Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supartini
"Program pemberdayaan pekerja seks yang dilaksanakan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pendekatan atternatif dalam menanggulangi masalah pelacuran. Pendekatan ini melihat pelacur sebagai korban (victim) dari ketimpangan gender, struktur sosial yang tidak adil yang memarginalkan posisi kaum perempuan.
Visi yang ingin dicapai melalui program ini adalah pekerja seks yang berdaya, percaya diri, dapat melindungi kesehatannya dan mempunyai pilihan untuk masa depannya. Masyarakat yang mengerti hidup pelacur, tidak mengucilkan atau memandang rendah mereka. Menurunnya prevalensi penyakit menular seksual (PMS) dan penyebaran epidemi HIV/AIDS dapat diperlambat khususnya pada pekerja seks yang dijangkau.
Program pemberdayaan dilaksanakan dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu ; 1). pelayanan langsung (direct service), 2). pendidikan dan penyadaran, 3). pengorganisasian. Pendekatan pelayanan langsung yang dilaksanakan melalui penyediaan layanan klinik PMS dan kesehatan reproduksi serta distribusi kondom telah memenuhi kebutuhan praktis para pekerja seks.
Pendekatan pendidikan dan penyadaran telah meningkatkan pengetahuan pekerja seks serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perlindungan kesehatan. Mereka selalu menawarkan kondom pada tamunya, meskipun masih menggunakan obat serta suntikan antiblotik sebagai cara melindungi kesehatan.
Kelompok pekerja seks BUNGA SEROJA merupakan realisasi pendekatan pengorganisasian. Meskipun kelompok merupakan media yang strategls untuk meningkatkan bargaining position dan merrabah pola relasi kekuasaan yang timpang dan tidak adil, BUNGA SEROJA belum dipahami sebagai wahana bagi perjuangan dan media untuk mengartikulasikan kepentingan mereka.
Sebagian besar pekerja seks masih mempunyai konsep diri negatif, belum menghargai diri sendiri serta belum percaya diri. Meskipun di kalangan pekerja seks sudah muncul pandangan dan kesadaran kritis, ternyata sikap dan tindakan kritis sulit dilakukan. Tiadanya asset material yang memadal serta kuatnya statusquo menghalangi mereka bertindak kritis dan membuat perubahan.
Posisi dan status pekerja seks belum berubah. Struktur sosial masih mendominasi dan bersikap represif terhadap pekerja seks. Stigmatisasi dan marginalisasi masih tetap berlangsung. Belum terlihat adanya restrukturisasi budaya. Pelacuran masih dilihat semata-mata sebagai problem moral. Oleh karena itu, selain meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kepada pekerja seks, Griya Lentera - PKBI perlu lebih memperhatikan pendidikan dan penyadaran masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T7910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmania
"Pembicaraan mengenai masalah seks saat ini sudah semakin terbuka meskipun bagi sebagian orang, masalah seks tetap dianggap sebagai tabu. Hasil penelitian tentang perilaku seksual anak muda menyalakan bahwa anak muda Indonesia cukup permisif. Berdasarkan data remaja yang mengaku pernah melahirkan hubungan seks di antaranya 7,1 % pelajar SMP, 11.3% pelajar SMA dan 73.8 % mahasiswa (Sarwono, 1981). Dari data tersebut terlihat bahwa angka terjadinya hubungan seks pranikah meningkat searah dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang.
Kondisi perilaku seksual anak muda yang permisif ini rnenjadi masalah yang serius terutama sejak AIDS ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1987; Data sampai dengan bulan Maret 1997 menunjukkan terdapatnya 524 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dari jumlah kasus yang ada, penyebaran HIV/AIDS di Indonesia sebagian besar terjadi melalui kontak seksual yang 65,5 % di antaranya terjadi karena hubungan heteroseksual. Fakta lain yang cukup memprihatinkan adalah bila dilihat dari faktor usia, pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah golongan muda berusia 20-29 tahun (46,6 %).
Masalah seksualitas anak muda dapat terjadi karena situasi dilematis yang dihadapi mereka. Di saat meningkatnya hasrat seksual dan membutuhkan penyaluran, ada kecenderungan di masyarakat sekarang untuk menunda usia perkawinan. Akhirnya penyaluran hasrat seksual remaja menjadi terhambat. Sementara dorongan seksual semakin meningkat dengan derasnya informasi dari hiburan komersial atau media massa memperbesar kemungkinan terjadinya hubungan seks pranikah. Namun perilaku seks yang dilakukan belum sepenuhnya didasari oleh informasi yang akurat tentang seks dan kurangnya kesadaran akan konsekuensi tingkah laku tersebut.
Mengingat masalah AIDS juga berdampak kepada masa depan bangsa, maka perlu dilakukan suatu tindakan yang serius untuk menanggulangi masalah ini dengan pendekatan yang Iebih realistis dan langsung, seperti dengan membedakan informasi yang benar tentang AIDS dan perilaku seks yang aman dan bertanggung jawab kepada generasi muda. Salah satu cara bentuk tingkah Iaku seksual yang aman adalah penggunaan kondom pada saat melakukan hubungan seks. Walaupun tidak menjamin sepenuhnya, kondom sampai saat ini masih merupakan alat yang handal sebagai alat pencegah kehamilan dan penularan penyakit akibal hubungan seksual, termasuk AIDS. Penelitian ini melihat bagaimana intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS.
Pengkajian masalah penelitian ini akan dilakukan dengan rnenggunakan kerangka teori Planned Behavior dari Ajzen (1988). Teori ini dipilih mengingat penggunaan kondom sebagai tingkah laku seksual yang aman muncul dalam konteks interpersonal, sehingga untuk dapat meramalkan tingkah laku secara akurat perlu mempertimbangkan sampai sejauh mana tingkah laku berada di bawah kontrol seseorang (Ajzen, 1987, 1991; Ajzen & Madden, 1986, dalam Terry & O?Leary, 1993). Teori yang merupakan perluasan dari teori Reasoned Action ini menjelaskan bahwa intensi ditentukan oleh tiga determinan, yaitu: (1) Sikap terhadap tingkah laku (2) norma subjektif, dan (3) perceived behavior control.
Melalui model Planned Behavior dari Ajzen (1988), selain untuk mengukur tingkat intensi yang ada, diteliti pula pengaruh dan besarnya sumbangan faktor sikap. norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi mahasiswa untuk menggunakan kondom dalam mencegah HIV/AIDS. Penelitian ini bersifat deskriptif dan memilih kelompok mahasiswa berusia 18-24 tahun, belum menikah, dan melakukan hubungan seks pranikah sebagai subjek penelitian yang diambil berdasarkan teknik accidental sampling.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengolahan 46 kuesioner serta analisis data dilakukan dengan menggunakan multiple regression diperoleh hasil bahwa sikap memiliki korelasi yang kuat dan searah, serta memberikan sumbangan terbesar terhadap intensi mahasiswa untnk menggunakan kondom sebagai alat pencegah HIV/AIDS. Namun meskipun sikap mahasiswa tersebut positif, intensinya untuk menggunakan kondom tergolong rendah, Hal ini dapat terjadi karena intensi untuk menampilkan suatu tingkah Iaku dipengaruhi juga oleh variabel-variabel lain yang ikut mempengaruhi komponen-komponen peramal intensi dan variabel tersebut membawa sejumlah bobot yang secara signifikan mempengaruhi intensi individu tersebut (Eagley & Chaiken, 1992). Dalam konteks penggunaan kondom ini, variabel eksternal, di luar ketiga variabel tersebut, yang diduga berperan untuk mempengaruhi intensi rnahasiswa adalah antara lain: ketrampilan asertif, self-efficacy, norma personal.
Secara umum, mahasiswa yang melakukan hubungan seks pranikah menilai dirinya agak tidak mungkin untuk tertuIar HIV/AIDS dengan perilaku seksualnya saat ini. Namun bila dikaji lebih jauh lagi, terlihat bahwa kelompok yang menilai dirinya paling tidak mungkin tertular HIV/AIDS adalah mahasiswa yang tidak pernah menggunakan kondom dan hanya berhubungan seks dengan pasangan tetap. Dan faktor percaya kepada kesehatan dan penampilan pasangan juga menyebabkan intensi untuk menggunakan kondom menjadi rendah. Perilaku seks yang rentan terhadap tertularnya HIV/AIDS ini menjadi kontradiktif mengingat mahasiswa telah memiliki pemahaman mengenai HIV/AIDS serta risiko-risiko yang mungkin terjadi bila melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Untuk meningkatkan peramalan intensi penggunaan kondom sebagai pencegah HIV/AIDS, pada penelitian selanjutnya dapat disarankan agar selain memperbesar jumlah responden elisitasi dan sampel penelitian, juga diikutsertakannya variabel lain di luar tiga komponen dalam teori planned behavior, seperti norma personal, self-efficacy, atau ketrampilan asertif, serta perbedaan gender dalam pengambilan keputusan menggunakan kondom."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S2739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Summary:
This meticulous book examines how gender inequalities in contemporary societies are changing and how further changes towards greater gender equality might be achieved."
Cheltenham: Edward Elgar, 2012
305.3 GEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Trisnani
"Preferensi jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku fertilitas, diantaranya penggunaan kontrasepsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi jenis kelamin anak masih hidup terhadap penggunaan alat kontrasepsi modern di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Supas 2015. Hasil analisis regresi logistik biner menunjukkan bahwa di Sumatera Utara wanita yang mempunyai anak laki-laki saja berpeluang lebih besar untuk memakai alat kontrasepsi modern dibandingkan wanita yang hanya mempunyai anak perempuan saja. Di Sumatera Barat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara wanita yang mempunyai anak laki-laki saja dan anak perempuan saja. Akan tetapi, wanita yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang lebih besar untuk menggunakan alat kontrasepsi modern dibandingkan wanita yang mempunyai anak laki-laki saja. Di Jawa Tengah, komposisi jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan alat kontrasepsi modern.

Sex preference is one of the factors that influence fertility behavior, including contraception use. This study aims to analyze the effect of living children's sex composition towards modern contraception use in North Sumatera, West Sumatera and Central Java, using Supas 2015 data. The result of binary logistic regression analysis shows that women in North Sumatra who have only a boy(s) are more likely to use modern contraception compared to those who have only a girl(s). Meanwhile, there is no significant difference between women who have only a boy(s) and only a girl(s) in West Sumatera. However, women who have both a boy(s) and a girl(s) are more likely to use modern contraception than those who have only a boy(s). In Central Java, sex composition does not significantly affect the modern contraception use."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metz, Michael E.
"Co-authors of Men s Sexual Health, Michael Metz and Barry McCarthy have come together to inspire and motivate readers in their newest book, Enduring Desire. Real-life examples and clear, helpful individual and couple exercises allow readers to reach for realistic and high quality sexual satisfaction as a couple. Throughout the book, the authors promote positive, realistic sexual expectations without commercialism and the hyped, exotic promises that only set people up for disappointment. The message is down-to-earth and full of joy for all couples from their 20s to their 80s. The authors advocate the variable, flexible "Good Enough Sex" (GES) model, which validates the inherent variability and flexibility of couple sexuality and examines the biopsychosocial, multidimensional, and comprehensive roles, functions and meanings of couple sexuality. "
New York: Brunner-Routledge, 2011
306.77 MET e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Chandra Clarasita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala adiksi cybersex dan kepuasan perkawinan pada pelaku cybersex yang telah menikah. Sebanyak 171 pelaku cybersex yang telah menikah menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi online questionnaire yang berisikan item-item yang mengukur gejala adiksi cybersex dan kepuasan perkawinan. Gejala adiksi cybersex diukur dengan menggunakan alat ukur Internet Sexual Screening Test (ISST) yang dikonstruksi oleh Delmonico (1997, dalam Delmonico & Miller, 2003).
Berdasarkan alat ukur tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata skor adiksi cybersex responden penelitian sebesar 11,33. Selanjutnya kepuasan perkawinan diukur dengan menggunakan alat ukur Marital Satisfaction Scale (MMS) yang dikonstruksi oleh Roach, Frazier, dan Bowden (1981). Berdasarkan alat ukur tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata skor kepuasan perkawinan responden penelitian sebesar 210,82. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gejala adiksi cybersex memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan kepuasan perkawinan pada pelaku cybersex yang telah menikah (r = -.630, p < .01, two tails).

This study was conducted to examine the correlation between symptom of cybersex addiction and marital satisfaction on married cybersex users. A total of 171 married cybersex users become participants in this study by completing an online questionnaire that contains items that measure symptom of cybersex addiction and marital satisfaction. Symptom of cybersex addiction was measured by using a measuring instrument Internet Sexual Screening Test (ISST), which is constructed by Delmonico (1997, in Delmonico & Miller, 2003).
Based on the measuring instrument, it can be seen that the average symptom of cybersex addiction by study respondents is 11,33. Furthermore, marital satisfaction was measured by using a measuring instrument Marital Satisfaction Scale (MMS), which is constructed by Roach, Frazier, and Bowden (1981). Based on the measuring instrument, it can be seen that the average marital satisfaction scores by study respondents is 210,82. Results of this study indicate that symptom of cybersex addiction has a significant relationship and negatively correlated with marital satisfaction on married cybersex users (r = -.630, p < .01, two tails).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malinowski, Bronislaw, 1884-1942
London: Routledge Classics , 2001
155.3 MAL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ulwan, Abdullah Nashih
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996
613.907 ABD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erlis Nur Mujiningsih
"Tesis ini meneliti enam buah roman yang diterbitkan pada tahun 1937-1942. Roman-roman tersebut diterbitkan oleh penerbit swasta dan selama ini digolongkan sebagai "roman picisan". Namun, sebutan "picisan" untuk karya-karya tersebut tidak tepat. Pertama, secara fisik roman-roman tersebut diterbitkan sebagai bagian dari sebuah majalah yang diterbitkan dengan kertas mengkilat, sampul depannya bergambar dan berwarna sehingga majalah tersebut dapat digolongkan sebagai majalah populer. Kedua, roman-roman tersebut ditulis oleh seorang pengarang secara utuh. Tidak seperti karya-karya picisan yang ditulis oleh sebuah tiro. Selain itu, roman-roman tersebut juga ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik, yaitu bahasa para Melayu. Oleh sebab itu, roman-roman ini dapat digolongkan sebagai sebuah karya sastra populer.
Sebagai sebuah karya sastra populer disebutkan bahwa karya tersebut dapat menjadi dokumen sosial masyarakatnya. Salah satu tema yang menonjol yang disajikan oleh roman-roman tersebut adalah masalah pergaulan bebas. Tema inilah yang dibahas di dalam tesis ini. Pergaulan bebas merupakan salah satu masalah sosial yang menonjol pada masa itu Di dalam tesis ini diuraikan bentuk-bentuk pergaulan bebas yang tergambarkan di dalam roman-roman tersebut serta bagaimana masyarakat di dalam roman-roman itu menyikapinya serta bagaimana pengarang roman itu menyikapi hal tersebut.
Ada dua bentuk pergaulan bebas yaitu, pertama, pergaulan bebas yang diartikan sebagai hubungan terbuka antara laki-laki dan perempuan. Mengingat hubungan antara laki-laki dan perempuan pada masa itu (1937-1942) tertutup, dengan adanya sistem pingit dan kawin paksa. Kedua, pergaulan bebas yang diartikan hubungan seks bebas antara laki-laki dan perempuan.
Adapun penyebab terjadinya hubungan bebas tersebut adalah dilaksanakannya sistem pendidikan modern dalam masyarakat serta berubahnya kondisi masyarakat pada masa itu dari masyarakat desa menjadi masyarakat perkotaan. Perubahan tersebut memunculkan konflik antara tradisi dan modernitas serta antara Timur dan Barat. Konflik tersebut terwujud dalam sikap masyarakat terhadap adanya masalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, yang terutama melanda kalangan kaum muda intelektual saat itu. Di satu sisi masyarakat menerima sistem pendidikan modern yang mengakibatkan melonggarnya hubungan antara laki-laki dan perempuan karena perempuan ikut serta dalam sistem pendidikan tersebut. Di sisi yang lain, masyarakat menolak pergaulan bebas yang ternyata merupakan efek langsung dari masuknya sistem pendidikan tersebut. Sementara itu, pengarang roman-roman itu dengan memakai karyanya mencoba untuk menasihati pembaca bahwa pergaulan bebas adalah tindakan yang,tidak baik dan harus dihindari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>