Walaupun secara normatif penggunaan Paten sebagai agunan dalam pemberian kredit bank dapat dilakukan, nyatanya praktik ini belum dapat diwujudkan di Indonesia karena terdapat beberapa permasalahan. Berbeda dengan Indonesia, Singapura telah melakukan praktik ini sejak tahun 2016. Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan praktik pemberian kredit bank dengan Paten sebagai agunan belum dapat dilakukan di Indonesia dan perbandingannya dengan Singapura. Pada skripsi ini, Penulis mengangkat dua pokok permasalahan: (1) bagaimana peraturan perundang-undangan di Indonesia dan Singapura mengatur mengenai pemberian kredit dan jaminan kredit perbankan; dan (2) bagaimana pengikatan paten sebagai agunan dalam pemberian kredit bank di Indonesia dan Singapura. Bentuk penelitian dari skripsi ini ialah yuridis-normatif dengan tipologi penelitian deskriptif-analitis yang didukung oleh studi bahan pustaka dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengikatan paten sebagai agunan di Indonesia belum dapat dilakukan karena terdapat beberapa permasalahan, yaitu belum terdapat kepastian hukum mengenai penggunaan paten sebagai agunan, risiko berupa sifat paten yang jangka waktunya terbatas, belum terdapat pihak yang dapat melakukan valuasi terhadap paten, dan kurangnya pemahaman dari para pihak terkait pemberian kredit bank mengenai Hak Kekayaan Intelektual secara umum. Di sisi lain, walaupun pengikatan paten sebagai agunan di Singapura sudah dapat dilakukan, terdapat beberapa permasalahan terkait dengan praktiknya, meliputi permasalahan dalam IP-Creation, IP-Protection, dan IP-Commercialization. Agar praktik ini dapat dilakukan di Indonesia, diperlukan adanya penyesuaian dari segi peraturan, pelatihan bagi para pihak berkepentingan, dan kepastian mengenai valuasi paten di Indonesia.
Even though the use of Patents as collateral in bank credit can be done according to the law, this practice has not been realized in Indonesia. In contrast to Indonesia, Singapore has been practicing bank credit with Patents as collateral since 2016. This thesis raises two main issues: (1) how the laws and regulations in Indonesia and Singapore monitor the provision of credit and collateral for bank credit; and (2) how is the use of Patents as collateral in the provision of bank credit in Indonesia and Singapore. Data are collected by studying the library materials and interviews conducted. The results of this thesis indicate that the use of patents as collateral in bank credit in Indonesia can’t be carried out there are several problems such as the lack of legal certainty concerning the use of patents as collateral, risks from patents’ limited period of time, no party who can evaluate the patents, and the lack of general understanding from parties related to bank lending regarding Intellectual Property Rights. On the other hand, even though the use of patents as collateral in bank credit in Singapore, there still are some obstacles on field practices regarding IP-Creation, IP-Protection, and IP-Commercialization. In order for this practice to be carried out in Indonesia, it requires adjustments in the law and regulations, training for related parties, and certainty regarding Patent valuation in Indonesia.
"Perekonomian Indonesia akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan yang pesat ini perlu dimaksimalkan dengan disertai pengembangan inovasi di sektor industri. Inovasi yang secara luas mencakup produk baru, layanan baru, atau proses baru, memiliki peran besar dalam menciptakan peluang bagi berbagai bisnis atau layanan untuk bersaing di pasar global, sehingga perlu ada cara untuk mendorong industri untuk berinovasi. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas ke database paten domain publik untuk memfasilitasi praktik bisnis yang lebih baik, mendorong inovasi, dan merampingkan proses penelitian dan pengembangan baik untuk publik maupun pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah System Development Life Cycle (SDLC). Proses pengembangan melibatkan pengumpulan data melalui wawancara ahli dan tinjauan literatur yang relevan dari artikel sebelumnya. Penelitian ini menghasilkan sistem informasi yang terdiri dari database yang bersumber dari berbagai negara, dilengkapi dengan fitur untuk menghubungkan para ahli dan pelaku usaha yang memungkinkan pengguna untuk berkonsultasi dan mendapatkan bantuan terkait dengan dokumen paten yang diperlukan. Dengan meningkatkan ketersediaan informasi paten, sistem ini dapat berkontribusi pada ekosistem inovasi yang lebih inklusif dan dinamis, yang bermanfaat bagi masyarakat secara menyeluruh.
Indonesia's economy will continue to grow for the upcoming years. This rapid growth certainly needs to be maximized accompanied by the development of innovation in the industrial sector. Innovation that broadly covers new products, new services, or new processes, has a big role in creating opportunities for different businesses or services to compete in the global market, thus, there needs to be a way to encourage the industry to innovate. This study aims to enhance accessibility to the public domain patent database, thereby facilitating improved business practices, fostering innovation, and streamlining the research and development process for both the public and micro, small and medium-sized enterprises (MSMEs). The method used in this research is System Development Life Cycle (SDLC). The design process involved the collection of data through expert interviews and a comprehensive review of relevant literature from previous articles. This resulted in information system that consists of databases sourced from multiple countries, complemented by a feature to connect experts and the public users which enables users to seek consultations and receive assistance related to the required patent documents. By increasing the availability of patent information, the system can contribute to a more inclusive and dynamic innovation ecosystem, which benefits society as a whole.
"