Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelia Suvina Febrila
"Tuberkulosis sensitif obat (TB SO) adalah penyakit infeksius yang utamanya disebabkan Mycobacterium tuberculosis tanpa bukti strain resisten terhadap Rifampisin dan Isoniazid. Pada tahun 2022, WHO menerima jumlah kasus baru TB paling banyak yang pernah dilaporkan (7,5 juta kasus) dan Indonesia menyusun kasus TB paling banyak kedua dari total kasus (10% kasus). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum OAT harus ditelaah untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan OAT. Tujuan penelitian adalah menganalisis kepatuhan pengobatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya secara signifikan terkait regimen TB SO di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).  Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data rekam medis pasien TB SO di RS UI dalam periode 2 tahun (1 Januari 2022–31 Desember 2023). Kepatuhan dihitung dengan proportion of days covered (PDC) dan hubungan antarvariabel dianalisis dengan Fisher’s Exact Test, dilanjutkan dengan analisis regresi logistik multivariat untuk mengontrol pengaruh variabel-variabel penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 103 pasien TB SO rawat jalan di RS UI, 94 pasien tergolong memiliki kepatuhan tinggi (PDC ≥90%), 8 pasien tergolong memiliki kepatuhan moderat (PDC 80–89%), dan hanya 1 pasien tergolong tidak patuh (PDC <80%). Hasil uji Fisher’s Exact Test menggambarkan hubungan signifikan antara jenis kelamin dan kepatuhan (p = 0,044). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa berdasarkan Charlson Comorbidity Index (CCI), pasien tanpa derajat keparahan komorbiditas 8,3 kali lebih patuh dalam penggunaan obat dibandingkan pasien dengan derajat keparahan komorbiditas berat (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). Kesimpulan penelitian adalah derajat keparahan komorbiditas pasien berhubungan signifikan secara statistik terhadap kepatuhan pengobatan.

Drug sensitive tuberculosis (DS TB) is an infectious disease mainly caused by Mycobacterium tuberculosis without proof of strain resistance against Rifampicin and Isoniazid. In 2022, WHO received the highest number of TB new cases ever reported (7,5 million cases) and Indonesia comprised the second most out of total cases (10% of cases). Factors associated with anti-tuberculosis drugs adherence should be analyzed to increase TB treatment success rate. The purpose of the study is to analyze medication adherence and the factors significantly associated with DS TB regimen in the University of Indonesia Hospital (RS UI). The study design used is cross-sectional using medical record data of DS TB patients in RS UI within a 2 year period (1 January 2022–31 December 2023). Adherence is measured with proportion of days covered (PDC) and the relationship between variables is analyzed using Fisher’s Exact Test, continued with multivariate logistic regression to control the effect of study variables. This study found that within 103 DS TB outpatients in RS UI, 94 patients had high adherence (PDC ≥90%), 8 patients had moderate adherence (PDC 80–89%), and only 1 patient was classified as non-adherent (PDC <80%). Fisher’s Exact Test showed a significant relationship between gender and adherence (p = 0,044). Multivariate logistic regression analysis found that based on Charlson Comorbidity Index (CCI), group with no degree of comorbidity severity is 8,3 times more likely to adhere in taking medications than group with severe degree of comorbidity (aOR = 8,305; 95% CI 1,056—65,286; p = 0,044). This study concluded that severity of comorbidity has a statistically significant relationship with medication adherence."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Miftahul Fidini
"Apoteker memiliki peranan penting dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Berpartisipasi langsung dalam praktik kerja kefarmasian merupakan salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjadi seorang apoteker profesional. Oleh karena itu, sebagai bekal dan pengalaman dalam memahami peran apoteker dalam dunia kerja, para calon apoteker diwajibkan untuk menjalani praktik kerja profesi. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Puskesmas Matraman periode Oktober 2022.

Pharmacists have an important role in doing pharmaceutical practice. Participating directly in the practice of pharmacy work is one of the important things to do to become a professional pharmacist. Therefore, as a provision and experience in understanding the role of pharmacists in the world of work, prospective pharmacists are required to undergo professional work practices. The Professional Practice of Pharmacist is held Matraman District Health Center periode October 2022.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Titiek Soerjandari
"Persediaan obat merupakan salah satu biaya operasional terbesar di rumah sakit, sementara itu pengelolaannya diatur dan sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah maupun profesi. Persediaan obat harus direncanakan sebaik mungkin agar tidak berlebihan karena banyaknya modal yang ditanam ataupun tidak kekurangan oleh karena akan mengganggu pelayanan dan hilangnya pemasukan.
Masalah yang ada di RS MMC adalah setiap bulannya gudang farmasi menolak 206 kali permintaan ( 3,64% ) dari rata-rata 5.653 permintaan. Dengan alasan penolakan antara lain barang tidak ada didistributor, atau perencanaan yang meleset.
Penelitian dilakukan pada persediaan obat di ruang operasi pada periode Juli 1992 sampai dengan Juni 1993. Penelitian merupakan studi kasus dengan analisa distribusi, sehingga diketahui distribusi kelompok persediaan yang kritis untuk pelayanan pasien.
Persediaan obat ini dianalisa dengan analisis Indeks Kritis ABC yang mencakup karakteristik persediaan yaitu banyaknya barang, biaya investasi dan kritisnya terhadap pelayanan kepada pasien ( diperoleh dari penilaian para dokter yang menggunakan obat tersebut ).
Dengan mengetahui nilai investasi, nilai pemakaian dan nilai kritis, dapat diketahui indeks kritis dari masing-masing jenis obat. Persediaan obat dikelompokkan berdasarkan indeks kritisnya sehingga didapat kelompok dengan indeks kritis tinggi, sedang dan rendah.
Dari hasil penelitian ternyata perencanaan persediaan obat dipengaruhi oleh perilaku para dokter dalam menggunakan obat tersebut, terdapat obat dengan nilai investasi besar mempunyai indeks kritis rendah, sebaliknya terdapat obat dengan nilai investasi kecil mempunyai indeks kritis tinggi.
Disarankan untuk mengikut sertakan para dokter dalam proses perencanaan persediaan obat dengan menerapkan analisis Indeks Kritis ABC pada persediaan obat disetiap bagian rumah sakit."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastuti Hadiningsih
"[ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah tingginya tagihan biaya obat rawat jalan
jika dibandingkan dengan biaya yang ditanggung oleh BPJS dengan menganut sistem
tariff INA CBG?s. Sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi besaran biaya kesehatan tersebut. Penelitian ini
menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat faktor
usia, jenis kelamin, peresepan obat, status dokter dan jaminan kesehatan sesuai
dengan data sekunder yang didapat melalui data rekam medis dan tagihan biaya obat
layanan rawat jalan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi
biaya obat adalah usia, jaminan kesehatan, jumlah item obat (R/), penggunaan
antibiotika dan penggunaan obat generik. Sehingga guna menyikapi permasalahan ini
perlu adanya clinical previllage untuk kasus rawat jalan dan kebijakan yang mengatur
tentang peresepan yang rasional.

ABSTRACT
The background of this study is the high bill outpatient drug costs when compared
with the costs borne by BPJS by embracing INA CBG's tariff system. So, we need a
more in-depth analysis of the factors that affect the amount of health care costs. This
study uses a cross-sectional study with quantitative methods, by looking at factors of
age, sex, prescription drugs, doctors and health insurance status in accordance with
the secondary data obtained through medical records and bills medicine outpatient
services. And based on the results of the study, factors that affect the cost of
medication is the age, health insurance, the number of drug items (R /), the use of
antibiotics and the use of generic drugs. So as to address these issues need for clinical
previllage for outpatient cases and policies that govern rational prescribing, The background of this study is the high bill outpatient drug costs when compared
with the costs borne by BPJS by embracing INA CBG's tariff system. So, we need a
more in-depth analysis of the factors that affect the amount of health care costs. This
study uses a cross-sectional study with quantitative methods, by looking at factors of
age, sex, prescription drugs, doctors and health insurance status in accordance with
the secondary data obtained through medical records and bills medicine outpatient
services. And based on the results of the study, factors that affect the cost of
medication is the age, health insurance, the number of drug items (R /), the use of
antibiotics and the use of generic drugs. So as to address these issues need for clinical
previllage for outpatient cases and policies that govern rational prescribing]"
2015
T43633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Puspita Andri
"Perencanaan, pengadaan dan pengendalian obat adalah hal penting dalam pelayanan farmasi di rumah sakit khususnya di era Jaminan Kesehatan Nasional. Pengendalian persediaan obat yang efektif menjadi prioritas pihak manajemen rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas fungsi pengendalian persediaan obat dengan metode ABC Indeks Kritis terhadap obat formularium di rumah sakit Dr. Mintoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel input pada penerapan formularium belum optimal, kepatuhan dokter dalam peresepan belum mencapai 100%, faktor anggaran yang terbatas mendorong upaya efisiensi, serta belum berjalannya sistem informasi rumah sakit (SIMRS) menambah kendala pada proses pengendalian obat. Variabel proses menunjukkan bahwa perencanaan obat dan perencanaan pengadaan belum berjalan dengan baik. Variabel output menunjukkan setelah dilakukan analisa ABC Indeks kritis pada sampel sejumlah 108 item obat yang merupakan gabungan kelompok A nilai pakai dan nilai investasi ditemukan bahwa pada persediaan obat menurut formularium rumah sakit adalah kelompok A 29 item (26,85%), kelompok B 78 item (72,22%) dan kelompok C 1 item (0,93%). Penghitungan EOQ, SS dan ROP sebagai metode pengendalian persediaan obat merupakan usaha dalam menjaga jumlah stok yang efisien. Dengan demikian dapat diketahui jumlah ekonomis yang akan dipesan, berapa stok aman selama masa tunggu dan kapan harus dipesan kembali dapat diketahui pada proses pengadaannya.

Planning, procurement and management of drugs are key aspects in the pharmacy service in Dr. Mintoharjo Naval Hospital, especially so in the era of Jaminan Kesehatan Nasional. Effective management of drug inventory is a priority for the hospital. The purpose of this study was to determine the effectiveness function of drug inventory control for Dr Mintoharjo hospital using the ABC Critical Index method. This qualitative research is using a cross sectional data. The results of the research reveal that the input variables in the hospital formulary application is not optimal, the doctor's compliance in prescribing has not reached 100%, limited budget requires efficiency, and the inoperative of hospital management information system caused further obstacles for drug control. Process variables indicate the ineffective process of drug planning and procurement planning. With the analysis of ABC critical index on the sample of 108 items of drugs comprised of group A use value and investment value, the results indicate stock of Forsal MTH A group is 29 items (26.85%), group B is 78 items (72, 22%) and group C is 1 item (0.93%). EOQ, SS and ROP calculations are methods of controlling Forsal MTH drug inventory in an attempt to maintain an efficient amount of stock, giving suggestions of the optimal order amount, necessary safe stock for the waiting period, and reordering time in the process of procurement."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Ria Christine
"Ketersediaan obat baru di Indonesia masih didominasi oleh produk impor dan terbatasnya industri farmasi yang menghasilkan obat berbasis riset walaupun pemerintah telah melakukan intervensi regulasi. Industri farmasi lebih banyak melakukan formulasi dan/atau pengemasan obat dibandingkan memproduksi obat berbasis riset. Produksi obat berbasis riset dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan obat. Penelitian ini bertujuan membangun model kebijakan yang mampu memprediksi dampak pengembangan obat berbasis riset di Indonesia. Penelitian dengan pendekatan kros seksional ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan survei terhadap industri farmasi dan penentu kebijakan pengembangan obat di Indonesia; dan metode kualitatif dengan melakukan kajian masalah dari dokumen kebijakan dan wawancara terstruktur. Model kebijakan ditetapkan berdasarkan analisis pengaruh variabel kapabilitas industri farmasi dengan variabel mekanisme insentif dari pemerintah terhadap konteks fisibilitas politik yang mempengaruhi pengembangan obat berbasis riset, dengan pengukuran yang dilakukan terhadap indikator-indikator yang merefleksikan variabel tersebut. Model kebijakan diuji menggunakan structural equation modeling. Identifikasi kesenjangan (gap analysis) dilakukan sebagai upaya untuk meminimalkan perbedaan pandangan antara industri farmasi dan pemerintah terhadap kapabilitas industri farmasi dan mekanisme insentif dari pemerintah. Analisis determinan kebijakan dan dampak dilakukan untuk memprediksi keberhasilan model tersebut dalam memberikan dampak.
Hasil penelitian membuktikan bahwa kapabilitas industri farmasi, konteks fisibilitas politik, dan mekanisme insentif inovasi yang spesifik untuk kapabilitas industri farmasi, merupakan variabel yang berpengaruh kuat untuk memberikan dampak pengembangan obat berbasis riset, dengan indikator yang paling kuat memberikan pengaruh adalah peluang pasar, faktor penarik inovasi, sumber daya pemerintah dan program nasional. Walaupun hasil penelitian juga membuktikan bahwa regulasi, kapasitas industri farmasi, karakteristik obat, peluang pasar, faktor pendorong inovasi, faktor penarik inovasi, faktor penarik regulasi, aktor kebijakan, nilai kebijakan, sumber daya pemerintah dan program nasional merupakan indikator yang memberikan pengaruh dalam pengembangan obat berbasis riset, namun indikator-indikator ini belum mampu menjadi pengungkit dan memberikan dampak terhadap pengembangan obat berbasis riset di Indonesia. Prioritas kebijakan dan perbaikan harus segera dilakukan pada regulasi, peluang pasar, dan mekanisme insentif inovasi sehingga pengembangan obat yang diharapkan dapat terjadi.

Indonesia`s supply of new drugs currently relies on imported drugs. Pharmaceutical companies appear to be hesitant to transform from being an inventor to being an innovator, and instead continue the process of formulation and packaging. Government regulation intervention has not led to any significant changes. Drug development involves the creation of an innovative drug that is not yet available in the country. Domestic development is needed to ensure sustainability of the access to research-based drug and to reduce the price of that drug that is currently imported. This study aims to develop a policy model that is strategically able to predict an outcome of investment in research-based drug development. Several factors that could trigger domestic research-based drug development were explored and incorporated into a predictive model of an innovation policy. A data collection in this cross-sectional study used a quantitative and qualitative method to explore the policy making process. Data was collected using a structured questionnaire to pharmaceutical companies and policy makers, and also a document review and indepth interview. The process of modeling the policy was established based on the functional relationships between factors related to the capability of pharmaceutical companies in the development of research-based drug and government incentives to political feasibility to predict a drug development, validated using a set of techniques pertaining to the calculation of structural equations. Gap analysis was an effort for examining the similarities and differences in perceptions of capability of pharmaceutical companies and incentive mechanism to accelerate research-based drug development. The findings provided empirical insights on the gaps that can arise from inconsistent perceptions of potential and current situations between pharmaceutical companies and policy makers. The alignment between policy recommendations and intended outcomes was then analyzed using analysis of determinants of policy impact.
The study proves that pharmaceutical company capabilities, political feasibility and innovation incentives correlated to pharmaceutical company capabilities are major catalysts that encourage pharmaceutical companies to invest more in drug development, majorly explained by market opportunities, pull factors, government resources and national program. Although the study proves that regulation, pharmaceutical company capacities, drug characteristics, market, push-pull-regulatory pull factors, actors, values, government resources and national program are strong indicators relating to drug development, the study reveals that those indicators are not yet able to become leverage and make impact to drug development. Special attention on policy priorities and improvements have to be put on regulation, market opportunities, and push-pull-regulatory pull factors to make impact on drug development in Indonesia.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
D2613
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Mulyani
"Jamu/obat tradisional adalah ramuan bahan alam yang biasa digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Kebiasaan mi dijadikan pemerintah sebagai aset yang hams dipertahankan dan dikembangkan dalam rangka pembangunan dibidang kesehatan.
Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tempat tinggal penduduk yakni wilayah pedesaan dan perkotaan dengan proporsi penggunaan jamulobat tradisional berdasarkan pembuatnya. Selain itu diteliti pula apakah ada perbedaan proporsi antara penduduk desa dan kota da!am menggunakan jamulobat tradisional secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis yang dilakukan terhadap data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS). Analisis data dilakukan' dengan menggunakan metode statistik uji Kai Kuadrat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penduduk di wilayah pedesaan dengan di perkotaan dalam rnenggunakan jamu/obat tradisional baik yang dibuat sendiri, dibuat pabnik maupun yang dibuat oleh penjaja jamu gendong. Selain itu diketahui adanya perbedaan proporsi yang bermakna antara penduduk pedesaan dan perkotaan dalam menggunakan jamu/obat tradisional secara keseluruhan. Proporsi penduduk di wilayah pedesaan dalam menggunakan jamu/obat tradisional !ebih tinggi dibandingkan proporsi pada penduduk di wilayah perkotaan.

Jamu or traditional medicine are the composed herbs which are commonly used by Indonesian people. The government makes this habitual as an asset that have to be maintained and to be improved for the purpose of the health development. The aim of this research is to know whether there was an interrelation between rural and urban areas with the proportion ofjamu or traditional medicine consumption that made by its producer .Beside that it's necessary to be researched whether there was a difference of proportion between rural and urban people in the using of jamu/traditional medicine. This research used a descriptive analyzes to the seconder data that were got from the Bureau of Central Statistics (BPS). The data was analyzed statistically by tests of Chi Square. The results showed that there was a significant interrelation between the people who live in the rural and urban area in using of jamu or traditional medicine that produced by self, by factory, by other people and jamu/traditional medicine that retailed by the sales girl. Beside, there is a difference of proportion between rural and urban people in using all jamu/traditional medicine. The proportion of rural people is - higher than urbans."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosma Handayani
"Industri jasa periklanan dan promosi dewasa ini telah ber kembang cukup pesat dan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Kemajuan dan keberhasilan tersebut perlu terus dikembangkan dengan pembinaan yang tepat. Perlu pula dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan periklanan khususnya di bidang obat dan makanan . Pengendalian dan pengawasannya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat termasuk produsen dan kalangan periklanan itu sendiri. Langkah-langkah pembinaan dan pengawasannya haruslah bersifat persuasif, edukatif dan preventif agar kegiatan periklanan obat tidak menyesatkan dan merugikan masyarakat. Jika dengan adanya iklan obat yang menyesatkan tersebut ternyata menimbulkan kerugian bagi konsumen, maka perlu adanya tanggung jawab yuridis dari para pengusaha yang terlibat akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukannya. Tanggung jawab tersebut dalam bentuk ganti rugi dari pelaku perbuatan melawan hukum kepada pihak yang dirugikan agar hak-hak konsumen yang telah dilanggar pulih kembali. Tuntutan konsumen yang dirugi kan tersebut didasarkan pada pasal 1365 juncto 1371 K.U.H. Perdata. Konsumen sebagai penggugat harus membuktikan bahwa syara-tsyarat materiil perbuatan melawan hukum telah dipenuhi dengan melihat dari isi iklan obat yang menyesatkan. Jika terbukti isi iklan obat yang menyesatkan tersebut memenuhi syarat-syarat materiil dari perbuatan melawan hukum, maka yang bertanggungjawab selain produsen juga pihak yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengiklanan obat dan pihak-pihak lain yang memperoleh keuntungan finansial dari iklan tersebut berdasarkan pasal 1365 juncto 1371 dengan melihat dari isi iklan obat yang menyesatkan. Jika terbukti isi iklan obat yang menyesatkan tersebut memenuhi syarat-syarat materiil dari perbuatan melawan hukum, maka yang bertanggungjawab selain produsen Juga pihak yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penqiklanan obat dan pihak-pihak lain yang memperoleh keuntungan finansial dari iklan tersebut berdasarkan pasal 1365 junc to 1371 K.U.H. Perdata."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
S20361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Rahmawati Hidayat
"Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di setiap negara. Peningkatan keparahan hipertensi dan adanya indikasi penyakit lain baik yang terkait ataupun tidak terkait hipertensi membutuhkan terapi obat tambahan untuk mengoptimalkan terapi dan mengurangi efek samping obat. Penggunaan obat dalam jumlah banyak dapat meningkatkan resiko interaksi obat. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran karakteristik pasien hipertensi, karakteristik resep dan potensi interaksi obat dalam resep yang mengandung obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Sukmajaya periode Juni-Nopember 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dan data diambil secara retrospektif.
Hasil analisis dari 350 lembar resep diperoleh persentase pasien perempuan (67,43%) lebih besar dari laki-laki (32,57%) dan prevalensi hipertensi tertinggi terjadi pada usia ≥55 tahun sebesar 60,57%. Potensi interaksi obat yang dianalisis menggunakan Micromedex memperoleh hasil sebesar 11,1% dan potensi interaksi yang paling sering terjadi adalah kombinasi kaptopril dengan obat golongan AINS. Mekanisme interaksi obat yang banyak terjadi adalah farmakokinetik sebesar 51,06%. Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam resep dengan potensi interaksi, dengan nilai probabilitas sebesar 0.0001 dan nilai odd ratio sebesar 5,940 (15,588-2,263).

Hypertension is a common disease in each country. Increase severity of hypertension and presence of other disease whether related or not related of hypertension, require additional drug therapy to optimize therapy and reduce side effect of drugs. The use of drug in large amounts may increase the risk of drug interaction. The purpose of this research was to obtain hypertension patient characteristics, prescription characteristics, and potential drug interactions in prescription that containing antihypertensive drugs in Sukmajaya subsdistrict health center from June to November 2015. This research used descriptive analytic method and data were obtained retrospectively.
The results of analysis in 350 prescriptions was percentage of female patients (67.43%) higher than men (32.57%) and the highest prevalence of hypertension were occured at the age of ≥55 years. Potential drug interactions result that analyzed using Micromedex was 11.1% and the most frequently potential interaction was combination of captopril with NSAIDs groups. The mechanism of drug interaction that occurs frequently was pharmacokinetics of 51.06%. Chi-square test results showed that there was significant relationship between the number of drug in the prescription with potential interactions with a probability value of 0.0001, and the value of the odds ratio is 5.940 (15.588 to 2.263).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Imanuel Setiawan
"Tuberkulosis TB merupakan salah satu penyakit pembunuh yang kerap menjadi masalah besar di dunia dan diperburuk oleh masalah efek samping obat yang berdampak pada terhentinya pengobatan pasien TB. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji hubungan antara efek samping OAT dengan keberlanjutan pengobatan TB. Studi ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional dengan melibatkan 172 data rekam medis penderita TB paru dewasa yang diobati dan mendapatkan efek samping di RSCM selama tahun 2014.
Pada penelitian ini didapatkan 73,8 pasien mendapatkan efek samping minor dan 26,2 mengalami efek samping minor. Jenis efek samping minor yang muncul didominasi oleh gangguan gastrointestinal 34 dan jenis efek samping mayor didominasi hepatitis yang diinduksi oleh obat 60 . Penelitian ini menunjukkan terdapatnya hubungan yang bermakna antara variabel jenis efek samping dengan keberlanjutan terapi OR, 9,33; 95 CI, 4,20-20,72.

Tuberculosis TB is one of top infectious diseases killer and remains as a major health problem worldwide. Moreover, the TB treatment adverse effects are able to escalate the treatment default. This study aimed to evaluate the correlation between anti TB drug adverse reactions and treatment default. A cross sectional study was performed with a total of 172 medical record data of adult pulmonary TB patients who were treated with first line anti TB drugs in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital during 2014 and experienced adverse reaction.
127 patients 73.8 were experiencing minor adverse reaction and 45 patients 26.2 were experiencing mayor adverse reaction. The adverse reaction was dominated by gastrointestinal disorders 34 and drug induced hepatitis 60. There was a significant correlation between adverse reactions of anti TB drug and the treatment default cases OR, 9.33 95 CI, 4.20 20.72 p.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>