Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Ramadani
"Tradisi tembikar merupakan tradisi yang termasuk tua dalam perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini. Manusia mulai mengenal tembikar sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari 10.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu tembikar menjadi salah satu perlengkapan kehidupan manusia yang panting, terutama karena kemampuan dan kegunaannya. Adapun jenis jenis tembikar yang dikenal dalam tradisi tembikar prasejarah di Indonesia, adalah jenis wadah (vessel) dan jenis yang bukan wadah. Jenis jenis wadah yang dikenal dari tradisi tembikar prasejarah di Indonesia antara lain, periuk, cawan (mangkuk), piring, kendi, tempayan, dan lain-lain. Tembikar sebagai data arkeologi menurut Para ahli dapat mencerminkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya. Masalah-masalah yang diajukan terhadap tembikar dari Situs Gua Pondok Selabe-1, antara lain adalah, bagaimanakah bentuk-bentuk yang dihasilkan, teknik buat apa yang dipakai, ragam bisa apa sajakah yang terdapat pada tembikar tersebut dan teknik apa yang bisa dipakainya, bagaimanakah karakteristik tembikar tersebut serta keterhubungan antara temuan tembikar dengan temuan lainnya. Dan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah segala permasalahan tersebut dapat terjawab. Lewat analisis yang diterapkan pada tembikar ini dapat diharapkan mengetahui tipologi tembikar Situs pondok Selabe-1, Sumatra Selatan. Selain itu, untuk mengungkapkan ragam bias yang terdapat pada tembikar tersebut, teknik hias yang dipakai, teknik pembuatan dan penghalusan (jika memang terdapat indikatornya) yang telah dikenal oleh manusia pendukungnya. Tujuan penulisan ini juga diharapkan memberi gambaran bagaimana tembikar tersebut memainkan peranan dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Tahap pertama untuk memudahkan penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi dan dilanjutkan dengan deskripsi untuk mendapatkan gambaran tentang tembikar tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis khusus dan klasifikasi yang dilakukan adalah klasifikasi taksonomi. Setelah melakukan klasifikasi, menghasilkan enam buah bentuk wadah tembikar, yaitu: periuk dibagi dalam 2 jenis dan tipe, cepuk dibagi 2 tipe, buli-buli dibagi 3 tipe, mangkuk dibagi 2 tipe, piring dibagi 2 tipe. Teknik bias yang digunakan adalah teknik teraltekan, gores, cungkil, slip, dan tempel yang menghasilkan ragam bias yang berupa motif bias berdiri sendiri, serta kombinasi lebih dari satu motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Furkhanda Partakusuma
"Keausan atrisi adalah hilangnya substansi permukaan gigi secara bertahap akibat gesekan gigi atas dan bawah terutama karena pengunyahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keausan gigi dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu-individu di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek, dan Situs Song Terus. Data yang digunakan adalah keausan pada permukaan gigi yang dicatat berdasarkan derajat keausan, bentuk permukaan oklusal gigi, dan arah keausan gigi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagian besar keausan dari temuan gigi di Situs Gua Braholo, Situs Song Keplek dan Situs Song Terus sudah tidak memiliki tonjol mahkota gigi dan derajat keausan gigi mengenai dentin. Bentuk permukaan gigi umumnya datar dan arah keausan horizontal. Berdasarkan keausannya, manusia prasejarah di Gua Braholo, Song Keplek dan Song Terus adalah masyarakat berburu yang juga memanfaatkan biota laut, dan mengupul biji-bijian yang sebagai sumber makanan pada masa itu.

Attrition is the loss of substance of the tooth surface is gradually due to friction of the upper teeth and lower because of mastication. This study aims to determine the relationship between tooth wear from human at Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site with their diet. The occlusal surface was recorded based on the degree of wear, the shape of occlusal tooth wear, and inclination of tooth wear. The majority of dental findings in Braholo Cave Site, Song Keplek Site and Song Terus Site did not have cusps of the crowns and the degrees of tooth wear reached dentine layer. The form of tooth surfaces were generally flat and the direction of tooth wear were horizontal. Based on the tooth wear, prehistoric people in Braholo Cave Site, Song Keplek Site, and Song Terus Site who were hunting and marine biota exploitation, as well as nut collecting, as the types of subsistence at the period."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S11831
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 >>