Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 940 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teater bunraku terdiri dari tiga elemen, yaitu lakon, iringan shamisen dan boneka. Bunraku berkembang sekitar abad ke-16 dan mengalarni masa kejayaannya pada abad ke-17, yaitu pada zaman Genroku di bawah pemerintahan Tokugawa. Seorang tokoh penulis lakon yang banyak memberikan kontribusinya dalam perkembangan bunraku adalah Chikamatsu Monzaemon (1653-1724). Chikamatsu banyak mengadopsi nilai-nilai moral yang berlaku pada masa Tokugawa, yaitu giri dan ninjo ke dalam lakon-lakonnya. Hasil karyanya yang sangat popular pada saat itu banyak mempengaruhi karya-karya yang lahir dari para penulis sesudahnya. Di antaranya adalah lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami yang ditulis oleh gabungan tiga orang penulis, yaitu Takeda Izumo (1691-1756), Namiki Senryu (1695-1751), dan Miyoshi Shoraku (1696-1772). Giri merupakan kewajiban sosial kepada sebuah unit sosial yang disebut sebagai ie atau rumah dimana ia tergabung di dalamnya dan menyerahkan kesetiaan penuh kepada pemimpinnya. Giri berasal dari keinginan seseorang untuk merespons kebaikan orang lain melalui pembayaran kembali utang budi sebagai timbal balik atas jasa yang pernah diterimanya. Dalam pelaksanaan giri, seseorang umumnya mengalami dilema. Dilema ini muncul karena kewajiban sosial yang harus dilakukannya bertentangan dengan keinginan pribadinya. Keinginan pribadi atau perasaan manusiawi inilah yang disebut sebagai ninjo. Pada masa Tokugawa, ketika hubungan antara atasan dan bawahan diberlakukan secara ketat, giri dinilai sebagai kebaikan samurai yang tertinggi atau terpenting. Para samurai percaya bahwa menjalankan giri adalah tanggung jawab yang utama. Tindakan mengelak dari pelaksanaan giri dan mengikuti keinginan pribadi (ninjo) dianggap sebagai tindakan yang tidak bermoral dan menyimpang. Dalam skripsi ini penulis mengungkapkan giri dan ninjo yang terdapat dalam lakon Sugawara Denju Tenarai Kagami dengan menggunakan konsep giri dan ninjo_Dari hasil analisis ditemukan adanya pertentangan antara giri dan ninjo pada tokoh Takebe Genzo dan Matsuomaru. Pada tokoh Matsuomaru, penulis menemukan adanya dua buah girl terhadap dua orang atasannya yang berbeda. Dari cerita Sugawara Denju Tenarai Kagami, disimpulkan, kedua tokoh itu lebih mengutamakan pelaksanaan kewajiban (girl) di atas perasaan manusiawi (ninjo) sebagai bentuk kepatuhan mereka terhadap kode etik."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mossadeq Bahri
"ABSTRAK
Setiap negara dewasa ini pasti merpunyai konstitusi yang menjadi syarat agar kehidupan negara bisa diatur, se_bagaimana diutarakan oleh Wheare (1978:1} bahwa konstitusi itu merupakan seperangkat peraturan yang mengatur De:nerin_tahan suatu negara.
Sepanjang sejarahnya, Jepang mempunyai dua-buah kons_titusi. Kedua konstitusi ini jika dilihat dari kurun waktu berlakunya dapat dibagi atas dua kurun waktu, masa sebelum Perang Dunia II dan sesudahnya. Konstitusi yang berlaku sebelum Perang Dunia II adalah Konstitusi Kekaisaran Je_pang Raya (Dai Nippon Teikoku Kenpo), yang lebih dikenal dengan nama Konstitusi Meiji. Sedangkan sebutan bagi kons_titusi yang berlaku setelah Perang Dunia II adalah Konsti_tusi Baru Jepang 1946, sering juga dinamakan Konstitusi Negara Jepang (Nippon Koku Kenpo).
Konstitusi Baru Jepang 1946 yang menantikan keduduk_an Konstitusi Meiji sebagai pedoman yang melandasi proses pemerintahan negara Jepang, lahir sebagai akibat Perang Dunia II...

"
1985
S13736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwira Hernandita
"Penelitian mengenai sistem kekerabatan dozoku dan shinzoku telah dilakukan sejak bulan Januari 1990. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui struktur hubungan kekerabatan dozoku dan shinzoku dengan skala keluasan dan kedalam_annya dan juga untuk membuktikan bahwa struktur kekerabatan orang Jepang dengan terhapusnya ia dari Undang-Undang Sipil Jepang tidak mengalami perubahan. Untuk sampai pada tujuan penulisan digunakan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk mengeta_hui sistem kekerabatan orang Jepang sebelumnya perlu mema_hami struktur keluarga tradisional Jepang yang dikenal de_ngan sistem ini kemudian akan berkembang dan meluas membentuk sebuah kelompok kekerabatan dozoku yang anggotanya terdiri tidak hanya terdiri dari mereka yang memiliki hu_bungan darah saja, tetapi mereka yang tidak memiliki hubung_an darah pun dapat menjadi anggota dozoku. Sementara itu, shinzoku yaitu jalinan kekerabatan yang ada di dalam dozoku didasarkan pada hubungan darah baik dekat maupun jauh serta hubungan perkawinan. Sistem kekerabatan ini masih menjadi pedaman hidup masyarakat Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfi Mufida
"Akutagawa Ryunosuke adalah pengarang yang mewakili pengarang-pengarang pada zaman Taisho. Sebagian besar karangan-karangannya bersumber dari kesusastraan kuno seperti Konjaku Monogatari dan Ujishui Monogatari. Menjelang saat-saat terakhir hidupnya, karangan_karangannya cenderung berubah. Kalau sebelumnya karangan_karangannya berisi kritikan terhadap kehidupan manusia, karangan-karangan terakhirnya banyak menceritakan keadaan dirinya, misalnya Yabu no Naka, Kappa dan Haguruma. Dalam novel Haguruma, dari awal hingga akhir cerita, Akutagawa menceritakan dengan jelas penderitaan, keadaan hatinya dan ketakutan yang dialaminya. Selama hidupnya ia selalu dihantui perasaan takut kalau-kalau suatu saat nanti ia juga menjadi gila seperti ibunya. Tragedi yang menimpa ia dan keluarganya sangat berpengaruh pada jiwanya terutama kematian suami kakak perempuannya yang mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri dan kematian ibunya yang disebabkan oleh gangguan jiwa yang diderita. Semua masalah itu berbaur dalam jiwanya bingga ia menderita penyakit migran yang disebabkan oleh faktor kejiwaan. Jadi dapatlah disimpulkan, bahwa novel Haguruma merupakan kisah pribadi Akutagawa sendiri yang mengalami masalah kejiwaan yang kompleks, dan ia sudah tidak sanggup lagi mengatasinya. Untuk mengakhiri semua itu, akhirnya Akutagawa memilih untuk bunuh diri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Maria Lendrida
"ABSTRAK
Uchimura Kanzo adalah salah seorang pemikir agama Kristen Jepang yang terkenal pada jaman Meiji, berasal dari keturunan keluarga bushi dari han Takazaki. Lahir pada akhir jaman Edo, menamatkan pendidikan terakhirnya di Sekolah Pertanian Sapporo (sekarang Universitas Hokkaido) dan Universitas Amherst di Amerika selama lebih kurang 3,5 tahun.
Uchimura adalah pemikir agama yang banyak menuangkan ide-ide Kristianinya lewat karya-karya tulisnya. Beberapa di antaranya diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing sehingga terkenal sampai ke luar Jepang. Di samping itu, juga masalah-masalah sosial, kenegaraan pada masa itu tidak pernah terlepas dari penglihatannya. Dan dia juga dikenal sebagai sastrawan pada jamannya.
Dalam mengeluarkan ide-idenya, ia tidak pernah terlepas dari pola pemikiran yang disebutnya dengan futatsu no Je yang artinya dua huruf J yaitu singkatan dari Jesus dan Jepang. Jesus bagi Uchimura merupakan sosok yang sangat ideal, sehingga Dia menempati urutan utama setelah Jepang negara kelahirannya.
Dia percaya bahwa agama yang diturunkan Jesus Kristus merupakan agama yang bisa membawa perbaikan terhadap kemajuan dan perkembangan suatu bangsa. Seperti Negara-_negara Eropa dan Amerika yang diidealkannya dapat mencapai kemajuan berkat pemikiran Kristiani.
Oleh karena itu, Uchimura sangat mengharapkan negara dan bangsa Jepang dapat menyatu padu secara harmonis dengan agama Kristen. Karena menurutnya, budaya Jepang mempunyai persamaan nilai dengan agama Kristen. Dia percaya bahwa perpaduan keduanya akan membawa kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara Jepang seperti Negara-_negara Barat.
Meskipun sesungguhnya ia menolak dengan tegas realisasi perkembangan pemikiran Kristiani seperti dalam kenyataan hidup masyarakat Amerika. Dia menyatakan idenya dengan pasti mengenai agama Kristen Jepang yang cocok dengan alam budaya masyarakat Jepang.
Tetapi kenyataannya pada masa itu, masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi nilai-nilai pemikiran feodal yang berpusat pada Kaisar, tidak bisa menerima pemikiran Futatsu no Je-nya Uchimura Kanzo. Namun ia tidak pernah putus asa untuk menyampaikan ide-idenya lewat karya tulisnya sampai akhir hayatnya.

"
1990
S13814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deta Sarasworo
"Imogayu karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dimuat dalam Shinshosetsu terbitan bulan September tahun 5 Taisho (1916). Bahan ceritanya diambil dari cerita yang terdapat dalam Konjaku Monogatari volume 26 bab 17. Imogayu mengisahkan seorang samurai kelas kelima (Goi) yang mempunyai keinginan yang sangat besar untuk dapat makan imogayu. Imogayu atau bubur ubi rambat adalah makanan lezat yang pada masa itu dianggap sebagai makanan mewah. Pekerja rendahan seperti Goi hanya bisa menikmatinya sekali setahun pada saat pesta Tahun Baru di kediaman Fujiwara. Karena itu, wajar saja jika keinginannya itu telah terpendam selama bertahun-tahun. Akhirnya, keinginannya itu dapat terwujud berkat usaha dan kebaikan hati Fujiwara Toshihito, seorang samurai yang berasal dari kelas atas. Tetapi setelah di hadapannya terhidang berliter-liter imogayu, Goi malah merasa cemas dan ragu-ragu untuk menyantapnya. Skripsi ini menganalisis tokoh utama dan tokoh bawahan dalam Imogayu. Apakah tokoh itu termasuk tokoh pipih atau tokoh bulat. Kemudian, dianalisis pula metode yang digunakan oleh Akutagawa dalam penokohan dari segi asal usul, keadaan lahiriah dan watak tokoh-tokohnya. Dalam penokohan dikenal metode analitik, yaitu metode yang men-ceritakan secara langsung tentang si tokoh, dan metode dramatik, yang menjelaskan tokoh itu melalui cakapan dan lakuannya. Tokoh Goi tidak menunjukkan perubahan yang mencolok dari sikap dan sifatnya, maka ia adalah tokoh pipih. Sedangkan, tokoh Fujiwara Toshihito memperlihatkan perkembangan lakuan yang cukup mencolok, sehingga ia termasuk tokoh bulat. Penokohan dalam Imogayu dilakukan dengan menggunakan metode analitik dan metode dramatik. metode analitik digunakan untuk menjelaskan asal usul dan keadaan lahiriah tokoh Goi dan Fujiwara Toshihito. Metode dramatik digunakan untuk menjelaskan watak Fujiwara Toshihito. Sedangkan watak Goi dijelaskan dengan menggunakan metode analitik dan metode dramatik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Triyanisari
"Skripsi yang berjudul Fenomena Parasaito Singuru Dalam Masyarakat Kontemporer Jepang ini mengemukakan permasalahan tentang munculnya kcenderungan anak-anak muda Jepang yang berusia antara 20 hingga 34 tahun untuk tetap tinggal di rumah orang tua dan justru menggunakan uang penghasilan mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif seperti kegiatan leisure daripada untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dengan menjadi Parasaito Singuru, maka mereka bisa menghemat biaya hidup dan kemudian dapat secara bebas menggunakan uang penghasilan mereka untuk menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai, yang pada umumnya bersifat konsumtif. Mengingat bahwa mereka sudah dewasa dan telah bekerja, maka seharusnya mereka bisa hidup mandiri tetapi pada kenyataannya mereka justru cenderung tetap bergantung pada orang tua. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, penulis berusaha mendeskripsikan dan kemudian menganalisa faktor-faktor penyebab dari munculnya fenomena ini, serta dampak yang diakibatkannya. Faktor penyebab dari munculnya fenomena ini adalah karena adanya perubahan pada orientasi hidup anak muda Jepang dewasa ini yang sangat mengutamakan leisure dalam hidup mereka, padahal biaya hidup di Jepang sangat tinggi, sehingga untuk bisa mengimbangi hal tersebut merekapun pada akhirnya memutuskan untuk menjadi Parasaito Singuru. Selain itu, adanya perubahan pada cara pandang anak muda Jepang terhadap pernikahan yang mereka anggap hanya akan menghambat kebebasan dan menurunkan standart hidup, menyebabkan banyak anak muda yang terus menunda pernikahan, sehingga semakin besar juga kemungkinan bagi mereka untuk terus tinggal bersama orang tua dan menjadi Parasaito Singuru. Faktor yang terakhir adalah adanya hubungan antara orang tua dan anak dimana keadaaan ini didukung oleh adanya kemampuan secara ekonomi dari orang tua untuk mendukung secara finansial dari keberadaan anak mereka di rumah dan juga pola pikir orang tua yang cenderung membuat anak menjadi sangat bergantung pada mereka. Akibat dan munculnya fenomena ini adalah terjadinya penurunan pada angka kelahiran yang disebabkan oleh semakin banyak anak muda yang terus menunda usia pernikahan mereka, kemudian masalah ketenagakerjaan serta terakhir adalah masalah penurunan pada motivasi kerja anak muda Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lany Rosdiana
"Setiap bangsa memiliki sistem kepercayaan yang berbeda-beda begitu juga dengan bangsa Jepang. Kepercayaan merupakan bentuk dari religiusitas. Religiusitas merupakan ikatan atau pengikatan diri_ Jadi Iebih bersifat personal. Religiusitas lebih melihat aspek yang dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi; sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, menafaskan intimitas jiwa, du cneirr ' dalam arti Pascal, yakni vita rasa yang mencakup totalitas, (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman pribadi manusia.'
Konsep religi diartikan lebih luas daripada agama. Religi lebih dinamis karena lebih menonjolkan eksistensinya selaku manusia. Sedangkan agama biasanya terbatas pada ajaran-ajaran (doctrines) dan peraturan-peraturan (laws). Jadi agama merupakan bentuk dari religiusitas. Agama cenderung bersifat dogmatik...."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rowland, Diana
Jakarta: Bumi Aksara, 1992
395.52 ROW e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>