Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihite, Nice Ririsana
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Kembangan bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kegiatan rutin di Puskesmas dan memahami peran serta fungsi apoteker di Puskesmas sehingga dapat menerapkannya saat bekerja. Praktik Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Kembangan berlangsung selama 2 minggu. Tugas khusus yang diberikan berjudul Analisis Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus Tipe 2. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui jumlah persentase penggunaan dan kesesuaian obat pasien hipertensi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes mellitus tipe 2. Hasil yang didapatkan dari tugas khusus ini adalah masih besarnya ketidaksesuaian penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan penyakit penyerta diabetes mellitus tipe 2.

The internship program at Puskesmas Kecamatan Kembangan aimed to know an overview of routine activities at Public Health Center and understand the roles and functions of the pharmacist at Public Health Center and then apply them at work. The internship was held for two weeks. A special assignment was given entitled Analysis of Drug Use in Hypertensive Patients with Diabetes Mellitus Type 2. The purpose of this special assignment is to know total proportion of use and appropriateness of medication hypertensive patients with diabetes mellitus type 2. The results from this special assignment that there were still large mismatch of using of antihypertensive drugs in hypertensive patients with diabetes mellitus type2."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Efri Andini
"Zakat mempunyai fungsi penting utnuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan umat Islam. Di Indonesia mempunyai potensi zakat sangat besar namun penghimpunan zakat masih tergolong rendah. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS RI) baik pusat, termasuk provinsi, kabupaten dan kota belum menyerap penghimpunan zakat secara masif dan optimal. Zakat profesi termasuk dalam kerangka fiqih kontemporer yang penghimpunannya cukup besar. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui faktor yang mempengaruhi intensi seseorang muzakki dalam membayar zakat profesi melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS RI). Intensi muzakki ini akan didasari oleh Theory of Planned Behavior (TPB). Sebanyak 309 responden yang dianalisa menggunakan Partial Least Square Structural Equation Modelling (PLS-SEM). Hasil analisa kuantitatif berbasil PLS-SEM menunjukan variabel Atittude Towards Behavior, Perceived Behavioral Control, Religiusitas dan Kualitas Pelayanan berpengaruh signifikan terhadap intensi muzakki membayar zakat profesi melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS RI). Akan tetapi, variabel Subjective Norm ditemukan tidak signifikan terhadap intensi muzakki membayar zakat profesi melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS RI).

Zakat has an important function to maintain economic stability and the welfare of Muslims. In Indonesia, the potential for zakat is very large, but zakat collection is still relatively low. The National Amil Zakat Agency (BAZNAS RI) both at the center, including provinces, districts and cities have not absorbed massive and optimal zakat collection. Profession zakat is included in the framework of contemporary fiqh whose collection is quite large. This study aims to determine the factors that influence the intention of a muzakki in paying profession zakat through the National Amil Zakat Agency (BAZNAS RI). This muzakki intention is based on the Theory of Planned Behavior (TPB). A total of 309 respondents were analyzed using Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM). The results of the quantitative analysis based on the PLS-SEM show that the Atittude Towards Behavior, Perceived Behavioral Control, Religiosity and Service Quality variables have a significant effect on muzakki's intentions to pay profession zakat through the National Amil Zakat Agency (BAZNAS RI). However, the Subjective Norm variable is found to be insignificant towards the muzakki's intention to pay profession zakat through the National Amil Zakat Agency (BAZNAS RI)."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Are Americans making under $50,000 a year compelled to navigate the legal system on their own, or do they simply give up because they cannot afford lawyers? We know anecdotally that Americans of median or lower income generally do without legal representation or resort to a sector of the legal profession that - because of the sheer volume of claims, inadequate training, and other causes - provides deficient representation and advice. This book poses the question: can we - at the current level of resources, both public and private - better address the legal needs of all Americans? Leading judges, researchers, and activists discuss the role of technology, pro bono services, bar association resources, affordable solo and small firm fees, public service internships, and law student and nonlawyer representation."
New York: Cambridge University Press, 2016
e20529198
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hilyatun Nishlah
"Profesi tukang cukur asli Garut menjadi mata pencaharian utama bagi Kampung Peundeuy, Desa Banyuresmi, Kabupaten Garut, karena dinilai berhasil memberikan kesejahteraan finansial dan meningkatkan status sosial warga. Keberhasilan ini mendorong banyak warga meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan memilih menjadi tukang cukur di kota dan Jawa Barat. Pergeseran mata pencaharian ini semakin intensi sejak tahun 2000-an hingga akhirnya warga mengklaim Kampung Peundeuy sebagai salah satu kampung tukang cukur di Banyuresmi, Kabupaten Garut, dan disebut sebagai bentuk etnopreneurship oleh Imadudin (2011). Kemudian, profesi ini serta keahlian cukur diklaim sebagai tradisi kampung yang harus diwariskan. Selain itu, profesi tukang cukur juga menyebabkan beragam perubahan pada Kampung Peundeuy, dari mata pencaharian, identitas kultural, dan kehidupan sosial warga kampung. Untuk mengetahui lebih dalam hubungan profesi tukang cukur dan transformasi kampung, penelitian ini akan menganalisis; 1).Bagaimana transformasi identitas kultural Kampung Peundeuy terjadi dalam hubungannya dengan praktik etnopreneurship di kampung itu? 2).Bagaimana bentuk-bentuk artikulasi identitas warga Kampung Peundeuy dalam merespon transformasi yang terjadi di kampung mereka ? Untuk menganalisis dua pertanyaan penelitian tersebut, peneliti menggunakan beberapa pemikiran terdahulu seperti Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) yang mengkaji etnopreneurship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) yang menjelaskan karakteristik semi-urbanisasi, Mc Gee (2001 & 2008) yang memaparkan tentang fenomena ‘desakota’ dan Hall (1985) yang menerangkan tentang artikulasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan proses etnografi untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan peneliti dimulai dengan studi literatur, observasi partisipasi, kemudian observasi non partisipasi hingga wawancara. Hasil penelitian yang merujuk pada pemikiran Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) menemukan bahwa profesi tukang cukur asli Garut merupakan bentuk etnopreneurship yang unik dan khas, karena profesi tukang cukur asli mengidentifikasikan kemiripan dan perbedaan dari karakteristik etnopreneurship yang dijabarkan dua penelitian di atas. Perubahan tidak terjadi secara alamiah, melainkan merupakan dampak dari praktik semi-urbanisasi ketika warga beralih profesi menjadi tukang cukur di kota besar. Semi urbanisasi yang dijelaskan Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) mendorong terjadinya fenomena ‘desakota’ atau ‘kotadesasi’ (Mc Gee, 2008) yang menggambarkan karakteristik kekotaan masuk ke Kampung Peundeuy. Perubahan ini mengakibatkan beragam artikulasi respon warga dari klaim tradisi atas keahlian dan profesi tukang cukur, berdirinya sekolah tukang cukur, hinggga perihal pemaknaan dan penggunaan nama ASGAR dalam usaha cukur warga Kampung Peundeuy. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan bisa menjadi tradisi dan menyebabkan transformasi bagi suatu kelompok masyarakat, melalui campur tangan warganya. Penggunaan etnisitas pada suatu bentuk pekerjaan akan mendorong pekerjaan ini semakin dikenal dan diakui oleh masyarakat, sehingga akan membuat pekerjaan ini tetap bertahan dan seiring memberikan keuntungan kepada para pelakunya, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri untuk mereka.

Being professional barbers known as ASLI GARUT (ASGAR meaning originally from Garut) has been the main livelihood source for the male majority in Kampung Peundeuy of Banyuresmi Village. The profession is considered successful in providing financial welfare and improving residents‟ social status that many of the Kampung‟s resident left. Their previous jobs and became barbers in Jakarta and other big cities in West Java. This profession shift has intensified since the 2000s until the residents finally claimed Kampung Peundeuy as one of the barber villages in Banyuresmi, Garut Regency and known as one of etnopreneurship by Imadudin (2011). As the Kampung of barbers, the residents felt the need to to preserve and, pass on the shaving and hairdressing skills to their relative and children. With this, what was once a profession, now has been considered the Kampung‟s tradition. Besides, the barber profession has various changes in Kampung Peundeuy, from their livelihoods, cultural identity, to their social life. Therefore, to find out more the relationship between barber as a profession and Kampung transformation, the research examined, 1). How the etnopreneuship practice drove the cultural identity transformation of the Kampung; 2) How the identity articulation of the Kampung Peundeuy villagers in response to the transformation on the Kampung;. To research incorporated Effendi (2002) and Aldrich&Waldinger (1990), who studied etnopreneuship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019), who examine semi-urbanization, Mc Gee (2001 & 2008), who describe “desakota” phenomenon, and Hall (1985), who preceded the articulation. This study used qualitative method by applying an ethnographic method, non-participatory observation, and interview to collect data. The study result of The study result of Effendi (2002) and Aldrich & Waldinger (1990) is barber profession ASGAR has unique entopreneurship because this profession identification the similarities and differences of characteristics etnopreneurship, which is examined by the researchers. Changer does not occur naturally, but is the impact of semi-urbanization when resident switch professions to become barber in big cities. Semi-urbanization Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) encourages the phenomenon of „desakota‟ („villageurban‟)(Mc Gee, 2008), which describes the influence of urban lifestyle Kampung Peundeuy. This changer effected various villagers response articulation, from tradition claimed this profession and shaving and hairdressing skills, establishment of a shaving school, to meaning and use the ASGAR on shaving business of Kampung Peundeuy villagers. Thus, it can be concluded that influence of the barber profession in the transformasi of Kampung Peundeuy could occur due to the strong encouragement of its resident, both in inheriting the expertise of hair cutting and the profession. Ethnicity on a profession will increasingly known and be approved by other villager or citizen, that will keep this profession survive and provide benefits to the actors, even being villagers pride.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicha
"Esomeprazol ESO merupakan salah satu obat golongan Proton Pump Inhibitor PPI berbentuk tablet salut selaput yang merupakan sediaan lepas termodifikasi sehingga wajib diuji bioekivalensi dengan metode bioanalisis yang selektif, sensitif, dan valid. Teknik biosamplingdried blood spot DBS sedang dikembangkan karena beberapa kelebihan dari teknik ini terkait kestabilan analit, keamanan, kenyamanan subjek, kemudahan penanganan, dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis ESO dalam sampel DBS menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT dengan detektor Photodiode Array PDA. Sampel darah ditotolkansebanyak 30mL, dikeringkan selama 2,5 jam, diekstraksi menggunakan metanol sebanyak 500L, dikocok menggunakan vortex selama 3 menit, dan disonikasi selama 15 menit. Hasil ekstraksi disentrifugasi selama 1 menit dan supernatan diuapkan di bawah aliran gas nitrogen pada suhu 40°C. Residu direkonstitusi menggunakan fase gerak kemudian dianalisis menggunakan KCKT fase terbalik dengan kolom Waters, SunfireTM5; 250 x 4,6mm ; fase gerak asetonitril dapar fosfat pH7,6 40:60 ; laju alir 1,0mL/menit; suhu kolom 40°C; deteksi pada panjang gelombang 300 nm; waktu analisis selama 10 menit; menggunakan lansoprazol sebagai baku dalam. Hasil validasi terhadap metode analisis ESO yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA pada tahun 2011. Metode analisis linear pada rentang konsentrasi 70,0-1400,0ng/mL dengan nilai r>0,98.

Esomeprazole ESO is a Proton Pump Inhibitor which is classified to modified release dosage form, so that must be tested for bioequivalence with a selective, sensitive, and valid bioanalysis method. Dried blood spot DBS technique is being developed for its advantages related to analyte stability, safety, practicality, less invasive, and cheaper. This study aims to develop the method of ESO analysis in a DBS sample using High Performance Liquid Chromatography HPLC with Photodiode Array detector. 30mLwhole blood sample was spotted and dried for 2,5 hours, extracted with 500L methanol, vortex mixed for 3 minutes, and sonicated for 15 minutes. The extract then was sentrifuged for 1 minutes and the supernatant was evaporated under nitrogen flow at 40°C. Residue was reconstituted with mobile phase then analysed with reversed phase HPLC with column Waters, SunfireTM 5 m 250 x 4.6mm acetonitrile phosphate buffer pH7.6 40 60 as the mobile phase flow rate was 1.0mL min column temperature was 40°C detection wavelength was 300 nm analysis time was 10 minutes using lansoprazole as the internal standard. The results of bioanalysis method validation performed met the validation criteria based on EMEA in 2011. The method was linear at concentration range of 70.0 1400.0ng mL with r 0.98.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sami`an El Faizi
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan berdasarkan pengalaman diklat dan pengalaman kerjanya di bidang kearsipan. Di samping itu penelitian juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis dan kendala serta permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan profesinya.
Penelitian survei ini dilakukan dengan melibatkan sampel yang dipilih secara acak sejumlah n=217 responden. Populasi penelitian N=514 orang merupakan Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatan arsiparis yang terbesar di berbagai instansi pemerintah pusat (departemen) di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner atau angket. Uji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara persepsi dan kinerja arsiparis berdasarkan pengalaman kerja dan pengalaman pendidikan dilakukan menggunakan analisis "Kai Kuadrat" (Chi Square Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan sikap positif terhadap jabatan fungsional arsiparis. Di sisi lain sebagian besar responden arsiparis berpersepsi positif terhadap kegiatan kearsipan yang mencakup pengolahan dan pelayanan kearsipan, menilai dan menyeleksi arsip, memasyarakatkan kearsipan dan pengembangan profesi kearsipan.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal persepsi arsiparis terhadap profesi kearsipan baik antara mereka yang kursus dan tidak kursus kearsipan minimal 3 bulan, maupun antara mereka yang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan.
Dalam hal pelaksanaan tugas atau kinerja arsiparis, sebagian arsiparis memperlihatkan kinerja di atas standar minimal, artinya kinerja mereka cukup baik, walaupun ada sebagian arsiparis yang menunjukkan kinerja kurang baik yaitu berada di bawah standar minimal. Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kinerja arsiparis antara mereka yang pernah kursus dan tidak pernah kursus kearsipan minimal 3 bulan, kecuali dalam kegiatan pelayanan kearsipan. Namun ada perbedaan kinerja arsiparis antara mereka yang sekarang bekerja dan tidak bekerja di bidang kearsipan kecuali kegiatan pemasyarakatan kearsipan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi arsiparis dalam menjaiankan tugasnya, antara lain, adalah terbatasnya sarana dan peralatan kerja, kurangnya apresiasi/dukungan pimpinan, dan kurangnya kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan tugas.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keberadaan jabatan fungsional arsiparis dan profesi kearsipan memperoleh tanggapan positif dan memiliki harapan cukup baik untuk masa mendatang. Namun diakui, bahwa tugas-tugas dan kegiatan kearsipan yang tercantum dalam SK MENPAN Nomor: 36 7 ahun 1990 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh arsiparis, sehingga kinerja mereka belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan kinerja arisparis.

Archivists' Perception toward Archival Profession: A Survey Study on the Govermental Institutions (Ministries) in JakartaThis study is intended to illustrate the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background as related to their performance in handling archival activities. Constraints in carrying out their assignments in archival activities are also identified.
The sample of this study was n = 217 respondents randomly drawn from 514 archivists working in 15 public institutions in Jakarta. A set of questionnaire, used as the data collection instrument, was distributed directly to respondents in their working place. Descriptive statistical analysis was carried out in order to describe the perception of archivists toward their profession based on their working experience and educational background. While the Chi Square Test was conducted to test the hypothesis on the relationship between perception toward profession and performance of archivists.
Results of this study indicated that in general, archivists have positive perception toward their profession. There is no significant difference of archivists perception based on their educational background and their "real" assignment - whether or not they are handling archival activities.
The results of this study also illustrate the general performance of archivists based on the performance criteria of SK MENPAN No. 36/199d. The general picture showed that most archivists are performing around 1-3 times of minimal criteria, and some of them are performing under the minimal criteria. Furthermore, in general, there is no significant difference of archivists performance based on their educational background. However, there is significant difference of archivists performance based on their "real" assignment, except in terms of socializing/promoting archive to public audience.
According to the archivists involved in this study, there are many constraints they are facing in carrying out their archival assignment, among others the lack of proper equipments, lack of appreciations and supports from managers toward their achievement, and insufficient knowledge and technical skills on the part of the archivists themselves.
In a general, the study concludes that archivists have positive perceptions toward their profession. They are seeing their profession as having a good future. However, there are still rooms for improvement, especially in maximizing their performance in archival activities, which at the end will improve the overall picture of archivists and archive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soejoed Binwahjoe
"ABSTRAK
Menurut beberapa pakar, polisi merupakan profesi bahkan menurut Franz Magnis-Suseno polisi termasuk kelompok profesi luhur dan dituntut adanya budi luhur serta akhlak yang tinggi dalam melakukan profesinya.
Setiap Polri sebagai pemegang profesi dituntut agar menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, serta dalam keadaan apapun menjunjung tinggi profesinya. Agar Polri tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, maka Polri perlu mempunyai kode etik sebagai pedoman atau pegangan yang ditaati oleh para anggotanya.
Kode etik adalah kumpulan kewajiban yang mengikat para pelaku profesi itu dalam menjalankan tugasnya.
Dalam penjelasan pasal 23 dan 24 Undang-Undang nomor 28 tahun 1997, ditulis bahwa setiap pejabat Kepolisian Negara RI harus menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya.
Etika profesi kepolisian dirumuskan dalam Kode Etik Kepolisian Negara RI yang merupakan kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Brata dan Catur Prasetya, yang dilandasi dan dijiwai oleh Sapta Marga.
Dalam hal seorang pejabat kepolisian dianggap melanggar etika profesi, ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dihadapan Komisi Kode Etik Kepolisian Negara RI. Hal ini dimaksudkan untuk pemuliaan profesi kepolisian.
Menurut Lawrence Sherman ada dua cara untuk belajar etika kepolisian, satu cara ialah belajar sambil bekerja dibawah tekanan-tekanan waktu dan pengaruh tekanan kawan-kawan sejawat. Cara yang lain adalah belajar dengan tenang, jauh dari tekanan-tekanan sehingga dalam belajar ia bisa merenungkan dengan perspektif yang lebih obyektif.
Di Kepolisian Negara RI hal ini dicapai lewat pelajaran-pelajaran Kode Etik Kepolisian di sekolah-sekolah polisi dan juga di tanamkan lewat ketauladanan dan tindakan para pimpinan sekolah. para pembina dan para tenaga pendidik tanpa menutup mata terhadap pengaruh lingkungan.
Karena mengingat banyaknya mata pelajaran, untuk Kode Etik Kepolisian hanya disediakan 10 jam pelajaran sehingga yang dapat dicapai hanya mengerti dan menghafal yang juga terbukti dari hasil penilaian yang rata-rata dapat nilai cukup sebesar hampir 80 % dari siswa untuk aspek mental kepribadian yang didalamnya termasuk pendidikan etika.
Ternyata yang lebih menghasilkan adalah internalisasi lewat kontak yang berulang-ulang dalam memberi ketauladanan antara para pembina, para tenaga pendidik dengan para siswa. Meskipun terdapat kendala lingkungan dalam pelanggaran aturan-aturan sekolah yang oleh instruktur dianggap mengurangi pendidikan etika kepolisian, jumlah siswa yang berbuat demikian sangat kecil dan kalau ketahuan segera diambil tindakan koreksi.
Dari jumlah lulusan 552 siswa dan dari sebab-sebab tidak lulusnya 4 orang siswa terbukti tidak dikarenakan pelanggaran kode etik kepolisian. Metode yang saya gunakan adalah metode etnografi pelaksanaan pendidikan di sekolah dengan pendekatan kualitatif. Cara-cara pengumpulan data di lapangan saya lakukan dengan jalan pendekatan terlibat, misalnya hadir pada waktu makan di ruang makan, di kantin dan pada waktu sholat di Masjid.
Selain pengamatan terlibat, cara yang saya tempuh ialah dengan pengamatan misalnya waktu bangun pagi, apel dan latihan-latihan di lapangan. Untuk hal-hal yang sudah lampau saya gunakan cara wawancara dengan Kepala SPN, para pembina dan para tenaga pengajar dan para siswa angkatan XVIII dan angkatan XIX."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Istianto
"Misi Departemen Perhubungan adalah terpenuhinya pelayanan jasa transportasi darat, laut dan udara yang lancar, aman, nyaman, murah serta terjangkau oleh kemampuan daya beli seluruh masyarakat. Namun demikian, menurut Menteri Perhubungan Republik Indonesia yang disampaikan pada pengarahan tanggal 17 Agustus 1996 bahwa efektivitas pelaksanaan tugas pokok Departemen Perhubungan belum optimal. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan menurunnya profesiensi PNS di lingkungan Departemen Perhubungan, dengan indikasi bahwa hanya 11,07% yang berpendidikan sarjana dari seluruh pegawai Departemen Perhubungan yaitu 34.698 dan hanya 7,12% yang telah mengikuti pendidikan dan latihan atau penataran di bidangnya. Memperhatikan hal tersebut, maka dipandang perlu melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan profesiensi PNS di lingkungan departemen Perhubungan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 57 sampel PNS eselon II dan III di lingkungan Departemen Perhubungan khususnya pada unit kerja Sekretariat Jenderal, Ditjen Perhubungan Darat, Laut dan Udara, maka dapat disimpulkan, bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap profesiensi PNS adalah kemampuan, motivasi, disiplin kerja, kompensasi, kesehatan, kondisi lingkungan kerja, kualitas hubungan kerja, kepangkatan dan masa kerja, dan kesesuaian keahlian dengan beban tugas. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan model regresi terbukti bahwa faktor-faktor yang diduga berpengaruh tersebut dapat diterima secara signifikan.
Selanjumya dari hasil penelitian disarankan bahwa untuk meningkatkan profesiensi PNS di lingkungan Departemen Perhubungan agar dilakukan secara lebih konsepsional, sistimatis, terencana dan terprogram berdasarkan urutan prioritas yaitu sebabai berikut :
a. Kondisi lingkungan yang lebih kondusif bagi pegawai, dengan didukung oleh berbagai fasilitas yang memadai untuk menciptakan kegairahan bekerja.
b. Penempatan pegawai pada tempat yang tepat sesuai dengan jobs profile personnel untuk menyusun perencanaan karier dan pola mutasi.
c. Disiplin pegawai melalui program reward and punishment secara konsisten dan berkesinambungan.
d. Insentif pegawai melalui program pengembangan jabatan fungsional yang mendukung tugas-tugas rutin.
e. Kemampuan profesional pegawai melalui program diktat terpadu yang sesuai dengan kebutuhan organisasi dan perencanaan karier PNS berdasarkan man power planning."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>