Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henrek Lokra
"Studi-studi tentang kemiskinan sudah banyak dilakukan di Indonesia. Berbagai model dan pendekatan untuk merumuskan dan mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini tidak terhitung lagi. Namun satu hal yang patut dipertanyakan dan merupakan bagian inti pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah: apa yang dipahami oleh masyarakat miskin sendiri tentang dirinya? Jika mereka diberi ruang untuk berbicara, apa yang akan mereka katakan tentang diri dan eksistensinya? Secara sadar maupun tidak, sebetulnya melalui studi-studi tersebut, kita telah banyak terlibat dalam mendefinisikan dan mengkonstruksikan realitas sebuah masyarakat yang kita sebut masyarakat miskin. Berbagai indikator di pakai untuk mengkategorikan masyarakat berdasarkan kepentingan sang peneliti. Di sini terjadi distorsi terhadap eksistensi masyarakat secara substansial. Pada sisi ini, dengan menggunakan logika Spivak 'can the subaltern speak',' maka jelas sekali terlihat kesenjangan dalam konstruksi berpikir kalangan peneliti dan objek yang ditelitinya yakni masyarakat miskin itu sendiri. Dengan memasukan variabel agama dalam memotret realitas kebudayaan kemiskinan pada suatu komunitas masyarkat, studi ini sebetulnya mencoba menjawab pertanyaan, pengaruh ide protestantisme Weber dalam konteks Maluku yang notabene menganut paham Calvinisme dalam ajaran kegerejaannya. Kebudayaan kemiskinan sebagai pendekatan teori akan juga dikaji dengan menperhatikan secara khusus konteks geografis masyarkat kepulauan di Tanimbar Utara yang menjadi fokus atau lokasi penelitian ini. Pendekatan teori kebudayaan kemiskinan tidak dimaksudkan untuk memperdebatkan secara sejajar teori atau pendekatan lainnya terhadap kemikinan (strukturl). Kebudayaan kemiskinan sebagaimana yang dimaksudkan Lewis adalah sebuah upaya yang lebih dari pada sekedar memperbaiki status sosial kalangan miskin. Menurut Lewis, dalam kebudayaan kemikinan justru lebih mudah membuat orang miskin menjadi tidak miskin, daripada menghapuskan kebudayaan kemiskinan dari realitas orang kaya sekalipun. Kebudayaan kemiskinan merupakan penerusan nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi di kalangan masyarkat miskin tersebut. Jika kebudayaan kemiskinan sebagai sebuah problematika sosial mesti mendapat penanganan secara serius dan sistematis, maka studi ini menganggap pentingnya posisi dan peran agama dalam mentrasformasikan sistem nilai tersebut dalam masyarakat berkebudayaan kemiskinan. Agama memiliki peran yang strategis dan fundamental dalam sebuah sistem masyarakat. Di kepulauan Tanimbar Utara, peran agama sangat menentukan berbagai hal dalam peradaban masyarakat setempat. Agama yang dimaksudkan dalam studi ini adalah Protestantisme di Maluku, yang dalam catatan sejarah masuknya bersamaan dengan misi dagang Belanda (VOC). Masuknya protestantisme di Maluku, telah merubah secara signifikan kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat. Sumbangan yang paling nyata dari protestantisme di Maluku adalah ekspansi keagamaan yang menyebar secara merata di seluruh negeri di Maluku tanpa terkecuali. Selain itu di bidang pendidikan, sumbangan paling besar juga diberikan oleh Belanda selama masa pendudukannya di bumi Cengkih dan Pala ini. Namun tidak dapat disangkal bahwa, dengan terbukannya fasilitas yang disediakan oleh kolonialisme Belanda, juga terjadi pergeseran yang substansial dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Maluku. Di Ambon-Lease misalnya, rasionalisme dan filsafat Barat telah mereduksi hakekat kebudayaan masyarakat setempat dengan struktur institusi 'tiga batu tungkunya' (selanjutnya disingkat TBT). Artevak-artevak kebudayaan asli masyarakat Ambon-Lease (seperti bahasa daerahnya) telah hilang tanpa bekas. Segala sesuatu yang berkaitan dengan adat kepercayaan masyarkat setempat (termasuk cara penyembahannya kepada Tuhan/Upu) yang diyakini sebagai Penguasa Langit dan Bumi, diganti dan dianggap sebagai penyembahan berhala oleh logika dan rasionalitas Barat tersebut. Di Tanimbar Utara, meskipun tidak terjadi pereduksian terhadap artevak kebudayaan masyarakat setempat, namun pemaknaan struktur TBT yang diganti dengan peran strategis dari gereja untuk kepentingan misi dagang Belanda telah mendominasi konstruk masyarakat. Kondisi ini semakin diperparah lagi jika dilihat dari fakta keterisolasian dan marginalisasi yang sudah lama menjadi realitas sosial masyarakat di kepulauan Tanimbar Utara tersebut. Konteks geografis yang lebih luas wilayah laut daripada wilayah daratnya ini, telah menjadi kondisi di mana stigma masyarakat tertinggal, menjadi fakta kehidupan mereka. Pada level kebijakan pembangunan oleh pemerintah pusat sampai pemerintah daerah, sangat terasa dampak diskriminasi yang sangat kuat. Namun masyarakat itu hidup terus dan mengalami kondisi keterpurukan ini sebagai bagian dari sejarah panjang mereka. Muncul sikap apatis dan pasrah terhadap nasib, dengan sendirinya melegitimasi fakta bahwa masyarakat ini 'mapan dalam keterpurukan'. Pemaknaan kontekstual terhadap pendekatan teori kebudayaan kemiskinan (Lewis) dan The Protestant Ethic (Weber) dalam konteks dan sejarah perkembangannya tentu akan berbeda dengan konteks di mana studi ini dilakukan. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa kebudayaan kemiskinan justru menjadi persoalan yang serius di masyarakat. Persoalan kontekstual adalah gereja dan stakeholders lainnya dalam masyarakat tidak memiliki pengetahuan cukup tentang fenomena kebudayaan kemiskinan. Ini berakibat pada model intervensi yang sering keliru dan salah sasaran. Etika protestan sebagai 'baju hangat' dalam konteks masyarakat materialisme ini cenderung dilepaskan, dan karena itu etika protestantisme kemudian menjadi apa yang disebut Weber sebagai 'sangkar besi' peradaban masyarakat agama-agama dewasa ini.

The studies of poverty have been done by many scholars in Indonesia. Diverse theoretical perspectives and schemes to formulate and to find solutions to overcome this problem are unaccountable. Be that as it may, the intriguing questions remains: what are the perceptions of poor people about themselves? If they have been given space to speak, what are they going to say about themselves and their existence? Consciously or unconsciously, actually through these studies, we have been involved in defining and constructing realities about society of the poor. Various indicators have been used to categorize society according to the interests of researchers. On one hand, distortions of the existence of society has taken place substantially. On the other hand, by using Spivak's terms, 'can the subaltern speak', it is obvious that there are gaps in the structure of mind between researchers and the object of their study which is society of the poor themselves. By inserting religion as variable in potraying the reality of the culture of poverty in one society, this study actually addresses a specific research problem as to how Weber's Protestant Ethic's influence in the context of Moluccans who are the follower of Calvinism. The culture of poverty as a theoretical perspective will be examined by focusing specifically the context of insular society in North Tanimbar which is the focus of this study.The theoretical model of the culture of poverty in this study is not meant to discuss equally another theoretical perspectives to poverty (structural). The culture of poverty as proposed by Lewis is more than an attempt improve the social status of the poor. According to Lewis, it is easier for one to use the culture of poverty to make the poor less poor, than to eliminate the culture of poverty from the rich. The culture of poverty is the reproduction of values from one generation to another among the poor. If the culture of poverty as a social problem has to be considered seriously and sistematically, this study emphasizes the importance of the position and the role of religion in transforming these values among the poor. Religion has strategic and fundamental role in society. In North Tanimbar, the role of religion is very decisive. The religion discussed in this study is Protestantism, which came to Maluku along with the Dutch colonialism. The arrival of Protestantism in Maluku has changed significantly the social and cultural life of its people. The most important contribution of Protestantism in Maluku is the religious propagation across the region. However, it can not be denied that with the various facilities provided by the Dutch colonialism, substantial changes in the social and cultural life of Moluccans has taken place. In Ambon-Lease for example, rationalism and western philosophy have been reducing the essence of culture in local society with its 'tiga batu tungku' sructural institutions. The artefacts of the original culture of Ambon-Lease (local language, for instance) has dissapeared. All the things related to local beliefs (including the God worship/Upu) has been replaced because it is considered as idoltry by the logic and western rationality. In North tanimbar, although the reduction to the local cultural artefacts has not been occurred, the structure of 'tiga batu tungku' has been replaced by the strategic role played by the church, and it has come to dominate the structure of the people's mind. This condition actually has been worsened by the geographical situation of North Tanimbar which is structurally marginalized by the central government. The geographical context of this area has becoming their stigma as underdeveloped society. Above all, North Tanimbar has been discriminated for years in trems of central government's policy. Be that as it may, the people has been living in this situation and consider it as a part of their long history as the poor.Contextual meaning of the theoretical perspective of the culture of poverty by Lewis and the Protestant Ethic by Weber in their context and developmental history will be different with the context discussed in this study. Be that as it may, the empirical data show that the culture of poverty has become the major social problem in society. Above all, the church and the other stakeholders do not have adequate knowledge about this phenomenon. As a consequences, the mode of interventions made by government or non government organizations have often been wrong. The Protestant Ethic as 'warm cloth' in the context of materialism society tends to ignore, and because of that, the Protestant Ethic has become what Weber called 'iron cage' to the civilization of the society of religion in contemporary era."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T 22750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Nur Cahyono
"Penelitian ini bertujuan melihat keberpihakan pertumbuhan ekonomi terhadap kelompok miskin di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat selama 2006-2010. Model regresi spasial dengan maximum likelihood estimation diterapkan untuk data panel dari 40 kabupaten/kota. Penelitian membuktikan keberadaan autokorelasi spasial pada variable pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan kemiskinan pada taraf yang signifikan. Perhitungan pro poor growth index menggunakan kriteria poverty severity index menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah berpihak kepada kelompok miskin. Meskipun demikian, pengurangan keparahan kemiskinan ditopang seluruhnya oleh pertumbuhan ekonomi, sedangkan perubahan distribusi pendapatan justru memperburuk tingkat keparahan kemiskinan.

This study examines the economic growth bias against the poor in the province of Banten, Jakarta and West Java during 2006-2010. Spatial regression models with maximum likelihood estimation is applied to panel data from 40 districts / cities. Research proves the existence of spatial autocorrelation on the variable of economic growth, income inequality and poverty on a significant level. Pro-poor growth index calculation using the poverty severity index criterion shows that economic growth has been pro-poor. Nevertheless, the severity of poverty reduction is sustained entirely by economic growth, while changes in income distribution has worsened the severity of poverty.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T35810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Restyana Yulianti
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas fungsi, dalam hal penargetan, dan dampak dari program transfer tunai (BSM) terhadap putus sekolah. Hasil penelitian, berdasarkan data Susenas 2013, menemukan bahwa pencapaian target pada program ini masih sangat rendah dan masih terdapat rumah tangga miskin yang memenuhi kriteria program yang belum menerima program. Pada saat yang sama, terdapat rumah tangga yang seharusnya tidak menerima tetapi menerima program (inclusion error) sebesar 50 sampai 70 persen tergantung tingkat pendidikan. Meskipun kinerja penargetan rendah, hasil penelitian menunjukkan bahwa program ini memiliki dampak positif dalam hal mengurangi kemungkinan putus sekolah di semua tingkat pendidikan untuk anak-anak pada 25% rumah tangga termiskin berdasarkan distribusi pengeluaran per kapita. Khususnya, diantara termiskin 25% dari rumah tangga, program ini berhasil mengurangi angka putus sekolah sekitar 21,8%;29,2% dan 85,4% pada tingkat SD, SMP dan SMA. Berdasarkan analisis, kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa program harus dipertahankan dan efisiensi penargetan perlu di perbaiki karena program BSM memiliki dampak yang berarti bagi rumah tangga miskin yang berpenghasilan rendah untuk mengurangi resiko putus sekolah.

ABSTRACT
This paper examines the functioning in terms of targeting and the effect of a cash transfer program BSM on dropping out of school The analysis based on Susenas data 2013 reveals that the program has a very low reach and a number of eligible households are excluded At the same time there are inclusion errors and depending on the level of education 50 to 70 percent of the beneficiaries are ineligible Despite the low targeting performance the analysis shows that the program has a positive effect on reducing the probability of dropping out of school at all levels education for children in the poorest quartile of the expenditure distribution Specifically among the poorest 25 of households the program works towards reducing the drop out rate at around 21 8 29 2 and 85 4 at primary junior and senior high school level respectively Based on the analysis the paper concludes that the program should be maintained and targeting efficiency needs to be improved as the program has a meaningful effect for low income householdsin terms of reducing the risk of dropping out of school Key words Cash Transfer Program Drop out School Poor students Targeting , his paper examines the functioning in terms of targeting and the effect of a cash transfer program BSM on dropping out of school The analysis based on Susenas data 2013 reveals that the program has a very low reach and a number of eligible households are excluded At the same time there are inclusion errors and depending on the level of education 50 to 70 percent of the beneficiaries are ineligible Despite the low targeting performance the analysis shows that the program has a positive effect on reducing the probability of dropping out of school at all levels education for children in the poorest quartile of the expenditure distribution Specifically among the poorest 25 of households the program works towards reducing the drop out rate at around 21 8 29 2 and 85 4 at primary junior and senior high school level respectively Based on the analysis the paper concludes that the program should be maintained and targeting efficiency needs to be improved as the program has a meaningful effect for low income householdsin terms of reducing the risk of dropping out of school Key words Cash Transfer Program Drop out School Poor students Targeting ]"
2015
T45233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naili Rokhmi
"Indonesia adalah wilayah yang rawan bencana. Bencana gempa bumi, erupsi gunung api, tsunami dan banjir sering terjadi karena letak geografis Indonesia yang berada pada jalur cincin api. Indonesia sebagai negara berkembang juga memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi.
Tesis ini membahas hubungan antara dampak bencana dan pengaruhnya terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Penelitian menggunakan data bencana dan kemiskinan dari seluruh kota dan kabupaten di Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2013. Dampak bencana yang digunakan dalam penelitian ini adalah dampak korban meninggal akibat bencana, menderita, mengungsi, rumah rusak ringan, dan kerusakan pada lahan pertanian.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa dampak bencana (korban meninggal, menderita, mengungsi, rumah rusak ringan, dan kerusakan pada lahan pertanian) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap jumlah penduduk miskin. Empat dari lima variabel dampak bencana yang digunakan dalam penelitian ini (meninggal, menderita, kerusakan lahan pertanian, dan rumah rusak ringan) memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. Setiap pertambahan jumlah korban meninggal, mengungsi, menderita, kerusakan lahan pertanian, dan rumah rusak ringan akibat bencana akan menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk miskin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasaja Arifiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
kemiskinan pekerja dibayar di perkotaan dengan menggunakan data Susenas
2013. Berdasarkan analisis deskriptif dan regresi logistik biner diketahui bahwa
umur, jenis kelamin, status migrasi, status perkawinan, pendidikan, lapangan
usaha, status dalam pekerjaan, proporsi ART berumur > 15 tahun, proporsi ART
berumur > 64 tahun, dan proporsi ART lain bekerja dan berpenghasilan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap risiko pekerja dibayar di perkotaan berstatus
miskin. Faktor terkuat yang memengaruhi kemiskinan pekerja dibayar dengan
kriteria garis kemiskinan dalam penelitian ini adalah pendidikan, proporsi ART
lain bekerja dan berpenghasilan, dan proporsi ART berumur < 15 tahun. Dengan
kriteria Upah Minimum Provinsi, faktor terkuat yang menyebabkan pekerja
dibayar hidup di bawah standar adalah proporsi ART lain bekerja dan
berpenghasilan, pendidikan, dan status migrasi

ABSTRACT
This research aims at analyzing factors influence poverty status at paid workers
in urban area using 2013 Susenas. Descriptive analysis and result of binary
logistic regression indicate note that age, gender, migration status, marital status,
education, field of business, status in employment, the proportion of under 15 year
old household member, the proportion of above 64 year old household member,
and proportion of other household member?s work have significant effects on the
risk of paid workers in urban to be poors. The strongest factors affecting poverty
status of paid workers by poverty line criteria in this study are education, the
proportion of other hosehold member?s work, and the proportion of 15 year old
household member. Based on provincial minimum wage criteria, the strongest
factors that cause paid workers paid live below the standard are the proportion in
other hosehold member?s work, education, and the status of the migration;"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Amalia
"Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang sudah ada di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Keluarga miskin berarti keluarga yang memiliki ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga miskin juga memiliki tingkat pendapatan atau penghasilan seseorang yang rendah dan dibawah rata-rata minimum standar hidup nasional. Standar hidup nasional keluarga miskin ditetapkan oleh pemerintah bagi keluarga miskin melalui Garis Kemiskinan (GK). Garis Kemiskinan (GK) nasional pada Maret 2018 adalah Rp401.220/kapita/bulan. Ketahanan ekonomi keluarga miskin ditentukan oleh lima variabel yaitu tempat tinggal keluarga, pendapatan perkapita keluarga, aset dan liabilities, pembiayaan pendidikan anak dan jaminan keluarga. Penelitian ini menguji pengaruh variabel terhadap ketahanan ekonomi keluarga dengan menggunakan metode regresi logistik. Berdasarkan pengujian secara simultan, penelitian ini memiliki hasil tidak semua variabel berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi keluarga. Variabel yang memiliki pengaruh adalah tempat tinggal, pendapatan perkapita, dan pembiayaan pendidikan. Sehingga strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga adalah dengan cara menabung secara periodik, meningkatkan pendapatan, mengoptimalkan dan mereduksi kualitas hidup dan meningkatkan sumber penghasilan.

Poverty is one of the social problems that already exist in Indonesia, especially in the city of Jakarta. Poor families means families who have an inability to fulfill their daily needs such as clothing, food and shelter. Poor families also have a level of income or income that is low and below the minimum average national standard of living. The national standard of living of poor families is determined by the government for poor families through the Poverty Line (GK). The national Poverty Line (GK) in March 2018 is IDR 401,220/capita/month. The economic resilience of poor families is determined by five variables: family residence, family income per capita, assets and liabilities, financing for children's education and family security. This study examined the effect of variables on family economic resilience using the logistic regression method. Based on simultaneous testing, this study has the results that not all variables have an effect on family economic resilience. Variables that have influence are residence, per capita income, and education funding. So the strategy that can be done to improve the economic resilience of the family is by saving periodically, increasing income, optimizing and reducing quality of life and increasing sources of income."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Rizki Amalia
"Meskipun hubungan antara akses energi bersih dan ketahanan pangan telah mendapat banyak perhatian secara global, studi empiris tentang hubungan antara energi dan ketahanan pangan masih langka. Menggunakan data rumah tangga di Indonesia dari 2018-2020, penelitian ini menganalisis dampak akses energi bersih terhadap ketahanan pangan rumah tangga miskin di Indonesia. Kajian ini menggunakan metode instrumental variabel (IV) untuk mengatasi permasalahan endogenitas akses energi bersih dengan menginstrumentasikan akses energi bersih dengan variabel jarak terhadap bangunan sejarah (jalan raya pos dan pelabuhan lama tahun 1934). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga miskin dengan akses energi bersih memiliki ketahanan pangan 14,46% lebih tinggi dibandingkan rumah tangga miskin tanpa akses energi bersih. Dibandingkan dengan rumah tangga miskin di pedesaan, akses energi bersih bagi rumah tangga miskin di perkotaan memiliki dampak yang lebih besar terhadap tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Temuan ini menyiratkan bahwa pemerintah harus terus memperluas ketersediaan akses energi bersih bagi masyarakat miskin untuk mendorong dan memperluas penggunaan energi bersih bagi masyarakat miskin dan meningkatkan ketahanan pangan keluarga berpenghasilan rendah.

Although the relationship between access to clean energy and food security has received much attention globally, empirical studies on the relationship between energy and food security are still scarce. Using household data in Indonesia from 2018-2020, this study assesses the impact of access to clean energy on poor household food security. The study uses an instrumental variable method to overcome the endogeneity problem of access to clean energy by instrumenting access to clean energy with historical distance variables (old postal highway and old port in 1934). The results show that poor households with clean energy access have food security 14.46% higher than the poor household without clean energy access. Compared with rural households, access to clean energy for poor households in urban areas has a more significant impact on the household food security level. This finding implies that the government must continue to expand the availability of access into cleaning energy for the poor to promote and expand the use of clean energy for the poor and increase the food security of low-income families.

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ely Dinayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami permasalahan kemiskinan di DKI Jakarta melalui program pemenuhan hak terhadap tingkat kemiskinan dengan mengambil DKI Jakarta sebagai daerah penelitian selama periode 1999 ? 2005. Efektifitas pertumbuhan diukur dengan Growth Incidence Curve. Sementara program penanggulangan kemiskinan diamati melalui metode qualitatif (interview dan FGD) dengan lokasi penelitian, masyarakat miskin yang tinggal di bawah kolong Jembatan Jl. M.T Haryono Cawang Adapun hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan dan program penanggulangan kemiskinan tidak efektif untuk mengurangi kemiskinan. Selain tidak memberi perbaikan hidup bagi masyarakat kelas bawah. Program yang dibangun oleah pemerintah dalam rangka untuk mengurangi tingkat kemiskinan, ternyata tidak dapat diakses oleh masyarak miskin. Hal ini dikarenakan, program berbasis pada regristrasi lokal, sedangkan orang miskin yang berada pada percentil terbawah, tidak terdaftar dalam regristrasi lokal.

This research attempts to comprehend the poverty problem in DKI Jakarta through right fullfill program toward poverty rate by taking DKI Jakarta as research samples during period 1999 ? 2005. Growth effectiveness is evaluated by Growth Incidence Curve, while poverty settlement program oversees through qualitatif method (inteview and FGD) Meanwhile program penanggulangan poorness is perceived pass by method qualitatif (interview and FGD) with research location, under class society who live in under bridge M.T. Haryono Street, Cawang, East Jakarta. The growth and poverty settlement program is no longer effective in reducing unwelfare society. Since in addition to provide no more living improvement to underclass society, this program which has constructed by goverment in order to undermine poverty rate in which unable to access by poor. It because the program is actually based on local regristration instead the poor that are not listed under percentile of local registration."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26316
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dezi Syukrawati
"Latar belakang dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pelaksanaan kebijakan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin di RSUD Kota Bekasi melalui program Askeskin dan Jamkesmas. Penelitian ini merupakkan penelitian kualitatif dengan memilih RSUD sebagai tempal Studi kasus. Data diperoleh dari dokumen, laporan pelaksanaan kegiatan dan wawancara mendalam dengan perugas rumah sakit, petugas PT Askes, petugas verifikasi independen. Dari hasil oleh data diketahui bahwa pada kunjungan gakin RSUD untuk tahun 2008 turun dibandingkan tahun 2007 tetapi biaya pelayanan, meningkat. Ditinjau dari tujuan program dlkaitkan dengan efektifitas pembiayaan, tujuan proram Askeskin dan Jamkesmas tidak tercapai, untuk itu penulis menyarankan untuk kembali menata pelaksanaan program Askeskin dan Jamkesmas di RSUD kota Bekasi untuk pelaksanaan tahun 2009 mulai dari kebijakan kota dan kebijakan RS yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan gakin, kepesertaan, penghinmgan kembali unit cost masing masing jenis pelayanannya lengkap mulai dari biaya administrasi, biaya pelayanan, biaya tindakan, dan biaya obat. Perlu dilakukan sosialisasi program baik pada masyarakat dan pelaksana kegiatan, meningkatkan fasilitas pelayanan yang khusus disediakan untuk gakin di RSUD sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan utnuk perawatan di Rumah sakit, sehingga masayarakat miskin kota Bekasi Mendapat pelayanan kesehatan yang layak sebagai warga negara.

The background of this research is to know the comparison of health service implementation of government policy in public service for poor people/families that has been doing since 1998. According to its development, this activity has changed few times. In 2007 the activity was named Askeskin Program and 2008 became Jamkesmas Program. This activity constitutes the central government program and followed up by the local government including Kota Bekasi. One of executors of this activity is RSUD Kota Bekasi. Based on the changes of this program, l wanted to exactly know the implementation of Aslceskin and Jamkesmas in RSUD Kota Bekasi. This research is qualitative research by choosing RSUD as the place of the case study. The data were compiled from documents, implementation reports, in-depth interviews with the hospital officers, PT Askes officers and independent verification officers. Based on the data, the number of visit from poor families in 2008 decreased compared witl1 in 2007, but the cost of service increased. Looking at if from the aim of the program related to the effective cost, the goal of Askeskin and Jamkesmas were not achieved so that I suggest to rearrange or reorganize the implementation of Askeskin and Jamkesmas Program in RSUD Kota Bekasi for 2009 started from local government policy, RSUD policy used in implementing health service for poor people/families, membership to the recalculation of unit cost of each service complete with the cost of administration, service, treatment and medicine. In addition, the socialization of the program not only for Community but also for the executor should be done properly. Parallel with that, the facilities of the services specifically provided for poor people/families in RSUD should be improved accordance with the minimum service standard stipulated for the hospital with the intention that the poor people in Kota Bekasi can get the proper health service as human kind."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32886
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rista Sari
"Program Raskin adalah Program Pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan agar mereka mendapat beras murah untuk kebutuhan rumah tangganya. Program Beras Miskin untuk Rumah Tangga Miskin hingga kini masih memunculkan beberapa permasalahan diantaranya adalah pendistribusian belum tepat sasaran belum tepat jumlah dan belum tepat waktu sehingga kurang bermanfaat bagi penerima. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi Program Raskin di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi mempetakan kendala kendala yang dialami dalam pelaksanaan Program Raskin dan menyarankan upaya pengelolaan Program Raskin ke depan yang lebih baik.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Post Positivist. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan dalam pendekatannya menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan dalam teknik pengumpulan datanya menggunakan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pentargetan ditemui adanya kesalahan sasaran meskipun dalam tingkat yang relatif rendah. Hal ini terindikasi dari adanya rumah tangga tidak miskin yang menjadi penerima Raskin dan adanya rumah tangga miskin yang belum menjadi penerima. Untuk konsep pengelolaan ke depan mengadakan sensus rumah tangga untuk mengumpulkan data sosial ekonomi rumah tangga termasuk struktur demografi dan karakteristik rumah tangga yang selanjutnya dipergunakan sebagai informasi dasar untuk melakukan analisis diskriminan guna memisahkan penduduk miskin dengan penduduk bukan miskin

Raskin Program is a government program to help the poor and food insecurity so that they get cheap rice for their household needs The Rice for Poor Program up to now already have some problems amongother things are the distribution fell wide of the mark unprecisely and unschedule so that make less be of benefit to receiver. Intention of this research are to describe the distribution of Rice for Poor Program In Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang at Bekasi City to mapping natural constraints in The Rice for Poor execution and suggest the management effort Rice for Poor Program to make it better forwards.
The approach used in this research using post positivist method. The use of this approach because the approach uses a quantitative approach while the data collection technique using qualitative methods.
Result of this research is to indicate that in goals meet the existence of misstargeting though in storey This matter indication from existence of domestic is leakage and undercoverage. For the concept of management forwards performing a census to collect the data of social economics inclusive structure of demography and domestic characteristic on utilized as information basis for the analysis to dissociate the impecunious resident with the non impecunious."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library