Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Djulianto Susantio
"Kenyataan sehari-hari menunjukkan banyak peninggalan purbakala rusak atau lapuk oleh berbagai sebab. Secara umum faktor perusak dapat dibagi dua yaitu faktor alam dan fak_tor manusia. Faktor alam terdiri atas unsur biotik dan un_sur abiotik, sementara faktor manusia terdiri atas unsur yang disengaja dan unsur yang tidak disengaja.
Perusakan oleh unsur biotik, misalnya, terdapatnya beberapa jenis tumbuhan besar dan kecil pada dan di sekitar bangunan purbakala. Tumbuh-tumbuhan tersebut antara lain ilalang, pohon, lumut, ganggang, dan jamur. Pada beberapa bangunan purbakala tertentu, terjadi penerjangan batu-batu oleh sekawanan gajah dan pelapukan oleh hewan-bewan kecil. Perusakan oleh unsur abiotik, bangunan tidak dapat terhindar dari berbagai faktor cuaca yang ekstrim seperti panas, hu_jan, dan angin. Bahkan tidak dapat terhindar dari keadaan tanah yang labil atau gembur, serta gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, dan banjir. Perusakan oleh un_sur manusia yang disengaja misalnya vandalisme, grafitisme, ..."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S11821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budi Suhardi
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
O`Callaghan, Paul W.
New York : Pergamon Press , 1978
693.832 OCA b (1);693.832 OCA b (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Beni Hermawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T39636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurio Provandi Sholichin
"Salah satu usaha untuk mengurangi konsumsi energi adalah melalui penggunaan material dinding yang mampu mengurangi transmitansi termal dari luar ke dalam bangunan. Dalam SNI 03-6389-2000 dijelaskan bahwa Overall Thermal Transfer Value (OTTV) bertujuan untuk mengidentifikasi dan mencari peluang penghematan energi dari selubung bangunan. Dalam hal ini ditentukan nilainya tidak boleh melebihi 45 W/m2. Penelitian ini mengambil sampel bangunan sederhana tipe 36 yang dianggap mampu mewakili kebutuhan masyarakat menengah kebawah.
Metode penelitian yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif. Dalam riset ini banyak melibatkan perhitungan kinerja dinding terhadap nilai OTTV. Software OTTV v2.01 digunakan untuk memudahkan penghitungan. Rumah sederhana yang diteliti disimulasikan dengan menggunakan material yang berbeda, yaitu batu bata merah, batako dan beton ringan aerasi. Variabel lain yang turut mempengaruhi adalah peneduh dan nilai absorbtansi radiasi matahari bahan.
Hasil perhitungan OTTV menunjukkan bahwa material dinding yang paling memenuhi kriteria konservasi energi adalah beton ringan aerasi dan yang paling boros energi adalah bata merah.

One attempt to reduce energy consumption is by using wall material that able to reduce thermal transmittance from outside into the building. SNI 03-6389-2000 stated that Overall Thermal Transfer Value (OTTV) aims to identify and seek for opportunity to conserve energy by means of building skin. In this case the value should not exceed 45 W/m2. This research takes sample of type 36 simple house which is believed to represent medium to low income people's needs.
The research method used here is testing out with quantitative approach. In this research a lot of calculations of wall's performance involved towards OTTV value. OTTV v2.01 software used to aide the calculations. The investigated simple house is simulated with different materials, which is red brick, hollow concrete block and autoclaved aerated concrete. Other variables affecting are shade and material's absorbtance value.
The OTTV calculations result suggests that building material that fulfills energy conservation criteria is autoclaved aerated concrete and red brick being the most consumptive material.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30059
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhyan Seminar Asih
"Fasade bangunan merupakan selubung bangunan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi nyaman dan energi pada suatu bangunan. Pada penelitian ini material pelapis pada fasade bangunan mengambil material cat, batu alam, dan keramik. Karena ragam material pelapis pada fasade inilah yang banyak digunakan pada bangunan bertingkat rendah. Ketiga jenis material akan diuji nilaiOTTV pada masing-masing material untuk mengetahui material mana yang mempunyai nilai OTTV tertinggi, sedang dan rendah.
OTTV atau Overall thermal transfer value adalah merupakan satu paket kebijakan dari pemerintah mengenai konservasi energi pada bangunan yang mengatur nilai perpindahan panas pada fasade dinding bangunan. Dalam hal ini nilainya tidak boleh melebihi 45 watt/m². Semakin tinggi nilai OTTV maka semakin besar watt per meter persegi energi yang akan diterima suatu bangunan. Metode yang digunakan adalah testing out dengan pendekatan kuantitatif.
Luasan bukaan mempengaruhi nilai OTTV pada suatu bangunan. Semakin besar bukaan dinding tembus cahaya maka semakin besar beban energi yang dihasilkan suatu bangunan. Ketebalan dinding memperkecil beban energi oleh karena itu penambahan material pelapis dilakukan untuk mengoptimalisasikan konservasi energi pada suatu bangunan dengan memakai software OTTV v2.01didapat batu alam memiliki OTTV baik ( nilai OTTV= 21.70 watt/m²), keramik nilai OTTV sedang (nilai OTTV= 21.33 watt/m²), cat nilai OTTV terendah (nilai OTTV=29.4 watt/m².

Building façade is the cover of a building that strongly influences the comfort and energy inside a building. In this research, coating materials are paints, natural stones, and ceramics since these various coating materials are commonly used for low-rise buildings. Each material was tested/examined for its OTTV value to figure out the one of which has the highest, average and lowest OTTV value.
OTTV or Overall thermal transfer value is the government's policy about energy conservation in buildings to manage the value of energy transfer of a building wall façade. For this extent, the value can't be more than 45 watt/m². the higher OTTV value is, the more watt per meter square will be absorbed by the building. The method used is 'testing out' with quantitative approach.
The width of the openings influences OTTV value of a building. The wider of the transpicuous opening is, the more energy load generated by the building. The thickness of the walls reduces the energy load so that the additional coating materials is to optimize energy conservation in a building by using OTTV v2.01 software. The finding is that natural stones have good OTTV( OTTV value= 21.70 watt/m²), ceramics has average OTTV (OTTV value = 21.33 watt/m²), and paint has the lowest (OTTV value = 29.4 watt/m²).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30041
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Kompyang Sulisnadewi
"Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program Residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik Residensi I dan II. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi Model Konservasi Myra E. Levine pada asuhan keperawatan anak dengan penyakit infeksi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, conselor, educator, colaborator, dan agen perubah selama praktik residensi. Ada lima kasus kelolaan yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini, dan dari kelima kasus terpilih ditemukan adanya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi yang diberikan berdasarkan pinsip-prinsip konservasi sudah mencakup semua masalah yang ditemukan pada klien, walaupun tidak semua masalah dapat terselesaikan Hasil evaluasi pada akhir perawatan dari trophicognosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada kelima kasus terpilih, menunjukkan ada yang teratasi, belum teratasi tetapi sudah menunjukkan perbaikan, dan ada juga yang belum teratasi.

This final assignment provides an overview about the implementation residency practices of the specialist pediatric nurse program in the form practical activities residency I and II. The aim of this final assignment is provide overview application Conservation Model Myra E. Levine on nursing care of children with infectious diseases and the achievement of competencies such as a caregiver advocator, counselor, educator, collaborator, and change agents during practice. There are five cases that discussed in this final assignment, and of the five selected cases found a problem with imbalance nutrition less than demand. Interventions provided by conservation principles have covered all the problems found on the client, although not all problems can be resolved. The evaluation results of trophicognosis imbalance nutrition less than the needs of the five selected cases, indicating there are resolved, not resolved but has shown improvement, and there are also unresolved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31575
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Reflan
"[ABSTRAK
Latar Belakang: Enterococcus Faecalis merupakan bakteri yang sering ditemukan pada kegagalan perawatan saluran akar. Hal ini berhubungan dengan sifat resistensi dari E.faecalis terhadap antibakteri. Klorheksidin 2 % merupakan bahan irigasi yang terbukti efektif dalam menghilangkan bakteri Enterococcus faecalis (E.faecalis), akan tetapi klorheksidin memiliki toksisitas terhadap sel tertentu. Teh hijau merupakan salah satu bahan alami yang banyak dikonsumsi di dunia termasuk di Indonesia. Ekstrak teh hijau terbukti memiliki daya antibakteri terhadap E.faecalis. Namun belum banyak penelitian yang meneliti daya antibakteri dari ekstrak teh hijau dan klorheksidin 2% terhadap E.faecalis dalam biofilm dengan menggunakan metode Real-time PCR.
Tujuan: Membandingkan daya antibakteri ekstrak teh hijaudengan klorheksidin 2 % terhadapEnterococcus faecalisdalam biofilm. Metode: koloni E. faecalis ATCC 29212 di kumpulkan dengan loop dari biakan 1 malam E.faecalis di BHI agar, lalu dimasukkan kedalam 10 ml saline steril. Densitas dari suspensi di standarisasi dengan 0.5 McFarland untuk mendapatkan jumlah 10 8 CFU/ml. 50 μl suspensi bakteri diokulasi pada membran filter nitrat selulosa yang diletakkan pada permukaan agar lalu inkubasi selama 3 hari untuk membentuk biofilm, Larutanekstrak teh hijau, CHX 2 % dan kontrol dimasukkan kedalam tabung uji. biofilmE. faecalisdi membran nitrat selulosa dimasukkan ke dalam tabung uji dan paparkan masing masing bahan uji. Semua tabung lalu dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37 °C selama 10 menit. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah E.faecalis yang hidup dengan menggunakan Real-time PCR.
Hasil: Terdapat perbedaan bermaknadiantara kelompok ekstrak teh hijau, klorheksidin 2 %,dan kontrol. Kesimpulan:Esktrak teh hijau memiliki daya antibakteri terhadap E.faecalis dalam biofilm, namun tidak seefektif klorheksidin 2%.

ABSTRACT
Background:Enterococcus faecalis is most commonly isolated bacteria in failed root canal treatment. This is due with resistency of E. faecalis to antimicrobial agent. 2% chlorhexidin is proven to be effecive against Enterococcus faecalis (E.faecalis). However chlorhexidin is known to have toxicity againts several particular cells. Green tea is one of the most widely narutal comsumed beverage in the world, also in Indonesia. Green tea extract is proven to have antibacterial efficacy against E.faecalis,but not many research has investigated green tea extract and chlorhexidin 2% antibacterial efficacy againtsE.faecalis biofilm by using real-time PCR method. Aim. To compare antibacterial efficacy of green tea extract solution with chlorhexidin 2 % againts E.faecalis biofilm.
Methods : E. faecalis ATCC 29212 colonies collected from overnight culture of bacterial grown on BHI agar plate. The density of the suspension was standardized by comparison with 0,5 Mcfarland Standar to give an approximate count of 108 CFU/ml. Aliquos (50μl) bacterial suspension were then inoculated on steril disks place on the surface of BHI agar and incubated at 37°C for 72 h aerobically. After 72 h of incubation, the discs were removed and transferred into 10 ml PBS to loose attached bacterial. Then the disks were transferred to 10 ml of green tea extract solution, chlorhexidin 2% and PBS steril as control then exposed for 10 minutes in an aerobic incubator at 37 °C.thenall living E. faecalis cells was quantified by using Real-time PCR methods.
Results : There were significant differences statistically between green tea extract, chlorhexidin 2 % and control groups.Conclusion.Green tea extract was effective againts E.faecalis biofilm butnot as effective as chlorhexidin 2%., Background:Enterococcus faecalis is most commonly isolated bacteria in failed root canal treatment. This is due with resistency of E. faecalis to antimicrobial agent. 2% chlorhexidin is proven to be effecive against Enterococcus faecalis (E.faecalis). However chlorhexidin is known to have toxicity againts several particular cells. Green tea is one of the most widely narutal comsumed beverage in the world, also in Indonesia. Green tea extract is proven to have antibacterial efficacy against E.faecalis,but not many research has investigated green tea extract and chlorhexidin 2% antibacterial efficacy againtsE.faecalis biofilm by using real-time PCR method.Aim.To compare antibacterial efficacy of green tea extract solution with chlorhexidin 2 % againts E.faecalis biofilm.Methods :E. faecalis ATCC 29212 colonies collected from overnight culture of bacterial grown on BHI agar plate. The density of the suspension was standardized by comparison with 0,5 Mcfarland Standar to give an approximate count of 108 CFU/ml. Aliquos (50μl) bacterial suspension were then inoculated on steril disks place on the surface of BHI agar and incubated at 37°C for 72 h aerobically. After 72 h of incubation, the discs were removed and transferred into 10 ml PBS to loose attached bacterial. Then the disks were transferred to 10 ml of green tea extract solution, chlorhexidin 2% and PBS steril as control then exposed for 10 minutes in an aerobic incubator at 37 °C.thenall living E. faecalis cells was quantified by using Real-time PCR methods.Results. There were significant differences statistically between green tea extract, chlorhexidin 2 % and control groups.Conclusion.Green tea extract was effective againts E.faecalis biofilm butnot as effective as chlorhexidin 2%.]"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Hakim
"ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan nutrisi pada anak. Tujuan dari karya ilmiah akhir adalah menggambarkan aplikasi model konservasi Levine dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan kanker yang mengalami masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan pencapaian kompetensi praktik spesialis keperawatan anak. Peran perawat yang dilakukan selama praktik residensi adalah sebagai pemberi asuhan, advokat, edukator, dan peneliti yang dilaksanakan dengan memperhatikan etik dan legal. Pendekatan model konservasi Levine menggunakan empat prinsip konservasi yaitu konservasi energi, integritas struktural, integritas personal, dan sosial. Empat prinsip konservasi tersebut diaplikasikan ke dalam proses keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, trophicognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi pada lima kasus kelolaan. Evaluasi yang didapat untuk masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah masalah teratasi sebagian ditandai dengan mual berkurang dan asupan makan meningkat. Model konservasi Levine dapat diaplikasikan pada anak dengan kanker dalam upaya konservasi energi dan peningkatan kualitas hidup anak.

ABSTRACT
Children with cancer were potentially experienced nutritional imbalance. The purpose of the final report was to described the application of Levine Conservation Model in performing nursing care for children with cancer whom experienced problems nutritional imbalance, and achievement of residency competency for pediatric nursing. The role of the nurse performed during residency were conducted as direct nursing care, advocate, educator, and researcher based on professional, ethical and legal. Levine's model approach using four principles were conservation of energy, structural integrity, personal integrity, and social integrity. These conservation principles were applied to the nursing care since assessment, trophicognosis, hypothesis, intervention, and evaluation phases in five selected cases of patients. Organismic evaluation obtained for all nutritional imbalance problems were solved partially that can be measured from the lower level of nausea and the higher food intake. Levine conservation model may apply to nursing care in children with cancer who experienced nutritional problems to increase quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>