Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 802 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harlyna
"Penelitian ini bermula dari adanya keprihatinan UNESCO, UNICEF dan Departernen Pendidikan Nasional terhadap rendahnya mutu pendidikan dasar di ludonesia. Melalui proyek rintisan (pilot project) yang dimulai pada tahun 1999, tiga lembaga tersebut memperkenalkan pembelajaran aktif, krealif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) kepada beberapa SD dan Ml di tiga propinsi yang dipilih. Proyek tersebut mendorong Durori seorang guru SD Negeri 2 Kecila Kabupaten Banyumas untuk membuat 13 modul belajar yang disebut Model Belajar Mandiri (MBM). Meskipun disebut Model Belajar Mandiri, model ini tidak mengacu pada Self-Regulation Learning (SRL). Prinsip-prinsip yang digunakan dalam MBM merupakan beberapa prinsip pendidikan humanistik dan pendekatan Cara Belajar Siswa Alctif (CBSA). Secara garis besar, MBM bertujuan untuk mendorong motivasi belajar intrinsik dan harga diri (self-esteem) siswa.Diharapkan, siswa yang memitiki motivasi belajar intrinsik dan barga diri tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi juga.
Penelitian yang dilakukan oleh Gottfried ( 1990) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar intrinsik dengan prestasi belajar. Sedangkan penelitian tentang adanya hubungan yang signiflkan antara harga diri dan prestasi belajar telah dilakukan oleh Marsh (dalam WoolfOlk, 1995), Wash (dalam Bums, 1979) dan Brookover, Thomas, Paterson, Coopersmith dan Purkey (dalarn Bums, J 979).
Penelitian mengenai hubungan antara motiwsi belajar intrinsik, harga diri dan prestasi belajar memang teiah banyak ditakukan, tetapi sampai saat ini belum ada penelitian yang melihat ketiga hal tesebut pada siswa yang menggunakan MBM. Pemilihan mata pelajaran matematika dan bahasa Indonesia didasarkan pada tujuan pendidikan dasar yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu menanamkan dan mengembangkan kemampuan dasar dalam membaca., berhitung dan ketrampilan memecahkan masalah (Sid~ 2001). Matematika dan bahasa Indonesia dapat mewakili kemampuan dasar tersebut.
Sampel penelitian adalah siswa kelas V dan VI SD Negeri 2 Kecila yang berjumlah 49 siswa dan diperoleh dengan teknik accidental sampling.
Digunakan uji coba (try out) terpakai terhadap alat ukur penelitian karena keterbatasan waktu dan jumlah sampel. Data tentang motivasi belajar intrir.sik (matematika dan bahasa Indonesia) dan harga diri diperoleh melalui kuesioner motivasi belajar intrinsik (matematika dan bahasa Indonesia) serta harga diri yang disusun sendiri oleh peneliti. Sedangkan data prestasi belajar matematika dan bahasa Indonesia diperoleh dari nilai rata-rata ulangan harian, pengamatan, tugas dan pekerjaan rumah serta nilai ulangan umum/ujian akhir semester II. Pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS (Statistic Package for Social Science) menggunakan metode analisis regresi dan korelasi Pearson (Pearson Product Moment Correlation).
Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar intrinsik matematika dengan prestasi belajar matematika. Selain itu juga ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan prestasi belajar matematika. Berbeda dengan mata pelajaran matematika pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak didapati adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar intrinsik bahasa Indonesia dan prestasi belajar bahasa Indonesia. Harga diri dan prestasi bela jar bahasa Indonesia juga tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa motivasi belajar intrinsik matematika dan harga diri secara bersama-sama tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap preslasi belajar matematika. Motivasi belajar intrinsik bahasa Indonesia dan harga diri secara bersama-sama juga tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia. Hal itu diduga karena adanya interaksi variabellain yang tidak diukur dalam penelitaian ini.
Gambaran umum yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian memiliki motivasi belajar intrinsik (matematika dan bahasa Indonesia), harga diri, prestasi belajar (matematika dan bahasa Indonesia) yang tergolong sedang. Hal tersebut perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan uji coba alat ukur penelitian. Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi belajar intrinsik (matematika dan bahasa Indonesia), harga diri dan prestasi belajar (matematika dan bahasa Indonesia) antara siswa yang menggunakan MBM dan tidak menggunakan MBM disarankan untuk melakukan penelitian kausal-komparatif (expost facto)."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T38804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Subandono
"Peran seorang Kepala sekolah dalam memimpin sebuah organisasi sekolah, salah satunya adalah membentuk motivasi kerja guru. Sebuah arah pemikiran yang menjadi langkah awal dalam penyusunan tesis ini. Untuk menghasilkan pemahaman yang akurat berkaitan dengan pemikiran tentang kepemimpinan seorang Kepala sekolah dalam membentuk motivasi kerja guru, dilaksanakan penelitian dengan metode Mixed-Method pada suatu sekolah. Dalam membentuk motivasi kerja guru oleh seorang Kepala sekolah, dapat dikaji ketika Kepala sekolah melaksanakan aktivitas kepemimpinanya, yang meliputi: Bentuk aktivitas dan suasana persekolahan yang diciptakan, aktivitas kepemimpinan Kepala sekolah dalam menciptakan suasana kerja, dan akhirnya terfokus pada aktivitas kepemimpinan kepala sekolah yang paling efektif, dalam membentuk motivasi kerja guru. Pengkajian beberapa aktivitas kepemimpinan ini kemudian menjadi tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kategori perkembangan organisasi sekolah yang masih sederhana, berdampak pada aktivitas kepemimpinan dan penciptaan suasana persekolahan yang saling terkait, yaitu: Memperkokoh Keorganisasian, Membangun Komunikasi, Penguatan Pilar Manajemen, Mewujudkan Penjaminan, Membangun Kemitraan dan Mengembangkan Wirausaha. Kemudian dalam kaitannya dengan penciptaan suasana kerja seorang Kepala sekolah dapat melaksanakan: Menanamkan Energi Berpikir Positif, Membentuk Sistim Kerja, dan Merealisasikan Program Penjaminan. Di tahapan akhir penelitian diperoleh data dua aktivitas kepemimpinan Kepala sekolah yang paling efektif dalam membentuk motivasi kerja guru, yaitu: Membangun Komunikasi dan Program Penjaminan.
......A principal role in leading a school organization, one of which is to form work motivation of teachers. A direction of thought that became the initial step in the preparation of this thesis. To produce an accurate understanding relating to the concept of a principal's leadership in shaping the work motivation of teachers, conducted the research with mixed-method methods in a school. In establishing the work motivation of teachers by a school principal, may be assessed when implementing principal activities of its leadership, which include: Form of activity and created an atmosphere of schooling, activity of principal leadership in creating a working atmosphere, and finally focused in school leadership activities are most effective , in shaping the work motivation of teachers. Assessment of some activity then becomes the purpose of leadership in the implementation of this study. Categories of school organizational development is still modest, impact on the activity of school leadership and the creation of an atmosphere of inter-related, namely: Organizational Strengthening, Developing Communication, Strengthening the Pillars of Management, Achieve Guarantee, Building Partnerships and Expanding Entrepreneurship. Then in connection with the creation of a working atmosphere principal can implement: Embedding EnergyPositive Thinking, Shaping Work System and Realizing Guarantee Program. In the final stages of the study obtained data two principal leadership activity is most effective in shaping the work motivation of teachers, namely: Building Communication and Guarantee Program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29934
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
M.TH. Kurniati Sutadi
"ABSTRAK
Berkomunikasi pada saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan utama bagi manusia. Dengan semakin rumit dan beragamnya aktivitas manusia, suatu sarana komunikasi yang mampu menjangkau sasaran yang luas secara serentak amatlah diperlukan, dimana kemudian manusia menjadi begitu tergantung pada sarana komunikasi yang bersifat massa ini, atau yang dikenal sebagai media massa. Salah satu media massa tersebut adalah radio. Khususnya di Indonesia, radio merupakan media dengan tingkat pengenaan tertinggi terhadap masyarakat dibandingkan dengan media massa-media massa lain. Sejalan dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia, stasiun-stasiun radio pun bermunculan demikian banyak bak jamur dimusim hujan. Beberapa radio memperebutkan sasaran pendengar dengan segmentasi yang sama. Hal ini kemudian menimbulkan kompetisi diantara mereka. Salah satu cara memenangkan atau bertahan dalam kompetisi adalah promosi, yang salah satunya adalah promosi kepada pendengar. Salah satu cara promosi kepada pendengar secara 'on-air1 adalah dengan mengudarakan kuis radio, dimana salah satu tujuan dari pengudaraan kuis ini adalah untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh pendengar untuk mendengarkan radio. Penelitian ini hendak melihat motivasi keikutsertaan pendengar radio terhadap acara kuis promosi 'on-air1, yaitu motivasi keikutsertaan pendengar radio Prambors terhadap kuis FMANIA CASH. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Uses and Gratifications, dimana khalayak dianggap aktif dalam menggunakan media dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan dan dapat memenuhi kebutuhannya. Penggunaan media akan berlanjut terus apabila kepuasan yang dicari oleh khalayak tercapai. Dari sudut metodologi penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis yakni hanya menggambarkan motivasi keikutsertaan pendengar radio Prambors terhadap kuis FMANIA CASH dengan menganalisanya berdasarkan variabel-variabel antesedent, serta melihat pola penggunaan media akibat keikutsertaan tersebut serta kepuasan yang diperoleh oleh mereka. Penelitian ini tidak mengukur suatu kekuatan hubungan antar variabel. Sampel penelitian adalah peserta kuis FMANIA CASH berusia 15-25 tahun, yang diambil dengan cara purposive sampling. Motivasi keikutsertaan peserta kuis FMANIA CASH sebagian besar adalah karena hadiah dan permainannya, selain itu juga karena teman, karena selalu menjadi peserta kuis di Prambors dan karena ditelpon oleh pencari data Prambors. Motivasi ini menjadi berbeda berdasarkan variabel-variabel antesedent. Sementara untuk pola penggunaan media, minimal peserta mendengarkan radio Prambors selama 3 hari dalam seminggu, namun untuk setiap harinya, pola mendengarkan radio menjadi tergantung pada aktivitas mereka. Pola penggunaan media ini pun berbeda berdasarkan variabel-variabel antesedent dan motivasi keikutsertaan."
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Kristi Hanafie
"Setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitas kerja
pegawainya, karena dengan produktivitas yang tinggi berarti akan dipero1eh hasil yang lebih baik dengan pemakaian sumber daya manusia yang sama, atau hasil yang tetap dengan pemakaian sumberdaya manusia yang berkurang, da hal ini berarti adanya pengurangan biaya operasional atau keuntungan yang lebih besar.
Sedangkan, produktivitas sumber daya manusia merupakan bagian
dari produktivtas suatu usaha, namun produktivitas tenaga kerja adalah
"bagian yang paling menentukan, sekaligus yang paling sulit untuk dimengerti dan dikelola karena menyangkut aspek yang ada di dalam maupun di luar diri manusia. Mengingat hal ter.sebut di atas maka pimpinan perlu memperhatikan motivasi kerja pegawai Karena dengan mengetahui motivasi kerja pegawai, pimpinan dapat meggerakan atau mengarahkan pegawai untuk bekerja dengan baik sehingga tu]uan perusahaan dapat dicapai.
Motivasi kerja yang diberikan oleh peruse aan dalam rangka
menciptakan pegawai bekerja dengan bergairah untuk tercapainya tujuan organisasi dan suatu situasi di mana pegawal dapat memenuhi kebutuhan kebutuhannya dan pada waktu yang bersaran Ban Dalam kripsi ini alat-alat motivasi yang akan dibahas adafah gaji, fasilitas Resehatan, serta kepastian dan rasa aman.
Masa1ah pokok yang dibahas dalam penulisan sknpsi ini adalah
menggambarkan bagaimana motivasi yang dibetikan perusahaan berupa
gaji, fasiiitas kesehatan, dan kepastian dan rasa aman dan produkitivitas kerja pegawai di PT 1MECO INTER SARANA.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahul bagaimana motivasi yang
diberikan perusahan datam bentuk gaji, fasilitas kesehatan, dan kepastian dan .rasa aman dan .produktiv:i1as .kerja .pegawai .pada .perusahaan 1ersebu1 Metode -penelitian -dalam -penyusunan -sk-ripsi -ini -rnenggunakan
penelitian deskriptif dengan pendel
-pengumpu~an -data -berupa studi -kepustakaan -dan studi -~apangan. Dalam
studi ·tapangan, penu1is menggunakan metode pengumpulan data melalui
wawancara .mendalam .di .mana wawancara .ini .dilakukan terhadap .beberapa
manajer dan -stat -pT -IMEC·O -INTE-R SARANA yang 1:erlibat ·langsung dengan
masaJah yang akan ditelitl Dengan wawancara mendalam yang dilakukan
-berdasarkan -pada -pedoman wawancara -yang -telah -disusun -penults
"berdasarkan _pokok _permasalahan, dengan derriikian akan diharapkan akan
-didapat -data -pokok yang -berhubungan -dengan -permasalahan yang -akan
dlteliti. ·Kedua, mengguna·kan metoda pengumpulan data melalui observasi.
-Berdasarkan -hasil wawancara -dengan -beberapa manajer -dan -staf
mengenai ·motivasi berupa gaji, fasilitas ·kesehatan, dan ·kepastian dan ·rasa
.aman yang diberikan per.usahaan temy.at .ketiga faktor .motiv.asi .itu .kur.ang
mempengaruhi -produk1tivitas -kerja -pegawai. Hal ·ini terbukti -dengan -hasil
wawancara antara _penulis dan beberapa manajer di _perusahaan tersebut
-rnen-yatakan -bahwa faktor-faktor -rnotivasi -berupa -gaJi, fasiHtas -k-es-ehatan,
dan l
-kerja -pegawai meningk-at.
Dari ·hasi1 pembahasan tersebut dapat disimpulkan ·bahwa penelitian
Jni menunjukkan .bahwa .adany.a .kebijakan .motiv.asi .dari .perusahaan .berupa
gaji, fasilitas -kesehatan, dan -kepastian dan rasa aman tersebut 1emyata
kurang merangsang .adany.a u.saba yang .lebib .besar dari .pegaw.ainy,a .atau
-kurang membuat -pegawai -bekeda -dengan -produktivitas.
Berdasali
bebetapa saran sebagai -berikut. -Pimpinan -harus -dapat -memotivasi -para
_pegawainya sehingga _perilaku mereka selama ·bakerja selalu terarah pada
tujuan yang -diharapkan -perusahaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S8848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Anna Roida
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S9736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Maringatua Parulian
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1975
S16355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marella, Angie Michaela
"Kekurangan jumlah pemimpin yang kompeten dari Generasi Y kerap kali menjadi masalah serius bagi organisasi saat ini. Hal ini disebabkan oleh angka turnover Generasi Y yang lebih tinggi daripada Generasi X. Peneliti menduga salah satu penyebab terjadinya krisis kepemimpinan di organisasi dan tingginya turnover pada Generasi Y adalah adanya perbedaan motivasi memimpin antara karyawan Generasi X dan Generasi Y. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi memimpin pada kedua generasi tersebut. Secara teoritis, motivasi memimpin adalah konstruk perbedaan individu yang memengaruhi keputusan pemimpin atau calon pemimpin untuk menjalankan pelatihan kepemimpinan, dan peran serta tanggungjawab pemimpin dan yang memengaruhi intensitasnya dalam berusaha memimpin dan bertahan sebagai pemimpin. Konstruk motivasi memimpin terdiri dari tiga dimensi, yaitu affective-identity, social-normative, dan noncalculative. Hasil pengolahan data menggunakan independent sample t-test, dari 221 responden (Generasi X = 120; Generasi Y = 101), diukur dengan Kuesioner Motivation To Lead, menemukan bahwa terdapat perbedaan motivasi memimpin yang signifikan antara karyawan Generasi X dan Generasi Y, yaitu t (219) = 7.110, p < 0.05. Motivasi memimpin Generasi X terbukti secara signifikan lebih tinggi daripada Generasi Y dan hasil tersebut konsisten pada masing-masing dimensi, yakni dimensi affective-identity t (219) = 4.182, p < 0.05; dimensi social-normative t (219) = 3.888, p < 0.05; dan dimensi noncalculative t (219) = 7.518, p < 0.05. Implikasi dari penelitian ini adalah praktisi SDM dapat merekrut calon karyawan yang memiliki motivasi memimpin sesuai kebutuhan organisasi dan mengadakan program pengembangan SDM untuk karyawan yang berpotensi menjadi pemimpin.;Having competent leaders from Generation Y often becomes a serious issue for organizations today. This is caused by the rate of turnover on Generation Y that is higher than Generation X. Researcher supposes one of the causes is the difference on motivation to lead between employee in the Generation X and Generation Y employee. This study aims to determine differences in motivation to lead among both generations. Theoretically, motivation to lead is an individual differences construct that affects a leader‟s or leader-to-be‟s decisions to assume leadership trainings, roles, and responsibilities, and that affects his or her intensity of effort at leading and persistence as a leader. The construct of motivation to lead consists of three dimensions, i.e affective-identity, social-normative, and noncalculative. 221 respondents (120 of Generation X dan 101 of Generation Y) filled out Motivation To Lead Questionnaire. Independent sample t-test showed that there is significant difference in motivation to lead among Generation X and Generation Y employee, i.e t (219) = 7.110, p < 0.05. Generation X‟s motivation to lead is significantly higher than Generation Y and these result is consistent in each dimensions, i.e affective-identity dimension t (219) = 4.182, p < 0.05; social-normative dimension t (219) = 3.888, p < 0.05; and noncalculative dimension t (219) = 7.518, p < 0.05. The implications of this research are HR practitioners can recruit prospective employees who have the motivation to lead according to the needs of the organization and conduct human resources development programs for employees with leadership‟s potential.;Having competent leaders from Generation Y often becomes a serious issue for organizations today. This is caused by the rate of turnover on Generation Y that is higher than Generation X. Researcher supposes one of the causes is the difference on motivation to lead between employee in the Generation X and Generation Y employee. This study aims to determine differences in motivation to lead among both generations. Theoretically, motivation to lead is an individual differences construct that affects a leader‟s or leader-to-be‟s decisions to assume leadership trainings, roles, and responsibilities, and that affects his or her intensity of effort at leading and persistence as a leader. The construct of motivation to lead consists of three dimensions, i.e affective-identity, social-normative, and noncalculative. 221 respondents (120 of Generation X dan 101 of Generation Y) filled out Motivation To Lead Questionnaire. Independent sample t-test showed that there is significant difference in motivation to lead among Generation X and Generation Y employee, i.e t (219) = 7.110, p < 0.05. Generation X‟s motivation to lead is significantly higher than Generation Y and these result is consistent in each dimensions, i.e affective-identity dimension t (219) = 4.182, p < 0.05; social-normative dimension t (219) = 3.888, p < 0.05; and noncalculative dimension t (219) = 7.518, p < 0.05. The implications of this research are HR practitioners can recruit prospective employees who have the motivation to lead according to the needs of the organization and conduct human resources development programs for employees with leadership‟s potential."
2016
S62063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deby Meika Krisdianti
"Penelitian ini membahas tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja aparat Satuan Pelaksana Adminsitrasi SIM (Satpas Polda Metro Jaya). Dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai, pimpinan Satpas Polda Metro Jaya memberikan motivasi kepada pegawainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai. Teori yang digunakan adalah teori Kinerja menurut Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson, dan teori Motivasi menurut Frederick Herzberg. Penelitian ini dilakukan terhadap 54 aparat Satpas Polda Metro Jaya di Kantor Satpas Polda Metro Jaya. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepada responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh yang kuat dan positif terhadap kinerja.
......This research discusses about the influence of motivation on employee's job performance at Satpas Polda Metro Jaya. In order to improve employee?s job performance, the leaders of Satpas Polda Metro Jaya give motivation for their employee. The research aims to investigate the influence of motivation toward job performance. The theories are job performance theory by Paul Hersey, Kenneth H. Blanchard, dan Dewey E. Johnson, and motivation theory by Frederick Herzberg. The study was conducted at the Satpas Polda Metro Jaya Office. Researched method of this study was quantitative research, data collected through distribution of questionnaires to respondents. Analysis result show that motivation has a strong and positive influence toward job performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>