Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pamerdi Giri Wiloso
"Pendahuluan
Permasalahan dan Konsep-konsep yang Dipergunakan
Dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Jawa, Koentjaraningrat menegaskan bahwa sejak dahulu selalu ada orang-orang Kejawen atau Agami Jawi (Kejawen: suatu kompleks keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha serta Islam [sic:] yang cenderung ke arah mistik yang tercampur dan menjadi satu dan diaku sebagai agama Islam) yang merasa bahwa kehidupan beragama yang hanya berpusat kepada serangkaian upacara slametan, memberikan sajian pada waktu-waktu tertentu dan tempat-tempat tertentu, serta berziarah ke makam-makam, sebagai tidak berarti, tidak memuaskan dan dangkal.
Oleh karena itu mereka mencari penghayatan mengenai inti hidup dan kehidupan spiritual manusia. Istilah kebatinan menandakan bahwa di dalam semua gerakan itu para anggotanya mencari kebenaran dalam batin sendiri. Suatu hal yang menyolok adalah bahwa dalam jangka waktu 25 tahun terakhir ini jumlah gerakan kebatinan telah meningkat dengan pesat ( Koentjaraningrat, 1984: 399 ).
James L. Peacock berpandangan bahwa bagi orang Jawa dewasa ini., sebenarnya mistik dan praktek-praktek magismistis senantiasa merupakan arus bawah yang amat kuat kalau bukan malah merupakan esensi dari kebudayaan mereka. Islam yang datang ke Jawa adalah Islam Sufi yang dengan mudah diterima serta diserap ke dalam sinkretisme Jawa (Peacock, 1973:23-28, dikutip dari Mulder, 1903:1).
Berdasarkan data organisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1988/1989 yang dikeluarkan oleh Bidang Musjarahkala Kanwil Depdikbud Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh keterangan bahwa di daerah Kotamadya Yogyakarta terdapat 23 organisasi kepercayaan dengan jumlah anggota 12.916 orang. Di daerah Kabupaten Kulon Progo terdapat 14 organisasi kepercayaan dengan jumlah anggota sekitar 5.138 orang. Di daerah Kabupaten Gunung Kidul terdapat 4 organisasi kepercayaan dengan jumlah anggota sekitar 229 orang. Di daerah Kabupaten Bantul terdapat 7 organisasi kepercayaan dengan jumlah anggota sekitar 3.589 orang. Di daerah Kabupaten Sleman terdapat 10 organisasi kepercayaan dengan jumlah anggota sekitar 872 orang.
Dalam tulisannya tentang Aliran Pedukinan dan "Kepercayaan di Yogyakarta" yang dimuat dalam majalah kedokteran Profit. Syaraf Jiwa 4 ( 1972/22 ), Sumarno W.S. dan kawan-kawan menyusun penggolongan aliran kebatinan sebagai berikut:
1. Golongan kepercayaan perorangan, yakni kelompok yang terdiri dari beberapa orang, yang melakukan kepercayaan untuk kepentingan diri mereka masing-masing, tanpa aria usaha perluasan pada orang lain. Sebagai contoh misalnya orang-orang yang melakukan puasa, bertapa, samaddhi dan lain-lainnya.
2. Golongan perguruan kepercayaan, yakni aliran yang menerima murid dan mempropagandakan ajarannya.
3. Golongan pedukunan, yaitu aliran yang mempraktekkan ilmu pedukunan dan pengobatan asli bagi masyarakat yang memerlukannya ( Sumarno W.S., 1972: 1-23, dikutip dari Adimassana, 1986: 21 ).
Menurut Adimassana, semua aliran kebatinan mempunyai sifat atau unsur mistik, etis, theosofis, serta mengandalkan adanya kepercayaan kepada daya gaib (okultis). Unsur okultis merupakan hasrat untuk mengutamakan daya-daya gaib untuk memenuhi dan melayani berbagai keperluan manusia (Adimassana, 1986: 20-21 ).
Sebagai salah satu organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang terdapat di Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, aliran budaya spiritual Sumarah Purbo di samping memiliki keempat unsur seperti tersebut di atas, juga melakukan kegiatan yang bersifat sosial, yaitu berupa kegiatan membantu orang sakit agar dapat memperoleh kesembuhan. Dari hasil wawancara dengan salah seorang tokoh dalam organisasi tersebut, diperoleh keterangan bahwa, walau pun kegiatan pengobatan bukan merupakan tujuan utama bagi dibentuknya organisasi penghayat, namun sebagai kegiatan sosial, pengobatan yang dilakukan oleh aliran?
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Affan Muhammad
"Bali merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terkenal dengan perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang unik, adalah tempat di mana tradisi, geografi, dan agama berjalin dalam keseimbangan yang terus dipertahankan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sebagai tempat tinggal mayoritas umat Hindu di Indonesia, Bali ditandai dengan praktik Hinduisme yang dinamis, di mana ritual dan upacara agama adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Salah satu upacara tersebut adalah Ritual Melasti, sebuah prosesi agama yang signifikan melambangkan penyucian spiritual yang dilakukan di dekat area pantai atau sumber air besar, salah satunya di desa Baktiseraga. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakteristik pendukung dan alam, serta pola pergerakan partisipatif pendukung yang terbentuk saat prosesi ritual Melasti berlangsung di Dusun Galiran. Data yang dikumpulkan berupa data wawancara dan observasi yang mencakup rute pergerakan ritual Melasti, sebaran pemuka agama dan budaya, masyarakat pendatang, masyarakat lokal, dan turis, serta studi literatur yang kemudian di analisis secara spasial deskriptif untuk di analisa pola pergerakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pendukung memiliki peranan yang berbeda dan penting dalam proses ritual melasti. Karakteristik fisik seperti kemiringan lereng dan ketinggian menjelaskan mengenai jarak yang ditempuh dan lokasi terjauh. Selain itu, pola pergerakan yang ditemui terbagi menjadi gerak profan, sakral, dan thirtha amertha.

Bali is a province in Indonesia, renowned for its unique blend of natural beauty and cultural richness. It is a place where tradition, geography, and religion intertwine in a balance that has been maintained from ancient times to the present. As home to the majority of Hindus in Indonesia, Bali is characterized by its dynamic practice of Hinduism, where religious rituals and ceremonies are an integral part of everyday life. One such ceremony is the Melasti Ceremony, a significant religious procession symbolizing spiritual purification, which is performed near coastal areas or large water bodies, including Baktiseraga village. This research aims to explain the supporting characteristics and nature, as well as the participatory movement pattern formed during the Melasti Ritual procession in Galiran hamlet. The collected data consists of interview and observation data that includes the Melasti Ritual movement route, the distribution of religious and cultural leaders, incoming communities, local communities, and tourists, as well as literature studies, which are then analyzed descriptively spatially to analyze the movement pattern. The results of the study show that supporting characteristics play different and important roles in the Melasti ritual process. Physical characteristics such as slope and altitude explain the distance traveled and the farthest location. In addition, the observed movement patterns are divided into profane, sacred, and thirtha amertha movements."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Najib Burhani
Jakarta: Kompas , 2001
297.4 AHM i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Wulandari
Bogor: Labda Wara, 2001
297.4 NOV t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwoto Kertodipoero
Bandung: Sumur, 1963
306.598 3 SAR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009
959.8 SEJ V
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
F.S. Watuseke
"The spread of Christianity in Minahasa began in 16th Century by Spanish missions. In the middle of the 17th Century the activities of the Catholic Church stopped due to political changes at the arrival of the Dutch. Dutch VOC preachers spread Protestatism which had been taken over in1831 by Nederlandse Zendings Genootschap (NZG). They trained young people to become assistants who used Malay and later on the local language. When the area of activities become more extensive, NZG felt that the financial burden was too high so that in 1975 the activities were taken over by the Indische Kerk. At that time the largest church in Minahasa was built, and schools for women and secondary school (MULO) were established The GMIM (gereja masehi Injil Minahasa) was founded in 1934. Although it had autonomy it was still related with the Indische Kerk and headed by Dutch clergymen. When the Japanese invaded, the head of GMIM Synod wa repalced by a Minahasan."
1995
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Canfield, Jack, 1944-
Jakarta: Grmedia,, 2004
242.33 CAN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nena Siti Rizqiyah
"Penelitian ini membahas tentang empat lirik lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi asal Lebanon, yaitu Maher Zain. Lagu-lagu yang dinyanyikan Maher Zain memiliki nilai religi Islam yang begitu kental. Dari beberapa lagu yang dinyanyikan, peneliti mengambil empat sampel lagu berdasarkan lagu yang bernuansa religi. Keempat lagu yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu Ra?iitu Billaahi Rabbaa, Rama?aan, Yaa Nabi Salaam lsquo;Alaika, dan Jannah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan analisis struktur, isi, dan nilai religi pada lagu Ra?iitu Billaahi Rabbaa, Rama?aan, Yaa Nabi Salaam lsquo;Alaika, dan Jannah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka. Penulis mengunduh keempat lagu tersebut di Internet, kemudian penulis menyesuaikan teks lirik lagu dengan akun resmi Awakening Records yaitu manajemen yang menaungi Maher Zain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat lagu yang dibahas oleh penulis memiliki nilai religi akidah, syariah, dan akhlak. Empat lagu yang diteliti lebih mengedepankan rasa cinta terhadap Allah, Rasul, agama Islam, serta menyajikan tema seputar kehidupan di akhirat. Lagu Ra?iitu Billaahi Rabbaa menunjukkan nilai religi berupa akidah Ilahiah dan Nubuwwah, nilai religi syariah, dan akhlak. Pada lagu Rama?aan terdapat nilai religi berupa syariah karena lagu ini erat kaitannya dengan ibadah. Lagu ketiga yaitu Yaa Nabi Salaam lsquo;Alaika mengandung nilai akidah Nubuwwah. Lagu terakhir yaitu Jannah memiliki nilai religi yaitu aspek akidah, karena erat kaitannya dengan beriman kepada hari kiamat.

This study discusses four song lyrics which are popularized by Lebanese singer, Maher Zain. The songs have very strong Islamic values. From the songs that are being analyzed, the writer take only four songs based on religious songs as samples. The four songs being used as research samples are Radhiitu Billaahi Rabbaa, Ramadhaan, Yaa Prophet Salaam 39 Alaika, and Jannah. This study aims to explain the analysis of structure, content, and religious values on songs that have been mentioned. This research uses qualitative method with literature study. The author downloaded the four songs on the Internet, and the author adjusted the lyrics of the song with the official account of Awakening Records, the management that overshadowed Maher Zain. The results showed that the four songs discussed by the author has religious values of creed, sharia, and akhlaq. The four songs studied put forward the love of Allah, the Prophet, the religion of Islam, and presents the theme about life in the afterlife. The song Radhiitu Billaahi Rabbaa shows religious values of Divine and Nubuwwah aqidah, shariah religious values, and morals. In Ramadhaan song, there is a religious value of sharia because this song is closely related to worship. The third song is Yaa Prophet Salaam 39 Alaika contains the value of the creed of Nubuwwah. The last song, Jannah, has a religious value which is aspect of aqidah because it is closely related with the faith of the Muslims to the doomsday.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>