Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1071 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djokomulyono; Stefanus Tjiongan
"ABSTRAK
Perkembangan dan pertumbuhan Ekonomi di kawasan Asia Pasifik dan
di Indonesia khususnya, cenderung mendorong industri real estate di
Indonesia semakin bergairah. Industri real estate sendiri menurut para
pelakunya dapat dikelompokkan menjadi kelompok Bisnis Realti dan
kelompok Bisnis Properti. Dasar yang digunakan untuk melakukan
pengelompokkan adalah cara pengusahaannya yaitu dijual atau dikelola
sendiri.
Pengembangan suatu kawasan yang kecil, sedang maupun yang besar
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lokasi kawasan tersebut Faktor konsep
pengembangan ternyata mempunyai pengaruh yang dominan, diikuti oleh
komposisi produk yang akan dikembangkan serta strategi pengusahaannya.
Pengembangan suatu kawasan dapat díarahkan sebagai bisnis realiti
saja, sebagai bisnis properti saja atau merupakan korribinasi bisnis realti dan
bisnis properti. Peluang dan trend Industri Real Estate Indonesia memberikan
gambaran bahwa pengembangan suatu kawasan dengan konsep yang tepat dan
berbeda dengan yang lain dapat memberikan nilai tambah yang tinggi.
Kondisi lingkungan di sekitar kawasan merupakan salah satu aspek
yang perlu mendapat perhatian dalam rencana pengembangan suatu kawasan,
disamping aspek-aspek lain seperti : kondisi ekonomi, kebijakan pernerintah,
kondisi pasar dan kondisi persaingan.
Agar dapat mengamati dan menganalisa pengembarigan suatu kawasan
dengan balk, pemahaman akan para pelaku dalam industri real estate sangat
penting sehingga dapat mendukung pemahaman akan alternatif-alternatif
strategi yang mungkin ada dan analisa serta pemilihan strategi yang paling
baik dan tcpar bagi suatu kawasan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa
hal tersebut tidak mungkin dilakukan dalam sekejap atau sekaligus, sehingga
dalam industri real estate Strategi Tahapan pengembangan suatu kawasan
menjadi salah satu aspek yang penting.
"
1994
T1544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Sumanto
"ABSTRAK
Kebutuhan akan bandar udara bagi Sumatera Utara sudah sangat mendesak. Bandara yang ada saat ini yaitu Sandara Polonia sudah tidak layak untuk dijadikan bandar udara internasional di kola terbesar ketiga di Indonesia itu. PT. Angkasa Pura II sebagai perusahaan yang diberi hak oleh pemerintah dalam mengelola bandara diharapkan dapat berpartisipasi dalam membangun bandara yang Baru. Pemerintah akan membantu dengan menyediakan fasilitas pembangunan jalan tol serta jalur kereta api dari Medan.
Investasi pembangunan bandara merupakan hal barn bagi PT. Angkasa Pura II karena selama ini pembangunan bandara dilakukan oieh pemerintah dan kemudian diserahkan sebagai penyertaan modal pemerintah untuk dikelola. Hal ini terkait dengan fungsi bandara sebagai salah satu fasilitas keamanan. Investasi ini memerlukan biaya yang sangat besar dan pengembalian yang lama.
Selain investasi yang mahal risiko yang ditanggung pengelola jugs cukup tinggi. Pendapatan yang diterima dari penumpang luar negeri sangat tergantung dengan keamanan suatu negaraldaerah. Dilain pihak kontribusi pendapatan yang diterima dari penumpang luar negeri sangat besar. Selain itu juga ada risiko inflasi dan penetapan tarif yang ditentukan oleh pemerintah. Dengan investasi yang besar perusahaan tidak secara otomatis memiliki bandara karena tanah yang dipergunakan milik pemerintah sehingga tidak dapat diagunkan ke bank.
Karena pembangunan bandara tersebut tetap hares dilakukan maka perlu dilakukan evaluasi dalam memilih alternatif pendanaan yang tepat sehingga investasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam melakukan evaluasi dilakukan dengan metode capital budgeting. Pada metode ini dilakukan penghitungan Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) serta Profitability Index (PI) untuk menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat.
Untuk melakukan penghitungan maka dikembangkan asumsi-asumsi yang dapat mempengaruhi penghitungan. Asumsi tersebut ada yang bersifat umum seperti makro ekonomi, inflasi serta nilai tukar rupiah dan ada yang bersifat khusu seperti investasi, biaya modal, arus kas dan lain-lain.
Berdasarkan penghitungan PP, NPV, IRR dan PI dengan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga alternatif pendanaan hanya altematif pendanaan 11 yang layak dipilih untuk proyek investasi. Altematif pendanaan merupakan alternatif dengan komposisi modal sendiri sebesar 10% dan pinjaman sebesar 90%. Pada alternatif pendanaan ini pemerintah melakukan pinjaman langsung ke lembaga donor lalu menyalurkannya ke PT. AP II. Dengan cara tersebut pemerintah menjamin pengembalian pinjaman sehingga biaya bunga yang dikenakan relatif kecil.
Pada evaluasi ini juga dilakukan analisis sensitivitas dengan mengasumsikan bahwa perekonomian Indonesia sangat Balk sehingga inflasi relatih kecil (6%). Dengan asumsi yang optirnis tersebut maka depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD semakin kecil. Perubahan asumsi tersebut membuat alternatif pendanaan II juga layak untuk dipilih. Alternatif pendanaan ini mensyaratkan pecan serta pemerintah untuk menanggung sebagian dari kebutuhan investasi.

ABSTRAK
The new airport for North Sumatera provence is urgently necessary. For a third biggest city in Indonesia, Polonia is no more proper as the international airport. Indonesia government hopes PT. Angkasa Pura II will participate in the establishment of the new airport. The government will help the facilitation of the construction of the new highway construction and the new railway pay.
New Airport investment is a new thing for PT. Angkasa Pura, since the government has only done it and then the premise would be handed over as a government capital to be managed. That is due to the function of an airport as one of the security facilities. Thisinvestment requires a large capital and has a long period of return.
As the investment is highly costly, the risk managing it is of high level. Income from foreign passengers will be highly determined by the safety factor in the country/area, while the contributive income is always at a large scale. There are also risks of inflation and tariff regulation from the local government. With such a big investment, the managing company is not automatically entitled to the proprietorship of the land, since the land is the property of government. Thus, the land cannot be offered as a warranty in any mortgage.
The establishment of the new airport has to go on. So, an evaluation in choosing investing alternates, which is right and proper to improve the company value, needs to be done. In such evaluation a capital budgeting method is recommended. With this method figures like: Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) and Profitability Index (PI) will be calculated to determine the best investing alternate.
Assumptions that influence the calculation will be developed. Some assumptions are general like economic macro, inflation and exchange money. And some assumptions are specific like investment, capital expenses, cash flow etc.
Based on PP, NPV, IRR and PI with the assumptions, a summary will be stated that investing alternate second is the best chosen as Investment Project, out of three. The investing alternate second is the one composed of 10% own capital and 90% bank loan_ Upon this alternate, the government will get a direct loan from a donating institution and flow the fund to PT. Angkasa Pura II. That way, government guarantees the payment to minimize the interest as low as possible.
In this evaluation a sensitivity analyses is done by assuming that Indonesia economy is in a good condition that the inflation rate is relatively low (6%). With such optimistic assumption, the depreciation of foreign exchange rate towards USD will get lower. The change of assumption also makes the investing alternate second get chosen. This investing alternate requires the active involvement of government to deal with some of the investment necessities.
"
2007
T 19683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan
"Penggunaan gas bumi pada pasar domestik menunjukkan bahwa gas bumi belum digunakan secara optimal dan merata pada setiap sektor pengguna (industri rumah tangga usaha kecil dan transportasi). Perbandingan penggunaan gas bumi pada sektor industri mencapai lebih dan 98% sedangkan penggunaan gas bumi pada sektor rumah tangga kurang dan 2%. Kurangnya infrastruktur distribusi gas bumi ke lokasi calon pelanggan merupakan kendala pemanfaatan gas bumi. Di sisi Iain penggunaan BBM khususnya minyak tanah untuk rumah tangga yang sampai saat ini masih disubsidi menempati peringkat BBM dengan subsidi tertinggi. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan thesis ini direncanakan pengembangan pipa distribusi gas bumi dengan pola investasi yang berbasis analisa resiko dalam rangka penggunaan gas bumi sebagai energi pengganti BBM pada sektor rumah tangga dengan harapan dapat menurunkan subsidi pemerintah.
Langkah Iangkah yang dilakukan meliputi pengumpulan data, pengembangan model keekonomian, pembuatan disain jalur pipa distribusi dan pengolahan data itu sendiri serta hasil kajian Sebagai lokasi kapan dipilih beberapa perumahan yang terdapat di Kota Tangerang yaitu perumahan Batuceper Permai dan Polri di Poris, Poris Indah, Tarnan Poris, Taman Poris Gaga dan Cipondoh Makmur.
Dengan menggunakan perangkat lunak Oil and Gas Economic Model (OGEM) dilakukan perhitungan keekonomian pada lokasi terpilih diperoleh besaran biaya distribusi gas dan harga gas. Berdasarkan perkiraan penggunaan 1 liter minyak tanah Setara dengan penggunaan 0,6 m gas bumi maka diasumsikan harga Jual gas sebesar 0,6 kalinya. Dengan pendekatan harga beli minyak tanah oleh masyarakat sebesar Rp 2.700 per liter yang dianggap sebagai kemampuan daya beli gas menunjukkan bahwa masih diperlukan bantuan pendanaan dari Pemerintah untuk pembangunan pipa distribusi gas bumi masing masing lokasi terpilih yang berkisar antara 25% sampai dengan 60%.
Suatu proyek akan menarik bagi investor apabila mempunyai tingkat kepastian dalam penanaman modalnya sekurang kurangnya sebesar 80%. Dalam pembangunan pipa distribusi gas bumi untuk keperluan rumah tangga pada lokasi terpilih dengan menggunakan simulasi Crystall Ball dengan tingkat kepastian sekitar 80% menghasilkan IRR yang cukup tinggi yaitu sekitar 19% yang menunjukkan bahwa penanaman investasi menarik apabila harga sesuai keekonomian."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T21266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnohadi Ariyoto Karnen
Depok: UI-Press, 2007
PGB 0025
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Prasthiwi
"Penurunan suku bunga Setifikat Bank Indonesia (SBI) menyebabkan bank-bank menurunkan suku bunga simpanannya, khususnya deposito. Dengan menurunnya suku bunga deposito tersebut, pemilik modal kelas menengah keatas mulai mencari suatu bentuk altematif penanaman dana yang lebih menarik dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Salah satu bentuk alternatif tersebut adalah Reksa Dana yang temyata direspon secara antusias oleh para investor. Investasi pada instrumen Reksa Dana yang berbasis saham mengandung tingkat risiko yang relatif lebih besar. Hal ini dikarenakan penghasilan dari saham yaitu berupa deviden dan capital gain bersifat tidak pasti, dimana deviden ini dapat dibayarkan oleh perusahaan jika terdapat kelebihan kas. Di sisi lain, capital gain ditentukan naik turunnya harga saham di bursa. Risiko tersebut muncul karena adanya volatilitas (fluktuasi) harga sekuritas dari waktu ke waktu. Penelitian Karya Akhir ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan menghasilkan suatu model terbaik yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat imbal hasil dari portfolio reksa dana saham dengan memperhatikan variable imbal hasil pasar dan makroekonomi tertentu. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis model tersebut untuk mengetahui tingkat volatilitas imbal hasil portfolio reksa dana saham tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan single index model, multifactor model serta
multifactor model with LQ45. Profil volatilitas dari masing-masing reksa dana saham dapat diketahui dengan melakukan mean process yang kemudian dilanjutkan dengan proses conditional variance. Hasil penelitian pada ketiga model, masalah volatilitas hanya terjadi pada 3 buah reksa dana pada kondisi multifactor model dengan LQ45 saja. Hal ini menunjukkan bahwa volatilitas imbal hasil reksa dana saham secara umum relatif konstan. Volatilitas yang konstan diduga karena efek dari diversifikasi, dimana terjadi pengurangan unsystematic risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23042
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas A. Pandu A.
"Investasi pada instrumen reksa dana yang berbasis saham mengandung tingkat risiko yang relatif lebih besar daripada investasi lain seperti deposito, tabungan dan obligasi. Hal ini dikarenakan penghasilan dari saham yaitu berupa deviden dan capital gain bersifat tidak pasti, dimana deviden ini dapat dibayarkan oleh perusahaan jika ada kelebihan kas. Di lain sisi capital gain ditentukan naik turunnya harga saham di bursa. Risiko tersebut muncul karena adanya volatilitas (fluktuasi) harga sekuritas dari waktu ke waktu.
Penelitian karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui profil volatilitas imbal hasil Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana saham. Model yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat volatilitas di masa yang akan datang, yang berguna dalam penentuan keputusan investasi. Pembentukan model adalah dengan menggunakan metode ARCH/GARCH. Penelitian ini menggunakan pendekatan single index dimana indeks pasar digunakan sebagai variabel independen yang memprediksi NAB. Pembentukan model ARCH/GARCH diawali dengan proses mean lalu kemudian dilanjutkan proses conditional variance dimana kemudian baru bisa ditentukan profil volatilitas dari masing-masing reksa dana saham yang dijadikan sampel. Pemodelan dengan menggunakan ARCH/GARCH baru bisa dilakukan apabila didapatkan adanya volatilitas yang tidak konstan atau ada masalah heteroskedastisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya ada 3 reksa dana yang dapat dimodelkan dengan menggunakan ARCH/GARCH, hal ini berarti volatilitas imbal hasil reksa dana saham secara umum relatif konstan. Volatilitas yang konstan diduga karena efek dari diversifikasi, dimana terjadi pengurangan unsystematic risk. Model GARCH(1,1) dan GARCH(1,0) merupakan model yang paling cocok digunakan untuk menggambarkan volatilitas portofolio reksa dana saham. Kesimpulan ini berdasarkan temuan hasil penelitian yang menyatakan bahwa model GARCH(1,1) adalah model yang paling optimal untuk dua reksa dana yang volatilitasnya tidak konstan, kecuali Reksa Dana Mawar yang model terbaiknya adalah GARCH(1,0). "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23052
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Nugraha
"Sektor properti mengalami pertumbuhan yang menggembirakan selama kurun waktu 2001-2007. Indikator-indikator semakin bergeraknya sektor properti diantaranya adalah perbankan mulai mengucurkan kredit pemilikan rumah dengan suku bunga yang menarik investasi, meningkatnya daya serap pasar terhadap produk-produk properti dan mulai bergeraknya kegiatan usaha properti yang tercermin dari pembangunan perumahan, perkantoran dan pusat-pusat perbelanjaan. Berdasarkan analisa dari KADIN (2007) prospek industri properti diperkirakan masih cukup cerah. Hal ini disebabkan masih besarnya potensi pasar yang belum termanfaatkan secara optimal, diantaranya: 1. Potensi jumlah penduduk yang besar dengan rasio pemilikan rumah dibanding Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga. 2. Peningkatan daya serap pasar terhadap produk-produk properti 3. Kemudahan persyaratan investasi properti oleh pemerintah 4. Peningkatan jual beli perumahan 5. Naiknya daya beli masyarakat 6. Perbaikan suku bunga indonesia 7. Perbaikan kegiatan produksi dan investasi
Berdasarkan kondisi tersebut di atas pergerakan bisnis properti ini memberikan peluang bagi investasi pada sektor bisnis rangka atap baja ringan. Bisnis Rangka baja atap ringan ini masih merupakan bisnis baru di Indonesia namun sudah berkembang .Baja ringan sebagai alternatif baru material rangka atap pengganti bahan baku kayu ini semakin populer dan bahkan menjadi trend tersendiri, di tandai dengan banyaknya jumlah merk rangka atap baja ringan di Indonesia. Di satu sisi, jumlah merek yang banyak itu membuat konsumen dapat bebas memilih mana yang dianggap paling cocok dengan kebutuhan ataupun dana yang tersedia. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana pengaruh perubahan kondisi lingkungan eksternal terhadap tingkat penjualan atap baja ringan profil "UK" yang diikuti oleh tingkat persaingan bisnis yang semakin besar dan banyak pendatang baru dalam menawarkan produk yang lebih ekonomis dengan menawarkan produk dengan profil "C" yang besar potensi permintaan pasarnya., lalu untuk mengetahui apa yang menjadi keungulan kompetitif PT Genaba sehingga dapat bertahan dibandingkan dengan distributor lainnya yang sudah tutup di arena Jabodetabek diselaraskan dengan harapan pelangan , dan untuk mendapatkan strategi bisnis yang paling sesuai dalam menghadapi perjanjian dan merespon perubahan yang terjadi pada penjualan atap baja ringan Profil "UK" yang selalu menurun dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan . PT Genaba Nusantara merupakan salah satu distributor yang ditunjuk PT Jaindo Metal Industries sebagai produsen rangka atap baja ringan untuk memasarkan dan pemasangan produknya dengan merek "J-steel" dengan profil "UK" dimana profil dengan harga premium dan memiliki kualitas yang baik, Untuk pemasangan dilakukan oleh divisi baja ringan yang harus memiliki kompetensi yang baik karena dibutuhkan ketelitian dan akurasi dalam pemasangan. Terdapat tiga keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh PT Genaba Nusantara dimana tetap bertahan dalam perubahan lingkungan eksternal, yaitu pertama memiliki Reputasi distributor yang sudah baik dengan memiliki pelayanan dalam pemasangan yang akurat dan cepat serta pelayanan purna jual, kedua Memasarkan produk dengan kualitas yang baik dibandingkan dengan produk lainnya yang ada di pasaran, Ketiga memiliki sumber daya manusia yang baik sesuai dengan kompetensi pada bidangnya khususnya di bidang rangka atap baja ringan baik dalam pernasaran dan teknikal pemasangan. Bedasarkan hasil analisa SWOT terdapat tiga sudut pandang yang digunakan yaitu analisis variable ekternal umum, Variabel eksternal industri, dan analisis variable internal. Dan untuk melihat kedudukan perusahaan dalam sebuah bisnis maka yang harus didahulukan adalah menganalisis variable eksternal dulu lalu kemudian membandingkan dengan variable internal. PT Genaba sebagai salah satu distributor atap rangka baja ringan dengan mengusung merk " J -Steel " yang diakui sebagai brand yang sudah kuat dalam produk tersebut dengan kualitas yang baik , telah membuktikan dari sisi penjualan produk atap baja ringan. Produk "UK" adalah produk yang langsung di pasarkan oleh PT Genaba untuk wilayah Jabodetabek, hal ini sebagai perjanjian kerjasama antara principle dalam hal ini PT Jaindo Metal Industries dan PT Genaba selaku distributor, yang membatasi PT Genaba sendiri untuk menjual produk lain dan merek lain selain hanya profil 'UK" dan merek J-Steel. Kunci dari keberhasilan strategi bisnis salah satunya adalah cepat merespon perubahan pasar, serta apa yang diinginkan konsumen sekarang ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23048
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi ini berusaha menerangkan bagaimana Indonesia dapat memposisikan dan menempatkan dirinya pada kemungkinan pembentukan kawasan ekonomi Asia Timur...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadita Gayuh Dirgantoro
"Di tahun 2008 ini, (1) tingginya harga minyak mentah dunia, (2) melemahnya ekonomi AS, dan (3) pengaruh krisis subprime mortgage menjadi ujian berat bagi pasar saham Indonesia. Kondisi ini menyebabkan bursa saham menjadi sangat fluktuatif. Lembaga keuangan, seperti perbankan, perusahaan investasi, perusahaan asuransi dan Dana Pensiun di Indonesia pun terkena dampak dari globalisasi pasar keuangan.
Dana Pensiun sebagai pengelola dana yang besar harus prudent atau menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola portofolio investasinya. Dana Pensiun Bank Indonesia (DAPENBI) merupakan Dana Pensiun terbesar keempat di Indonesia dengan dana kelolaan mencapai lebih dari empat triliun rupiah; sehingga sangat diperlukan pemahaman mengenai asset liability management (ALM) sekaligus memastikan bahwa investasi yang dilakukan sudah tepat dan efisien dalam rangka implementasi Good Pension Fund Governance (GPFG).
Investasi merupakan kegiatan utama DAPENBI, yang mana hasil investasinya menjadi sumber pendanaan bagi pembayaran manfaat pensiun. Kegiatan investasi memerlukan manajemen portofolio sebagai suatu proses yang berkelanjutan di mana: (1) tujuan (objective), batasan (constraint) dan preferensi untuk setiap investor diidentifikasi; (2) ekspektasi pasar modal atas ekonomi, industri dan sektor berikut sekuritas individualnya dipertimbangkan dan dikuantifikasi; (3) strategi dikembangkan dan diimplementasi; (4) faktor-faktor portofolio dimonitor; (5) portofolio disesuaikan (adjusled) pada tahap alokasi aset (assel allocation), optimalisasi portofolio (portfolio optimization) dan seleksi sekuritas (security selection); serta (6) kinerja portofolio diukur dan dievaluasi untuk memastikan pencapaian tujuan investor.
Penelitian ini menganalisis proses manajemen portofolio investasi saham untuk diterapkan pada DAPENBI. Diawali dengan pembentukan optimal risky portfolio menggunakan dua model penerapan teori portofolio (modern portfolio theory): (1) Markowitz's Full Covariance Model menghasilkan komposisi yang terdiri atas tujuh saham (AALI sebesar 33,74%, UNTR 20,63%, INCO 19,27%, BUMI 18,23%, SMCB 3,02%, ANTM 2,78% dan PTBA 2,33%), dengan Sharpe ratio sebesar 2,2089; lebih tinggi daripada (2) Sharpe's Single-Index Model yang terdiri atas enam saham (AALI 26,21%, BUMI 21,08%, INCO 19,24%, UNTR 15,81%, ANTM 11,70% dan PTBA 5,97%), dengan Sharpe ratio 2,1802.
Di tengah tingginya ketidakpastian (uncertainty), investor, dalam hal ini DAPENBI, tidak lagi dapat mengharapkan (expected) return-nya akan sama dengan average historical return (ex posi return) yang digunakan dalam dua model sebelumnya. Dua mode! tambahan (extension) digunakan untuk tujuan ini; multifactor (two-factor) model dan Black-Litterman (BL) Model. Keduanya memungkinkan investor untuk merevisi return dalam optimal risky portfolio menjadi expected (ex ante) return yang sesungguhnya (true value) karena (1) multifactor model meng-incorporate tinjauan eksternal atas faktor makroekonomi (factor views) berupa excess market dan ‘proyeksi’ kenaikan harga minyak dunia (forecasted' oil inflation), dan (2) BL Mode! meng-incorporate tinjauan pribadi (internal) investor (private views) atas faktor mikroekonomi berupa ‘target/fair' price saham-saham dalam portofolio, yang menghasilkan updated expecled return saham, updated expected return portofolio, dan updated optimal risky portfolio; AALI sebesar 42,27%, ANTM 5,83%, BUMI 8,74%, INCO 9,23%, PTBA 17,35%, SMCB 0,51% dan UNTR 16,06%. Updated expected return portofolio menjadi sebesar 0,4302, standar deviasi portofolio 0,2982, dan Sharpe ratio 1,1744.
Hasilnya, setelah sebelumnya risk aversion DAPENBI (A = 4) ditentukan melalui kuesioner, kemudian digunakan untuk menentukan optimal complete portfolio dengan porsi investasi pada risky asset sebesar 89,39% dan risk-free asset 10,62%.
Updated optimal risky portfolio diukur dan dievaluasi dengan menggunakan lima ukuran kinerja (performance measure) yang secara umum memberikan hasil yang baik; Sharpe ratio (SP sebesar 1,1744), Treynor ratio (TP 0,3432), Jensen alfa (aP 0,2123), R2 (A/TF 0,5299), kecuali Information Ratio (IR 0,2403); mengukur abnormal return per unit unsystemalic risk.
Manajemen ekspektasi dan persepsi pasar dilakukan dengan menggunakan Growth Value Matrix (GVM) yang berhasil memetakan 16 saham dalam sampel penelitian menjadi empat kelompok: excellent value managers (AALI, ASII, INCO, ISAT dan TLKM), expeclation builders (UNTR), tradilionalists (ANTM dan BBCA), dan asset-loaded value managers (BNBR, BUMI, INDF, INKP, KLBF, MEDC, PTBA dan SMCB).
Tahap terakhir adalah dengan melakukan simulasi investasi selama satu semester pertama tahun 2008, yang menunjukkan hasil bahwa pada saat portofolio pasar (IHSG) mengalami unrealized actual loss sebesar -14%, portofolio DAPENBI (dari komposisi saat ini) underperfonn dengan unrealized actual loss -18,20%. Sementara optimal risky portfolio mengalami unrealized actual gain 2,32% (outperform), dan setelah dilakukan penyesuaian (updated optimal risky portfolio) meningkat cukup signifikan menjadi 7,90% (outperform).
Penurunan harga (actual loss) pada hampir seluruh saham-saham LQ45 yang rata-rata mencapai 30%-50% selama periode simulasi (penurunannya diperkirakan masih akan berlanjut) menggambarkan kondisi pasar saham saat ini yang ‘sangat berisiko’ dengan volatilitasnya yang intense, sehingga menuntut investor untuk melakukan seleksi sekuritas (security seleclion) dan alokasi aset (asset allocation) dengan cermat berikut kehandalan manajemen portofolionya. Penelitian ini bermaksud mengakomodasi kebutuhan tersebut dan mencoba secara proaktif memberi solusi praktis atas permasalahan portofolio investasi saham yang DAPENBI (dan investor) hadapi.

This 2008, (1) the high price of crude oil, (2) the weakening ofUS economics, and (3) the effecl of the subprime mortgage crisis became the difficult exam for the Indonesian stock market. This condilion caused the stock exchange to become very fluduating. The financial institutions, like banking, investment firms, insurances and pension funds in Indonesia then were ajfected by what so called the financial market globalization.
Pension funds, as the large fund manager institutions, have t o prudent in managing its investment portfolios. Dana Pensiun Bank Indonesia (DAPENBI) the fourth largest pension fund in Indonesia by the management fund (wealth) up to four trillion rupiah; so it 's demandedfor the understanding about asset liability management (ALM), at the same time t o ensure that the investment that was done already appropriate and efficient in order to implement the Good Pension Fund Governance (GPFG).
Investment was the DAPENBI's core activity, whichever the results became the source of funding for pension payment. The investment activity needed the management of the portfolio as a continuous process where: (1) the objective, the conslraint, and preference for each investor was identified; (2) Capital market expectation on economics, industry and sedor along wilh the individual securities was considered and quantified; (3) the strategy was developed and implemented; (4) portfolio factors were monitored; (5) the portfolio was adjusted by repeating the asset allocation, the portfolio optimization and the security selection steps; and (6) the portfolio performance was measured and evaluated t o ensure the achievement of the investor ’s objectives.
This research analyzed the portfolio management process of stock investment to be applied to DAPENBI. Started with the optimal risky portfolio construction using two models of the modern portfolio theory: (1) the Markowitz's Full Covariance Model produced the composition of seven stocks (AALI of 33.74%, UNTR 20.63%, INCO 19.27%, BUMI 18.23%, SMCB 3.02%, ANTM 2.78% and PTBA 2.33%), with the Sharpe ratio of 2.2089; higher than (2) the Sharpe 's Single-Index Model of six shares (AALI 26.21%, BUMI 21.08%, INCO 19.24%, UNTR 15.81%, ANTM 11.70% and PTBA 5.97%), with the Sharpe ratio 2.1802.
Under the high uncertainty, the investor, in this case DAPENBI, no longer could expected its retur n will be the same as average historical retur n (ex pos t r e tur n) that was used in two models beforehand. Two additional (extension) models were used for this purpose; the multifactor (two-faclor) model and the Black-Littennan (BL) Model. Both of them enabled the investor to revise return in optimal risky portfolio to true value expected (ex ante) return because (1) the multifactor model incorporated the external views on the macroeconomics factor (factor views) take the form of excess market and forecasted' oil inflation, and (2) the BL Model incorporated the investor internal views (private views) on the microeconomics factor take the form of 'target/fam’ stock price in the portfolio, that produced the updated individual stock expected return, the updated portfolio expected return, and the updated optimal risky portfolio; AALI #42.27%, ANTM 5.83%, BUMI 8.74%, INCO 9.23%, PTBA 17.35%, SMCB 0.51% and UNTR 16.06%. The updatedportfolio expected return then to be #0,4302, the portfolio Standard deviation 0.2982, and the Sharpe ratio 1.1744.
The results above, after DAPENBI’s risk aversion (,4 = 4) was assessed through the questionnaire, afterwards was used to determine optimal complete portfolio with the portion ofinvestment in risky assets of89.39% andrisk-free assets 10.62%.
Updated optimal risky portfolio was measured and evaluated using five performance measures that generally gave good results; the Sharpe ratio (SP of 1.1744), the Treynor ratio (Tp 0.3432), Jensen alfa (aP 0.2123), R2 (V^0.5299), except Information Ratio (IR 0.2403); measured abnormal return per the unit of unsystematic risk.
The expectation and market perception management was performed using Growth Value Matrix (GVM), that mapped 16 stocks in the satnple to four groups: excellent value managers (AALI, ASII, INCO, ISAT and TLKM), expeclation builders (UNTR), traditionalists (ANTM and BBCA), and assels-loaded value managers (BNBR, BUMI, INDF, INKP, KLBF, MEDC, PTBA and SMCB).
The final step was by performing the inveslment simulation for first semester in 2008, that showed that at the time of the market portfolio (IHSG) experienced unrealized actual loss of -14%, the DAP Ebi BI’s portfolio (from the current composition) underperformed with unrealized actual loss -18.20%. Meanwhile, optimal risky portfolio experienced unrealized actual gain 2.32% (outperformed), and after the adjustment (updaled optimal risky portfolio), was increased significantly t o become 7.90% (outperformed).
The decline in the price (actual loss) in almost all of the LQ45 stocks that in average reached 30%-50% during the simulation period (the decline estimated still was continuing) depicted that the condition for the stock market at this time was ‘very risky’ with its intense volatility, demanding the investors to perform the security selection and the assets allocation precisely, along with their portfolio management reliability. This research was aimed to accommodate such requirement and tried proactively to give the practical solution on the problem of the stock investment portfolio that DAPENBI (and the investor) faced.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25808
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Esther Noershanti
"Pada umumnya analisa kelayakan investasi menggunakan metode NPV tidak memasukkan faktor risiko dalam perhitungannya. Padahal dalam proyek migas banyak ketidakpastian dalam pelaksanaannya sehingga dilakukan suatu penelitian mengenai faktor risiko investasi pada proyek migas. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian berdasarkan analisa deskriptif dan pendekatan risiko melalui survey, observasi dan wawancara dan melakukan studi literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dengan melakukan analisa risiko didapat variabel risiko kenaikan harga material dan alat pendukung dan risiko perkiraan cadangan migas yang signifikan terhadap kinerja NPV, lalu dilakukan respon risiko untuk menjadi acuan dalam mendapatkan nilai NPV yang optimum pada proyek migas.

Generally, investment feasibility analysis using NPV method does not include risk factors in the calculations. While oil and gas projects has many uncertainties in its implementation so this research done based on the investment risk factor. The research methodology based on descriptive method and risk analytical approach through surveys, observations and interviews and also study of the literature. Risk analysis obtained two variables : increment of material and equipment prices and risk of oil and gas reserve estimation that are significant to the performance of NPV, and made risk response to obtain the NPV optimum in oil and gas projects."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26141
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library