Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Woerjanti Soedarsono
Jakarta : Direktorat cagar budaya bawah air dan masa kolonial, 2011
959.8 WOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Satria Jati Bonifasius
"ABSTRAK
Penelitian ini melakukan deskripsi analisis terhadap manajemen komunikasi krisis humas pemerintah dengan menggunakan kerangka berpikir dari Image Restoration Theory serta Pedoman Umum Pengelolaan Komunikasi Krisis dalam Peraturan Menteri PAN RB nomor 29 tahun 2011. Kasus yang diteliti adalah Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM menghadapi dua periode pemberitaan negatif seputar korupsi pimpinan instansi tersebut. Analisis dilakukan terhadap dimensi sebelum, selama, dan setelah krisis. Penelitian menemukan bahwa strategi pemulihan krisis sudah dilakukan namun belum ideal sehingga perlu meningkatkan kualitas dan kapabilitas sumber daya manusia, memberi perhatian penuh pada strategi pemulihan citra, serta melaksanakan evaluasi pelaksanaan komunikasi yang telah dilakukan selama ini.

ABSTRACT
This research gives analyzes to Crisis Communication Management of the Government Public Relations by using Image Restoration Theory and The General Guidelines of Crisis Communication Management from The Regulation of Ministry of Administrative Reform and Bureaucratic Reform (PAN RB) No. 29/2011 as the guidelines. The case is Public Communication Center of Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) faced two periods of negative publicity because of the corruption case. Analysis was performed on three dimension: before crisis, during crisis, and after crisis. The research found that the crisis recovery strategy has been carried out but not ideal, so it is necessary to improve the quality and capabilities of human resources, to give full attention to the image recovery strategies, and doing evaluation of the communication crisis that has been done so far."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haqqi Annazili
"ABSTRAK
Kondisi keberlanjutan Daerah Aliran Sungai dapat dicapai apabila nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum TBEM le; 1. Permasalahan penelitian ini adalah kondisi nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum DAS Ciliwung Hulu menunjukkan angka yang masih jauh dari angka yang diharapkan, karena nilainya masih lebih besar daripada satu. Keberlanjutan fungsi DAS dipengaruhi oleh nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum, Pendapatan Petani, dan angka Produksi Tanaman Pangan. Beberapa luas jenis tutupan lahan diupayakan agar dapat mengoptimalkan faktor-faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan fungsi DAS antara lain Luas Hutan, Luas Pertanian Lahan Kering, Luas Sawah dan Luas Permukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun metode perhitungan Indeks Keberlanjutan Daerah Aliran Sungai IKFD Ciliwung Hulu dan mengetahui kondisi keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu.. Metode penelitian ini adalah mix method yaitu mengkombinasikan data kuantitatif dan kualitatif dengan analisis data menggunakan AHP. Hasil penelitian ini adalah rumus IKFD. Berdasarkan rumus yang dibangun peneliti, yaitu:IKFD = ITBEM x 72,8 IPPet x 15,3 IPTPa x 11,9 , perhitungan akhir IKFD Ciliwung Hulu dilakukan melalui penjumlahan dari hasil perkalian nilai AHP setiap indikator dengan nilai kondisi real setiap indikator. Setelah Indeks Keberlanjutan DAS diperoleh, kemudian dikategorikan ke dalam kelas kategori yang didasarkan pada sebaran angka dalam perhitungan indeks. Dapat disimpulkan bahwa nilai Indeks Keberlanjutan Fungsi DAS Ciliwung Hulu pada saat ini adalah 30,7 termasuk ke dalam kategori sangat kurang .

ABSTRACT
The condition of the Upstream Ciliwung Watershed rsquo s Minimum Erosion Hazard value is still far from expected, since the value is still greater than one. The sustainability of watershed functions is influenced by the value of Minimum Erosion Hazard Rate, Farmer 39 s Revenue, and Food Crop Production Results. The purpose of this research is to build calculation method of Sustainability Index of Watershed Function IKFD of Upstream Ciliwung and to know the condition of Upstream Ciliwung Watershed sustainability. The method of this research is mix method that combine quantitative and qualitative data. Data analysis was done by using Analytical Hierarchy Process AHP . Based on the method used in this study, the authors build the calculation formula IKFD as follows IKFD ITBEM x 72.8 IPPet x 15.3 IPTPa x 11.9 . The final calculation of IKFD Upstream Ciliwung is done through the sum of the multiplication of the AHP value of each indicator with the real condition value of each indicator. After the Upstream Ciliwung Watershed Index is obtained, then it is categorized into category classes based on the distribution of figures in the index calculation. The Sustainability Index Value of Upstream Ciliwung Watershed Function at present is 30.7 and goes into very less level."
2018
T50865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyza Herda
"Material tambal amalgam sebagai material tambal gigi belakang sampai saat ini masih merupakan produk luar negeri, terutama amalgam kandungan tembaga tinggi. Pada tahun pertama penelitian ini telah dapat dibuat amalgam kandungan tembaga tinggi. Identifikasi fasafasa yang ada baik pada paduan amalgam maupun amalgamnya telah dilakukan dengan teknik diffraksi sinar-x. Dari hasil analisa kualitatif dengan diffraksi sinar-x, didapat bahwa paduan amalgam dan amalgamnya terdiri dari fasa-fasa yang sesuai dengan fasa-fasa yang terdapat pada amalgam kontrol. Walaupun secara fisik telah sesuai dengan amalgam kontrol, namun perlu diketahui kekuatan ikatan antara fasa-fasa dan di dalam fasa itu sendiri. Sehingga pada tahun kedua ini telah dilakukan uji sifat fisik, mekanik, kimia, dan Jaya tahan korosi dad amalgam yang telah dibuat pada tahun pertama. Pengujian ini dilakukan sesuai standar dan acuan yang ada, dan kemudian dibandingkan dengan amalgam kontrol.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan material tambal amalgam kandungan tembaga tinggi yang memenuhi standar mutu dan dapat diproduksi di Indonesia serta terjangkau oleh masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian laboratoris in vitro dari 2 macam amalgam kandungan tembaga tinggi yang telah dibuat, dan 1 macam amalgam produk luar negeri sebagai kontrol. Komposisi kirnia amalgam I adalah 60Ag-27Sn-13Cu, dan amalgam II adalah 59Ag-27Sn-13Cu-lPd. Penelitian ini meliputi uji perubahan dimensi, uji kekerasan, Creep, emisi nap Hg, sifat termal, korosi, dan metalografi. Bentuk dan cara pembuatan spesimen dilakukan sesuai standar ISO 1559-1986. Cara uji dan evaluasi hasil uji untuk perubahan dimensi dan sifat Creep dilakukan berdasarkan standar ISO 1559-1986. Pengujian sifat termal dan kehilangan berat saat pemanasan menggunakan Differential Scanning Calorimeter dan
Thermogravimeter yang dilengkapi dengan program untuk menganalisa hasil pemanasan. Uji kekerasan mengacu kepada literatur yang ada, karena masih belum ada standar untuk kekerasan amalgam. Demikian pula untuk uji emisi uap Hg dan uji korosi. Dalam hal uji korosi, kecepatan korosi dihitung berdasarkan standar ASTM G 102 - 89.
Dari hasil uji perubahan dimensi, amalgam I dan II mempunyai nilai perubahan dimensi yang lebih kecil daripada amalgam kontrol. Nilai perubahan dimensi untuk amalgam I adalah - 1,8 mikron/cm, - 2,3 mikron/em untuk amalgam II, dan - 2,8 mikron/cm untuk amalgam kontrol. Hasil ini memenuhi standar, karena standar menetapkan maksimum perubahan dimensi adalah ± 20 mikronlcm. Pengujian creep pada amalgam I dan II mengalami fracture sebelum pengujian selesai, sehingga belum didapat nilai creep dari amalgam I dan Amalgam kontrol mempunyai nilai creep 1,8 %, dimana standar menetapkan creep maksimum adalah 3 %. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk sifat creep dari amalgam I dan II. Uji kekerasan permukaan amalgam yang telah mengeras sempuma menghasilkan nilai kekerasan yang dapat diterima berdasarkan acuan yang dipakai, yaitu bahwa kekerasan amalgam adalah 90 -110 VHN. Uji kekerasan pada amalgam I menghasilkan nilai kekerasan 116,23 VHN, amalgam II 125,6 VHN dan amalgam kontrol 145,7 VHN. Pada pemanasan terjadi transformasi fasa y~ menjadi fasa RI pada amalgam I, II, dan amalgam kontrol. Pada amalgam I transformasi terjadi pada temperatur 88° C, amalgam II mengalami transformasi pada temperatur 110,20 C dan amalgam kontrol pada temperatur 108,5° C. Pada transformasi ini tidak terjadi pembebasan Hg yang dibuktikan dengan uji kehilangan berat, dimana pemanasan sampai 200° C menunjukkan tidak ada perubahan berat dalam amalgam. Peranan penambahan palladium terlihat pada amalgam II, dimana Pd 1 % berat dapat menstabilkan sifat termal amalgam. Dari hasil uji emisi uap Hg, maka amalgam I, II, dan amalgam kontrol melepaskan Ag, Hg, dan Cu ke dalam larutan elektrolit, terutama larutan elektrolit yang mengandung ion Cl dan fosfat. Perak dan Cu secara umum paling banyak dilepaskan oleh amalgam kontrol, dan Hg oleh amalgam IL Dari beberapa literatur nilai pelepasan elemen-elemen tersebut sangat bervariasi sehingga sulit menetapkan batas-batas yang sesuai untuk masing-masing amalgam. Pada pengujian korosi didapat kecepatan korosi yang paling tinggi pada amalgam kontrol. Amalgam I mengalami kecepatan korosi yang Iebih rendah dari amalgam II. Dari uji metalografi didapat gambaran mikrostruktur permukaan amalgam I, II, dan amalgam kontrol.. Gambaran metalografi ini menunjukkan bahwa permukaan amalgam terdiri dari banyak fasa.
Dari hasil keseluruhan uji laboratoris in vitro terhadap sifat fisik, mekanik, kimia,.dan daya tahan korosi serta metalografi dari amalgam I, II dan amalgam kontrol, didapat bahwa amalgam I dan II masih perlu diperbaiki untuk sifat creep yang berarti menyangkut ikatan antara fasa-fasa dan di dalam fasa itu sendiri. Peranan palladium hanya terlihat pada sifat termal dan belum terlihat pada sifat mekanik dan korosi, meskipun laju korosi amalgam II lebih rendah dari amalgam kontrol.

As a Dental Materials RestorationDental amalgam especially High Cu amalgams used in Indonesia, are usually imported from foreign countries. In the first year of the research a high cu amalgam has been produced. Phase identification had been conducted both in the amalgam allyos and the corresponding amalgams by means of x-ray diffraction techniques. The qualitative x-ray diffraction analysis revealed that the fabricated alloys and its corresponding amalgams contained the same phases as the amalgam control (Solila Nova, England), although the interaction between and within these phases must also be considered to be determine further. On the second year of the research, the test had been followed by the determination of physical, mechanical, chemical as well as the corrosion properties of the fabricated high cu amalgams based on International standar and references, and then compared to the amalgam control.
The purpose of this study is to develop a composition of high Cu amalgam with the following conditions: It can be fabricated in Indonesia, it can he applied in broad range of clinical situations, and inexpensive compared to alternative materials.
This study is in vitro experiment on 2 different compositions of high Cu amalgams fabricated in Indonesia and an imported high Cu amalgams as a control. The composition of these amalgams are 60Ag-27Sn-13Cu for amalgam I, and 59Ag-27Sn-13Cu-lPd for amalgam H. The main test consisted of dimensional change test, microhardness test, static creep, Hg vapor emission, thermal analysis, corrosion resistance and examination of microstructure by metalography. Specimens of amalgams were prepared according to ISO No 1559-1986, as well as the evaluation and testing of dimensional change and creep properties. Determinations on thermal properties were done using Differential Scanninng Calorimeter and therrnografimetric analysis. The evaluations of microhardness results were conducted by literature comparison as there has not been a typical hardness standard test for dental amalgam, and also for the Hg vapor emission test and the corrosion test. The corrosion rate were evaluated according to ASTM standard G 102-89.
The results revealed from the dimensional change examination are both amalgam I and amalgam II had lower dimensional change than the amalgam control. Amalgam I has a dimensional change of - 1,8 micron/cm, amalgam II - 2,3 micron/cm, and the amalgam control has - 2,8 micron/cm. This value is considered accepted with the ISO standard which requires a maximum dimensional change of ± 20 micron/cm. In the creep test, amalgam I and II can not sustain the load and fail before the required time of test has passed. As a result, the creep value of amalgam I and II can not be determined. As for the amalgam control, the creep value was 1,8 % which is below the ISO standard requirements (max 3%). For this reason, investigation should be continued to develop and improve the creep properties of the amalgams. Based on literature and references, the hardness of set amalgams were between 90 - 110 VHN. The hardness number of amalgam I was 116,23 VHN, amalgam II 125,6 VIN and the amalgam control was 145,7 VHN. The results of thermal analysis were as follows ; during heating y, phase will transfom into P, phase. In amalgam I, the phase transformation was detected at 88° C, amalgam II at 110,2° C and the amalgam control at 108,5° C. In the phase transition, the weight of the specimens remained the same after heated to 200° C. This condition can be regarded as a condition that there is no Hg release and that the addition of Pd stabilized the thermal properties of amalgam II. The evaluation of the vapor emission test using Atomic absorbtion spectrophotometer represented a result of the emission of Ag, Hg, and Cu into the electrolyte solution especially which contains CI and phosphate ions. Amalgam control released more Ag and Cu and amalgam II released more Hg than amalgam I. There are various datas in the literature concerning the quantity of the elements emission of dental amalgam into the solution, which more difficult to determine the quantity level of element emission of the amalgams. The corrosion test of the amalgams showed that the corrosion rate of amalgam control was higher than amalgam I and II, and the corrosion rate of amalgam I was less than amalgam II. The metalography examinations to amalgam I, II, and control provide the information of different phases containing in the setting amalgam.
From all of these tests mentioned above, it can be concluded that this study needs further research to improve the creep properties of the fabricated high cu amalgams and to clarify the interaction between the amalgam phases. The effect of palladium addition can be seen in the improvement of thermal stability but can not give a shoug evidence in the improvement of mechanical properties and corrosion resistance, eventhough the corrosion rate of amalgam I and II were lower than amalgam control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
LP 1994 53a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Haryanti Pramono
"Salah satu syarat "die" adalah tidak mudah mengalami abrasi atau goresan ketika pembuatan pola malam dan percobaan "casting". Pengamatan menunjukkan bahwa umumnya para dokter gigi maupun teknisi tidak melakukan pengadukan dental stone tipe IV menurut instruksi pabrik ataupun aturan standar. Dengan demikian, dapat diduga hasil akhir die yang diperoleh, kekerasannya tidak sebaik kekerasan dental stone yang diaduk sesuai dengan instruksi pabrik ataupun aturan standar, sehingga dapat mempengaruhi "fitness" restorasi cekat. Untuk itu, dilakukan penelitian cara pengadukan dental stone tipe IV yang sesuai dengan instruksi pabrik dan tidak menyalahi aturan standar untuk mengetahui pengaruh cara pengadukan terhadap kekerasan dental stone tipe IV. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan mesin kondisi hampa udara, mesin kondisi tanpa hampa udara dan manual. Uji kekerasan dilakukan menggunakan alat indentasi "Vickers Hardness Tester" dengan beban 31,25 kg. Indentasi dievaluasi menggunakan "Frank Hardness Microscope". Gambaran rnikro dari permukaan spesimen dievaluasi dengan "Scanning Electron Microscope". Hasil uji Anova 1-arah dan test Scheffe menunjukkan perbedaan bermakna antara ketiga cara pengadukan (< 0,05). Disimpulkan bahwa cara pengadukan yang mengicuti instruksi pabrik dan menggunakan mesin hampa udara dapat meningkatkan nilai kekerasan dental stone tipe IV.

In the effort of producing a well-fit restoration, die material should be hard enough to resist scratch and abrasion during the wax-up and try-in procedures. Unfortunately, in mixing the dental stone type IV for working model and die, many dentists and dental technicians neglect the direction for use given by the manufacturer. It is assumed, that the hardness is lower by then, but not enough scientific proof has been reported. For this reason, a study is conducted to investigate the influence of spatulation on the hardness of the type 1V dental stone. The sample groups were divided into 3 groups. Each group was mixed differently, one group using a vacuum machine, one group using non vacuum machine and one group manually. Hardness was measured by means of Vickers indentor with 31.25 kg load. The indentation was evaluated using Frank Hardness Microscope. The surface of the samples were examined with SEM. One-way Anova and Scheffe test showed that each group differed significantly one to other (< 0.05). It can be concluded that the result gained with vacuum machine mixing is harder than by the other mixing procedures."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T5785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Higginbotham, Barbra Buckner
"Placing the responsibilities of preservation on every staff member in each department, Higginbotham and Wild assert that by decentralizing preservation activities and integrating them into ongoing library functions, you will preserve materials effectively, efficiently, and with buy-in from staff."
Chicago: [American Library association, American Library association], 2001
e20436352
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Maulana
"Kelayakan operasi instalasi anjungan migas lepas pantai antara 25-30 tahun. Beberapa anjungan migas di Laut Jawa dibangun tahun 70-an, sehingga kondisinya sudah tua dan akan di dekomisioning, yaitu pembongkaran keseluruhan atau sebagian struktur instalasi anjungan. Masalah dekomisioning di Laut Jawa adalah Indonesia belum memiliki pengalaman dekomisioning dan banyaknya regulasi terkait kegiatan dekomisioning. Permasalahan dekomisioning dapat diselesaikan melalui regulasi yang komprehensif.
Tujuan riset ini menganalisis ketentuan internasional dan regulasi dekomisioning di indonesia, dan mengkaji alternatif metode dekomisioning di Laut Jawa berdasarkan pendekatan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif, melakukan wawancara mendalam dengan 3 institusi pemerintah pusat dan 1 kontraktor migas. Metode Analisis Dampak Regulasi (Regulation Impact Analysis) digunakan untuk membantu menentukan alternatif kebijakan dan regulasi dekomisioning terbaik dari sudut pandang manfaat dan biaya.
Hasil riset ini menunjukkan diperlukan pembuatan regulasi dekomisioning secara holistik, multisektor, multidisiplin dan interdisiplin. Hasil lainnya yaitu metode dekomisioning di Laut Jawa berdasarkan pandangan institusi pemerintah pusat adalah program rig-to-reef karena lebih memenuhi prinsip keberlanjutan.
Kesimpulannya adalah belum adanya aturan hukum di Indonesia yang mengakomodir metode dekomisioning dengan program rig-to-reef, mengakibatkan program rig-to-reef pada dekomisioning di Laut Jawa belum bisa langsung diterpakan karena harus dilakukan pembahasan panjang melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait.

Feasibility of installation operations for offshore oil and gas platforms between 25-30 years. Some oil and gas platforms in the Java Sea were built in the 70s, so that the condition is old and will be decommissioned, namely the dismantling of the whole or part of the structure of the bridge installation. The problem of decommissioning in the Java Sea is that Indonesia does not have experience in decommissioning and the number of regulations related to decommissioning activities. Decommissioning issues can be resolved through comprehensive regulation.
The purpose of this research is to analyze international provisions and decommissioning regulations in Indonesia, and to examine alternative methods of decommissioning in the Java Sea based on environmental, social and economic aspects. This research uses a qualitative approach, conducts in-depth interviews with 3 central government institutions and 1 oil and gas contractor. The Regulatory Impact Analysis method is used to help determine the best alternative decommissioning policies and regulations from the point of view of benefits and costs.
The results of this research indicate that decommissioning regulation is needed in a holistic, multisector, multidisciplinary and interdisciplinary manner. Another result, namely the decommissioning method in the Java Sea based on the views of central government institutions, is a rig-to-reef program because it meets the principle of sustainability.
The conclusion is that there is no legal rule in Indonesia that accommodates the decommissioning method with rig-to-reef programs, resulting in a rig-to-reef program on decommissioning in the Java Sea that cannot be directly implemented because long discussions must be conducted involving all related stakeholders.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T51670
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhan Irfan
"Skripsi ini mernbahas mengenai pelestarian koleksi naskah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Penelitian ini dilakukan mulai dari pertengahan bulan September 2005 sampai pertengahan bulan Desember 2005, tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan fisik koleksi naskah, jenis jenis kerusakan, kondisi lingkungan ruang penyimpanan dan penyebab-penyebab kerusakan dari koleksi naskah di FIB UI. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan menggunakan lembar observasi terstruktur untuk mengetahui kondisi fisik koleksi naskah kuno yang ada di ruang naskah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Lembar observasi yang digunakan merupakan adopsi dari lembar observasi terstruktur yang pemah digunakan oleh Stanford University Libraries (The IRT for Conservation & Preservation, Appendix 1). Disarnping itu peneliti juga mencatat perubahan temperatur dan kelembaban udara tempat penyimpanan naskah kuno yang diukur dengan menggunakan thermohygrometer pada saat penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi fisik naskah yang berada dalam keadaan baik hanya berjumlah 47 buah naskah atau setara dengan 12,74% selebihnya kondisi naskah berada dalam keadaaan sedang berjumlah 292 buah naskah atau setara dengan 79,13% dan kondisi naskah yang berada dalam kondisi buruk berjumlah 30 buah naskah atau setara dengan 8,13% dari total naskah yang diteliti sejumlah 369 buah naskah. Survei juga menunjukkan bahwa: koleksi naskah berlubang karena terindikasi terkena serangan serangga berjumlah 311 buah naskah atau setara dengan 84,28 %, koleksi terindikasi jamur sebanyak 165 buah naskah atau setara dengan 44,74 % dan koleksi yang terindikasi terkena air berjumlah 54 buah naskah atau setara dengan 14,63 %. Untuk kondisi lingkungan tempat penyimpanan naskah menunjukkan kelembaban maksimum yang tercatat selama penelitian berlangsung adalah 26_ C dan 76 %, sedangkan suhu yang ideal bagi ruang penyimpanan berkisar antara 16 _ C sampai 21 _ C dan untuk kelembaban udara berkisar antara 40 sampai 60 %."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>