Ditemukan 942 dokumen yang sesuai dengan query
Dewi Susanti
"Modernisasi sukar diartikan secara khusus, karena masing-masing lembaga yang berkembang menurut sejarah di_sesuaikan dengan fungsi-fungsi untuk peningkatannya. Jadi masing-masing ahli dalam bidangnya cenderung mengartikan modernisasi sesuai dengan bidang penelitiannya.Misalnya ahli politik dapat memberikan arti moder_nisasi dilihat dari perubahan sewaktu sistem-sistem kewi_bawaan suku dan desa,yang tradisionil digantikan dengan sistem-sistem penilihan umum kepartaian, perwakilan dan birokrasi pegawai negeri. Ahli pendidikan dapat memberi_kan arti modernisasi dilihat sewaktu ketrampilan untuk membawa hasil-hasil ekonomi. Ahli dalam bidang religi da_pat memberikan arti modernisasi dilihat sewaktu sistem_-sistem kepercayaan sekunder mulai menggantikan agama-aga_ma tradisionilitis. Dan banyak lagi ahii-ahli yang berpen_dapat sesuai dengan penelitiannya..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S13538
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Moritani, Masanori
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986
600.52 MOR jt
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Hani Iskadarwati
"Berbagai perubahan yang mewarnai sektor ekonomi, sosial masyarakat, politik maupun kebudayaan menandai masa peralihan pemerintahan di awal zaman Meiji. Prioritas utama pemerintah untuk melaksanakan industrialisasi menarik arus urbanisasi ke daerah-daerah industri. Sementara kebijakan pajak pertanahan yang baru hanya semakin menekan kaum petani. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga sekaligus mencari pengalaman hidup di luar negeri, dimulailah proses emigrasi orang Jepang ke Amerika Utara. Kesempatan untuk bepergian ke luar negeri menjadi lebih terbuka dengan berkuasanya Kaisar Meiji. Meskipun emigrasi awal orang Jepang ke Amerika Utara tidak dapat diketahui secara pasti, namun emigrasi secara resmi dianggap dimulai sejak tahun 1884. Kehadiran emigran Jepang di Amerika Utara pada mulanya tidak begitu menarik perhatian masyarakat kulit putih. Namun sejak jumlah emigran Jepang melonjak dengan pesat dan peran mereka terlihat secara menyolok di beberapa negara bagian tertentu, mulailah muncul reaksi yang menentang kehadiran mereka. Perasaan sentimen kepada emigran Jepang berkembang menjadi Gerakan Anti Orang Jepang. Hal ini lebih didorong dengan timbulnya rasa takut terhadap kemungkinan ekspansi militer Jepang ke Amerika. Emigran Jepang sendiri yang sebagian besar buta mengenai permasalahan yang sedang terjadi di crania, tidak berusaha mengatasi kritik yang dilancarkan kepada gaya hidup mereka. Mereka tetap merasa enggan untuk beradaptasi dan berbaur dengan penduduk kulit putih. Karena pandangan dekasegi roda yang mereka miliki. Mereka Jadi kurang berusaha untuk mempelajari pemikiran, pandangan hidup maupun tata cara kehidupan orang kulit putih. Usaha pendukung gerakan anti orang Jepang untuk mengeluarkan emigran Jepang akhirnya berhasil dengan diluluskannya Undang-undang Imigrasi 1924, dan menghenti_kan emigrasi orang Jepang ke Amerika sampai ditetapkannya undang-undang imigrasi yang baru di tahun 1946."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13657
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ike Iswary Lawanda
"Setelah melihat perjalanan sejarah kedudukan serta peran wanita di Jepang, kelihatan bahwa kedudukan dan peran wanita Jepang tidak selalu rendah seperti yang dikatakan oleh pandapat umum selama ini. Kalau kita melihat sejak awal sejarah Jepang, wanita Jepang mempunyai derajat yang tinggi dibandingkan dengan kaum pria. Mereka tidak hanya sebagai seorang yang mengendalikan rumah tangga serta pembuat keputusan dalam keluarga, memegang aktifitas ekonomi diluar rumah, mempunyai kebebasan dalam gerak dan tidak dapat dianggap sebagai mahluk yang tidak berdaya dan tidak diacuhkan dalam pandangan pria, malahan mereka pada zaman kuno Jepang dianggap sebagai dewa.Wanita berada pada urutan atas, dapat kita lihat dalam peran dan kedudukan wanita dizaman Heian. lerutama wa_nita golognan bangsawan mempunyai kebebasan dalam gerak dan ikut serta berpartisipasi diluar rumah tangga.Secara tidak langsung mereka turut campur didalam hal ke_kuasaan pemerintahan. Kedudukan mereka kuat. Wanita-wanita sengaja diberi pendidikan yang baik oleh guru-guru wanita kenamaan.Partisipasi mereka berhasil menempatkan Jepang ketengah-tengah dunia didalam bidang sastra."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14038
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siti Hanifah Misa Lestari
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S13848
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7961
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Harahap, Anton
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8322
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jakarta: Center for Japanese studies UI3, 2003
952 JAP
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Tsuboi, Sakae
"Sebagai guru baru, Bu Guru Oishi ditugaskan mengajar di sebuah desa nelayan yang miskin. Di sana dia belajar memahami kehidupan sederhana dan kasih sayang yang ditunjukkan murid-muridnya. Sementara waktu berlalu, tahun-tahun yang bagai impian itu disapu oleh kenyataan hidup yang sangat memilukan. Perang memorak-porandakan semuanya, dan anak-anak ini beserta guru mereka mesti belajar menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
"
Jakarta: PT Gramedia, 2024
895.6 TSU d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
[Place of publication not identified]: The Ministry of Foreign Affair, 1977
952 JAP j
Buku Teks Universitas Indonesia Library