intervention applied in this study was a structured supportive educative that given to patients with fracture on the lower extremity and who used the fixation as the treatment. The level of patient self care in mobilization than was observed during the post operative period. The sample size of this study was 28 patients consisted of 14 patients in each intervention and control group.
The tpaired analysis showed that there was a statistically significant difference between knowledge, attitude, and patient skills and self care on the early mobilization group (p=0.005). Whereas the t-pooled test proved that there was a significant difference of knowledge, attitude, and patients skills in the intervention and the control group.
This study concluded that a structured supportive educative that provided to the patients during the pre operative phase had a great influence to the self care on the early mobilization during the post operative phase. It was concluded that a structured supportive education applied had an enormous impact on the self early mobilization during the post operative phase. This study clearly recommended that it is a necessity to apply the intervention more structured and well planed in the hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>