Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bachtiar Aly
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0308
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Kurnia Syah Putra
Abstrak :
Rasisme media politik merupakan kajian klasik yag menarik untuk diulas kembali, tentu sebagai pembaharuan pemikiran. Konsep Rasisme Media memandang media massa sebagai medan perang ideologi, di dalamnya terjadi pertentangan kelas antara ruling class dan subordinat class. kekacauan inilah yang melahirkan rasis ideologi media. Di mana elitis penguasa media memaksa subordinat class menerima konten media yang sarat kepentingan ruling class. Meminjam pemahaman dari Stuart Hall (1932) melalui tulisannya yang tajam berjudul The Whites Of Their Eyes; Racist Ideologies and the Media. Ia mengungkapkan analisis dari praktek media berdasarkan perspektif dari teori kulturalis Marx, yakni dengan mengungkapkan otonomi media massa dan mengganti konsep Hegemoni Gramsci serta Althusser yang memandang media sebagai ideological state apparatus (Woollacott 1982: 110). Secara politis, tahun 2014 merupakan puncak dari hipotesis jurnalisme politik. Media terkooptasi, seolah wibawa ?media publik? runtuh seruntuh-runtuhnya oleh segelintir orang penguasa media. Kemudian yang ?segelintir? tersebut kesemuanya masuk ke ranah politik praktis. Dapat disebutkan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dengan Viva Group. Hary Tanoesoedibjo, calon wakil presiden usungan Partai Hati Nurani Rakyat dengan MNC Group. Surya Paloh, pendiri sekaligus Ketua Umum Partai Nasional Demokrat dengan Media Indonesia Group. Dahlan Iskan, politisi baru melalui Partai Demokrat juga seorang Raja Media dibawah bendera Jawa Pos Group.
Jakarta: Lembaga Riset Univ Budi Luhur, 2014
384 COM 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shila Ezerli Budiawan
Abstrak :
Dalam era digital, media sosial menjadi media yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi. Akses informasi yang tinggi, harus diimbangi dengan ketersedian informasi yang objektif dan berkembang.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2023
330 ASCSM 63 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kiara Dwileysia Hamzah
Abstrak :
Propaganda perang yang terjadi sejak Perang Dunia II telah menjadi fenomena polarisasi masyarakat yang mengakibatkan destruksi di dunia. Melihat dampaknya, Perserikatan Bangsa Bangsa berupaya untuk membentuk deklarasi media massa untuk memperbaiki kualitas publikasi media melalui nilai-nilai positif. Melalui deklarasi, beberapa akademisi perdamaian mulai mencapai kesadaran untuk mengembangkan jurnalisme perdamaian. Secara praktik dan teoritis dikembangkan dengan baik, dan dituangkan pada penulisan jurnal maupun buku. Sejauh ini jurnalisme perdamaian mulai diakui oleh banyak jurnalis maupun akademisi, akan tetapi kehadirannya di media masih kalah kentara dengan jurnalisme perang dan jurnalisme umum. Melalui premis sebelumnya, penulisan ini berusaha untuk mengulik bagaimana perkembangan jurnalisme perdamaian dari waktu ke waktu, beserta dengan gambaran dinamika di media umum. Untuk menelusuri topik, penulis memungut 45 literatur dan menggunakan metode taksonomi sebagai alat pemilihan tema. Berdasarkan penemuannya, terdapat tiga tema utama yang kentara dalam penulisan jurnalisme perdamaian, terdiri dari (1) Konseptualisasi Jurnalisme Perdamaian;  (2) Musuh Jurnalisme Perdamaian; dan (3) Jurnalisme Perdamaian dalam Konflik Kontemporer. Berdasarkan temuan, sebagian besar penulisan JP dikaji oleh negara Barat. Kajian jurnalisme perdamaian kurang lebih berfokus pada konflik-konflik di negara berkembang atau negara miskin. Jurnalisme perdamaian juga bergantung pada masing-masing kemampuan jurnalis. Oleh karena itu, penulisan ini perlu menggaris bawahi kesenjangan dalam penulisan, praktik, dan teori dari JP, dan dievalusai kembali apa yang menjadi penting dalam JP. ......The war propaganda that has been occurring since World War II has become a phenomenon of societal polarization, resulting in destruction worldwide. Recognizing its impact, the United Nations has made efforts to establish a declaration on mass media to improve the quality of media publications through positive values. Through this declaration, peace academics have begun to raise awareness and develop peace journalism. It has been well-developed both in practice and theory, reflected in journal articles and books. So far, peace journalism has gained recognition among many journalists and academics, although its presence in the media is still less prominent compared to war journalism and mainstream journalism. Building upon the aforementioned premise, this writing aims to delve into the development of peace journalism over time, along with an overview of dynamics in mainstream media. To explore the topic, the author gathered 45 pieces of literature and utilized the taxonomy method as a tool for selecting themes. Based on the findings, three main themes emerged in peace journalism writing, (1) Conceptualization of Peace Journalism, (2) Enemies of Peace Journalism, and (3) Peace Journalism in Contemporary Conflicts. It was discovered that the majority of peace journalism studies were conducted by Western countries. The focus of peace journalism research primarily revolved around conflicts in developing or impoverished countries. Furthermore, peace journalism is also dependent on the capabilities of individual journalists. Therefore, this writing emphasizes the gaps in writing, practice, and theory within peace journalism and reevaluates what is essential in peace journalism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Taher
Abstrak :
Jurnalisme sains memiliki peranan yang sangat penting sebagai pemandu khalayak umum terhadap ilmu sains. Akan tetapi, peran ini kerap gagal dilakukan sehingga melahirkan Empat Model Jurnalisme Sains sebagai standar penulisan jurnalisme sains yang baik. Di tengah saluran informasi ilmiah di Indonesia, jurnalisme sains didominasi oleh dua media yang mengambil lisensi jenama dari mancanegara, yakni National Geographic Indonesia dan The Conversation Indonesia. Dengan menggunakan metode studi literatur, ditemukan bahwa metode penyajian berita dari kedua media ini merefleksikan salah satu atau dua model dari teori Empat Model Jurnalisme Sains. Dapat disimpulkan bahwa kedua media sains di Indonesia sebagai penjaga gerbang terdepan telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam membuat standar jurnalisme sains yang dapat menjadi pemandu bagi para media arus utama hingga media komunitas kecil. ......Science journalism has a very important role as a guide for the public towards science. However, this role often fails to be carried out, resulting in the birth of a theory of the Four Models of Science Journalism as a standard for science journalism writing. In the midst of many channels of scientific information in Indonesia, science journalism is dominated by two media that take brand licenses from abroad, namely National Geographic Indonesia and The Conversation Indonesia. By using the literature study method, it was found that the methods of presenting news from these two media reflects one or two models of the theory of the Four Models of Science Journalism. It can be concluded that the science media in Indonesia as the front gatekeepers have carried out their duties well in setting science journalism standards that can be a guide for any other Indonesian media, from big mainstream media to small community ones, who wants to write proper science news.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Wahyu Widyantoro
Abstrak :
Dewasa ini, jurnalisme sebagai sebuah industri dan profesi menghadapi tantangan terberatnya yakni turbulensi dan perubahan yang terus meningkat seperti menurunnya jumlah pendapatan dan pembaca, serta perubahan perilaku pembaca seiring meningkatnya penggunaan telepon pintar untuk mengakses dan mendistribusikan berita yang merusak model bisnis tradisional. Tesis ini menyoroti model bisnis yang diterapkan di digital news startup yang kini menjadi fenomena global dan bagaimana digital news startup menjadi model bisnis baru di industri media. Penelitian ini termasuk dalam paradigma post-positivistik dengan pendekatan kualitatif dan metode/strategi penelitian menggunakan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan digital news startup tidak mengubah seluruh logika model bisnis, tapi berkonsentrasi dan beradaptasi pada elemen-elemen tertentu. Sebagai sebuah digital news startup, dalam dalam aspek pendanaan, kumparan termasuk dalam kategori venture-backed for-profit, sementara pada aspek bentuk dan penyajiannya, kumparan menciptakan bentuk baru yakni perpaduan antara original-content generators dan platforms. Selanjutnya berdasarkan tipologi model bisnis media, kumparan merupakan perpaduan antara content oriented, context oriented, dan connection oriented. ......Today, journalism as an industry and profession faces its toughest challenges, turbulence and ever-changing changes such as decreasing amounts of funds and readers, and changing readers behavior who use smartphones to access, consume, and shared the news that changes traditional business models. This thesis focus on a business model that is applied to digital news startups which are now a global phenomenon and how digital news startups are becoming new business models in the media industry. This research is included in the post-positivistic paradigm with qualitative methods and research methods using case studies. The results show that digital news startups do not change the entire business model, but rather organize and decide to strengthen on certain elements. As a digital news startup, in the aspect of funding, kumparan is included in the venture-backed for-profit category, while in the form and presentation aspects, kumparan creates a new form of integration between original-content generators and platforms. Furthermore, based on the typology of the media business model, kumparan is a combination of content oriented, context oriented, and connection oriented.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Jarot Bayu
Abstrak :
ABSTRAK
Akurasi menjadi masalah utama yang kerap muncul akibat penerapan jurnalisme cepat di media massa daring. Persoalan ini berpotensi membuat media massa daring kehilangan kepercayaan dari publik. Kemunculan jurnalisme data diklaim sebagai solusi mengatasi persoalan akurasi pemberitaan dalam media massa daring tersebut. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus intrinsik terhadap Katadata.co.id, Tirto.id, dan Beritagar.id untuk mengkaji penerapan jurnalisme data di media massa daring Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Katadata.co.id, Tirto.id, dan Beritagar.id tak bisa menerapkan jurnalisme data secara optimal. Ini karena ketiga media massa daring tersebut masih memiliki persoalan struktural, mulai dari penggunaan landasan penerapan jurnalisme cepat hingga minimnya kompetensi sumber daya manusia dan penggunaan perangkat khusus dalam jurnalisme data. Hasil penelitian ini menyarankan Katadata.co.id, Tirto.id, dan Beritagar.id memperbaiki struktur mereka dalam menerapkan jurnalisme data. Penulis juga menyarankan adanya penelitian lanjutan dengan pendekatan teori ketimpangan digital untuk melihat lebih jauh masalah dalam penerapan jurnalisme data. Selain itu, peneliti menyarankan penelitian lanjutan dengan metode Scenario Network Mapping untuk melihat masa depan penerapan jurnalisme data di Indonesia.
ABSTRACT
The use of fast journalism model by most online mass media in Indonesia has led to the lack of accuracy of news reports as well as the lack of public trust to the mass media's credibility. As a response, data journalism model claimed to serve as a tool to improve the accuracy of mainstream online mass media's publications. Following the issue, this research aims to examine the implementation of data journalism in Indonesia by launching an intrinsic case study to three Jakarta-based online mass media such as Katadata.co.id, Tirto.id, and Beritagar.id. The research results revealed the three news portals have yet optimally adopted data journalism as they were entrapped with some structural problems such as fast journalism whose existences has been a basic need for the news portals, lack of competency among human capitals in media industry, and the need of high-tech devices as a primary requirements in data journalism. Therefore, the research suggested Katadata.co.id, Tirto.id, and Beritagar.id to launch a structural reform to optimally utilize data journalism for their news publications. In addition, the research suggested others to use the digital divide theory to better understand of data journalism implementation in Indonesia. Moreover, the scenario network mapping method could also be used as one of the practical tools to map out the prospects of data journalism in the country.
2019
T55043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Syarizka
Abstrak :
Biaya operasional jurnalisme yang tak lagi dapat mengandalkan pendapatan dari iklan, akhirnya turut mendorong berbagai pengelola media digital di dunia, termasuk di Indonesia, untuk melahirkan keran pendapatan baru, yaitu sistem berlangganan. Tantangan dari implementasi sistem berlangganan adalah kesediaan khalayak dalam mengeluarkan uangnya untuk mengakses berita digital, terlebih di era internet ketika khalayak telah terbiasa mengonsumsi berita secara gratis. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana pengaruh kepuasan, intensitas penggunaan media, dan sosiodemografi pengguna terhadap kesediaan khalayak untuk berlangganan media digital berbayar. Penelitian ini menggunakan metode survei terhadap 160 responden generasi milenial di Jakarta yang telah berlangganan media digital selama setidaknya satu bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosiodemografi pengguna dan intensitas penggunaan media memiliki pengaruh signifikan terhadap kesediaan khalayak untuk berlangganan media digital berbayar, sedangkan kepuasan menjadi faktor yang kurang signifikan. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meskipun memberikan kepuasan kepada khalayak, namun keberadaan media digital berbayar tidak menggantikan kebutuhan khalayak terhadap media digital gratis. Penulis menyarankan adanya penelitian lanjutan untuk mencari tahu faktor lainnya yang berpengaruh terhadap kesediaan khalayak untuk berlangganan media digital, demi menganalisis sejauh mana prospek model bisnis ini bagi media digital Indonesia di masa depan. ......The operational costs of journalism, which can no longer rely on revenue from advertising, have finally contributed to encouraging various digital media publishers in the world—including Indonesia—to make a new revenue stream, which is the subscription system. The challenge of implementing this new model is the audience’s willingness to pay for online news, especially when the audience are used to access free online news. This study aims to determine the effect of satisfaction, intensity of media use, and sociodemography on the audience’s willingness to pay for subscription news. This study used the survey methodology with 160 millenilal respondents in Jakarta who had subscribed to online news for at least one month. The result showed that the audience’s sociodemography and the intensity of media use had a significant effect on the audience’s willingness to pay, while satisfaction was a less significant factor. This research also revealed that although it gives satisfaction to the audience, the existence of subscription news does not replace the audience’s need for free online news. Thus, the author suggests further research to examine other factors that effecting the audience’s willingness to pay, in order to analyze the prospect for this business model for Indonesian digital media industry in the future.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Haryanto
Abstrak :
Tesis ini membahas fenomena kejahatan digital terhadap jurnalis di ruang siber dengan modus doxing atau menyebarkan identitas target di berbagai platform media sosial dengan sengaja dan niat jahat sebagai respons pemberitaan atau kerja-kerja jurnalistik oleh individu atau kelompok. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak doxing terhadap kebebasan pers serta doxing sebagai pintu masuk kejahatan terhadap jurnalis. Fenomena doxing dijelaskan dengan menggunakan Teori Masyarakat Jaringan, Teori Panoptikon, dan Teori Transisi Ruang.  Penelitian kualitiatif ini dilakukan terhadap 20 jurnalis sebagai subjek riset. Adapun metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan data sekunder dokumen dan jejak digital jurnalis korban doxing. Temuan penelitian adalah bahwa praktik penyebaran identitas dengan sengaja dan niat jahat berpengaruh terhadap kebebasan jurnalis dalam pemberitaan dan aktivitas jurnalistik. Beberapa jurnalis menjadi korban kejahatan usai identitasnya disebar seperti pelecehan, perisakan, ancaman pembunuhan, peretasan akun berbayar daring, serta penyalahgunaan identitas oleh pelaku untuk pinjaman online (pinjol). ......This thesis is to study the digital crime against some journalists in cyber space by Doxing. Doxing is the act of publicly revealing previously private personal information without any consent which has a bad purpose as a response to their works by a solo or groups. On the other hand, the purpose of this thesis is to reveal the doxing’s impact on freedom of the press, including the entry gate of criminalization to the journalist. Moreover, a doxing phenomenon is explained with some theories. The first is Network Society Theory, the second is Panopticon Theory, and the third is Space Transition Theory. In this case, the source of qualitative research comes from 20 persons with various background reports. They consist of 10 fielder journalists, three of them are represented by their supervisor and the rest of them through their digital traces who have ever been doxed. To conclude, the research reveals doxing is delegitimate to journalists’ work and freedom. Some of them are victims of bullying, abuse, death threats, and hacking online payments, including data manipulated by illegal loaners.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aswan Zanynu
Abstrak :
Peristiwa 1965 merupakan salah satu garis batas dalam sejarah Indonesi, keadaan dan orientasi Indonesia berbeda sebelum dan setelah tahun tersebut. Dalam dua dekade terakhir setelah Orde Baru tidak berkuasa lagi, narasi tentang tentang Gerakan 30 September (G30S) 1965 bukan menjadi alat propaganda negara lagi. Peran pewarisan memori dapat dengan leluasa dilakukan oleh media. Di tahun 2015 sejumlah media berita online mengisahkan kembali Peristiwa 1965 (G30S dan pasca-G30S). Memori atas Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah langkah strategis di tahun 1965 menjadi penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa tersebut yang membawanya berada di tampuk kekuasaan Indonesia selama tiga dekade. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang beragam dan lebih lengkap. Oleh karena itu, penelitian ini mempertanyakan: Bagaimana situssitus berita daring Indonesia menarasikan memori atas Soeharto dan Peristiwa 1965 setelah setengah abad berlalu? Penelitian ini menggunakan cara pandang memori kolektif Maurice Halbwachs, konsep memori media dari Motti Neiger dkk, serta teori Paradigma Naratif Fisher. Dengan menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki, studi ini menganalisis 27 artikel artikel pelengkap yang dikaji dan tersebar di enam situs di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua wajah. Pertama, sebagai tokoh militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, sebagai ‘avonturir’ yang mengetahui rencana makar tersebut sambil mempersipkan diri untuk menggagalkan dan mengambil keuntungan atasnya. Keterlibatan Soeharto dalam persekusi pasca-G30S juga dilihat dari dua cara pandang atas dirinya tersebut. Namun demikian, tidak ditemukan ketepatan narasi antarteks yang kuat saat studi ini mengkonfirmasi satu narasi dengan narasi lain dari keseluruhan artikel. Satu teks dengan teks lain tidak cukup saling mendukung atau menguatkan. Studi ini juga menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori alternatif. Implikasi teoritis yang ditawarkan dari studi ini adalah lima premis memori media yang dalam studi-studi terdahulu cenderung mengadopsi premis memori kolektif. Premis yang pertama, memori media merupakan memorabilia yang bersesuaian dengan nilai berita. Kedua, media berperan sebagai agen seleksi utama di antara agen-agen memori lain. Ketiga, memori media merupakan salah satu instrumen untuk menjaga kepentingan media. Keempat, media lebih cenderung mewariskan memori yang telah menjadi konsensus atau pengetahuan bersama dalam masyarakat. Kelima, memori media bersifat fragmen dan banal. ......The 1965 event was one of the watershed in Indonesian history, the circumstances and orientation of Indonesia was different before and after that year. In the last two decades after the New Order was no longer in power, the narrative about the September 30th Movement (G30S) was not a state propaganda tool anymore. Media can offer the memory unimpeded. In 2015 a number of online news media retold the events of 1965 (G30S and post-G30S). The memory of Suharto as a figure who played a number of strategic steps in 1965 became important be the object of study which the event that brought him to control Indonesia for three decades. The premise of this study is the amount of space capacity on the internet and the support of links (hypertext) on the web, allows news sites to serve more complete and diverse memory. Therefore, this study questions: How do Indonesian online news sites narrate the memory of Soeharto and the events of 1965 after half a century has passed? This study uses the collective memory perspective of Maurice Halbwachs, the concept of media memory from Motti Neiger et al, and the theory of Fisher's Narrative Paradigm. Using the framing method from Pan and Kosicki, this study analyzed 27 supplementary article articles reviewed and spread across six sites in Indonesia. As results, the study show that Suharto was narrated on two faces. First, as a military figure ‘savior’ who succeeded in stopping the plot of treason. Second, as 'avonturir' who knows the plot of the plan while preparing himself to overcome and take advantage of it. Suharto's involvement in the post-G30S persecution was also seen from the two perspectives on him. However, it was not found the accuracy in the texts when this study confirmed one narration with another narration of the entire article. One text with another text does not support or strengthen each other enough. The study also found that the internet with almost unlimited space is no guarantee for present the alternative memory narratives. The theoretical implications offered by this study are the five media memory premises which in any studies before tended to adopt the premise of collective memory. The first premise, media memory is memorabilia that corresponds to news value. Second, media acts as the main selection agent among other memory agents. Third, media memory is one of the instruments to safeguard the interests of the media. Fourth, the media are more likely to present memory that has become consensus or shared knowledge in society. Fifth, media memory is fragmental and banal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
D2643
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9   >>