Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur Darmawan
"Although typically patients with coronavirus disease-19 (COVID-19) have pulmonary symptoms atypical cases can occasionally present with extra-pulmonary symptoms. We report an interesting case of COVID-19 female patient presenting with combination of central nervous system disorder and acute myocardial infarct as initial manifestation. Multiorgan involvement in COVID-19 might lead to multiple atypical presentation which could be overlooked by the physician."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2021
610 UI-IJIM 53:1 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriyah
"Lapangan panas bumi Sembalun terletak di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Telah dilakukan survey lapangan secara geologi, geokimia, dan geofisika pada tahun 2007 oleh tim peneliti dari PSDG. Dari hasil pengukuran  dan survey lapangan ditemukan manifestasi panas bumi berupa air panas Sebau dan air hangat Orok. Selain manifestasi yang  ditemukan terdapat pula batuan teralterasi di wilayah Sembalun Lawang dan struktur geologi yang diperkirakan menjadi pengontrol manifestasi panas bumi Sembalun. Berdasarkan data penarikan gaya berat yang dilakukan tim peneliti PSDG pada tahun 2007 orientasi pola sesar didominasi arah Utara-Selatan. Dari analisis data gravitasi satelit, dapat diamati persebaran struktur yang berada disekitar manifestasi, persebaran struktur orientasi didominasi dengan arah baratdaya-timur laut yang hampir utara-selatan. Dengan pemanfaatan metode gravitasi satelit ini didapatkan adanya struktur yang menjadi pengontrol manifestasi air panas Sebau didaerah panas bumi Sembalun. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian tahap lanjut dalam pengembangan potensi panas bumi didaerah Sembalun.

Sembalun geothermal field is located in East Lombok, Nusa Tenggara Barat. Geological, geochemical, and geophysical field surveys were conducted in 2007 by the research team from Geological Agency. From the results of measurements and field surveys, geothermal manifestations were found hotspring, in the form of Sebau hot water and Orok warm water. In addition to the manifestations found, there are also altered rocks in the Sembalun Lawang area and geological structures that are thought to control the geothermal manifestations of Sembalun. Based on gravity lineament data conducted by the PSDG research team in 2007, the orientation of the fault pattern is dominated by the North-South direction. While based on analysis of satellite gravity data, the distribution of the structure around the manifestation, orientation of the structure is dominated by the Southwest-Northeast which is almost north-south like a research of Geological Agency. By utilizing this satellite gravity method, structures were found that control the manifestation of the Sebau hot springs in the Sembalun geothermal area. The results of this study can be used to conduct further research in the development of geothermal potential in the Sembalun area. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Dwi Jayanti
"Skripsi ini membahas tentang ambiguitas identitas etnis yang terjadi di kalangan generasi muda Okinawa yang tinggal atau pernah tinggal di Jepang.Penulisan skripsi ini menggunakan metode analisis deskriptif. Melalui skripsi ini akan terlihat bagaimana perbedaan sejarah, budaya, politik-ekonomi, adanya stereotip tertentu telah memunculkan suatu perasaan ?berbeda? di dalam diri generasi muda Okinawa. Pada akhirnya ambiguitas identitas ini dimanifestasikan secara nyata dalam pengalaman hidup generasi muda Okinawa dalam interaksinya dengan orang Jepang, khususnya generasi muda Jepang.

This thesis discusses the ambiguities of ethnic identity that occurs among young people of Okinawa who live or once lived in Japan.This research applies descriptive-analytical method. In this research, we will be seen how differences in historical, cultural, political-economy, the existence of certain stereotypes have led to a feeling "different" within the young generation of Okinawa. Finally, the ambiguity of identity is manifested in real life experience of young people in Okinawa in interaction with Japanese people, especially the younger generation of Japanese."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S16
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Anindya Purnawan
"Latar belakang: Manifestasi okular pada psoriasis sering tidak disadari baik oleh dokter maupun pasien. Kelainan mata disebabkan oleh predisposisi genetik, invasi lesi kulit, reaksi autoimun, peradangan sistemik, atau efek samping pengobatan pada psoriasis. Secara global, manifestasi okular berkisar antara 10–80%, dengan kasus berat dapat menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Meskipun demikian, skrining mata belum secara resmi direkomendasikan dalam alur tata laksana psoriasis di Indonesia. Instrumen sederhana, misalnya daftar tilik, penting dalam mendeteksi dini dan merujuk ke dokter spesialis mata (Sp.M) guna mencegah kerusakan okular yang permanen. Penelitian ini bertujuan membuat instrumen daftar tilik yang valid, reliabel, dan sensitif untuk mempermudah skrining kelainan mata pada psoriasis.
Metode: Penelitian ini terdiri atas 2 tahap. Tahap pertama penyusunan instrumen daftar tilik berdasarkan gejala subjektif dan objektif kelainan mata pada psoriasis vulgaris, yang diberikan masukan melalui focus group discussion oleh ahli di bidang dermatologi venereologi dan estetika serta mata. Pasien psoriasis vulgaris yang berobat di Poliklinik Dermatologi dan V enereologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, diperiksa menggunakan instrumen daftar tilik oleh dokter spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika (Sp.D.V.E). Kemudian seluruh subjek penelitian (SP) dilakukan pemeriksaan mata lengkap oleh dokter Sp.M, untuk mengonfirmasi hasil pemeriksaan sebagai baku emas. Hasil data dianalisis untuk mendapatkan nilai validitas, reliabilitas, dan sensitivitas instrumen daftar tilik.
Hasil: Sebanyak 60 SP mengikuti penelitian ini. Instrumen daftar tilik yang dihasilkan memiliki validitas, reliabilitas, dan sensitivitas baik, dengan koefisien korelasi Pearson 0,771 (>0,7) nilai p <0,05, Cronbach α 0,712 untuk pemeriksaan Sp.D.V.E dan 0,721 pada pemeriksaan oleh Sp.M, serta interclass correlation coefficient (ICC) 0,801, serta sensitivitas 94%. Prevalensi kelainan mata yang ditemukan sebesar 84,17% dengan urutan terbanyak yaitu meibomian gland dysfunction (MGD), dry eye, dan katarak. Kelainan mata lainnya berupa glaukoma dan blefaritis juga ditemukan, namun tidak terdapat SP dengan konjungtivitis.
Kesimpulan: Instrumen daftar tilik valid, reliabel, dan sensitif dalam mendeteksi dini kelainan mata pada psoriasis.

Background: Ocular manifestations in psoriasis often go unnoticed by both doctors and patients. These manifestations may arise from genetic predisposition, skin lesion invasion, autoimmune responses, systemic inflammation, or adverse effects of psoriasis treatment. Globally, ocular manifestations in psoriasis range from 10% to 80%, with severe cases causing permanent vision impairment. Despite these implications, ocular screening is not officially recommended in Indonesian psoriasis treatment guidelines. Simple instruments, such as a checklist, are crucial in early detection and referral to ophthalmologist. This study aims to develop a valid, reliable, and sensitive checklist instrument to facilitate screening for ocular abnormalities in psoriasis.
Methods: This study consists of two phases. The first phase involves the development of a checklist instrument based on subjective and objective ocular symptoms in psoriasis vulgaris, with input from focus group discussions with experts in dermatovenereology and ophthalmology. Psoriasis vulgaris patients treated at the Dermatology and Venereology Clinic of the National General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo underwent eye examinations using the checklist instrument conducted by dermatovenereologist. Subsequently, ophthalmologists performed comprehensive eye examinations on all participants to confirm results as the gold standard. Data were analyzed for validity, reliability, and sensitivity of the checklist instrument.
Results: Sixty subjects participated, with checklist instrument demonstrates good validity, reliability, and sensitivity, with a Pearson correlation coefficient of 0.771 (>0.7), p-value <0.05, Cronbach’s α of 0.712 for examinations by dermatovenereologist and 0.721 for ophthalmologists, as well as an interclass correlation coefficient (ICC) of 0.801, and a sensitivity of 94%. The prevalence of eye disorders found in this study is 84,17%, with the most common eye disorders being meibomian gland dysfunction (MGD), dry eye, and cataracts. Glaucoma and blepharitis were also identified, but no subjects had conjunctivitis.
Conclusion: The checklist instrument is valid, reliable, and sensitive in the early detection of ocular manifestation in psoriasis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Dani Martiwi
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di pesantren dengan gejala rasa gatal yang hebat sehingga mengganggu aktivitas santri. Untuk itu perlu dilakukan pengobatan serentak yang diikuti penyuluhan sebagai upaya pencegahannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies di pesantren X, Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah pre-post study menggunakan teknik total sampling sejumlah 140 orang. Pengambilan data pada tanggal 22 Januari 2010 dengan cara responden mengisi kuesioner mengenai gejala klinis skabies sebelum dan sesudah penyuluhan.
Hasilnya menunjukkan 56,4% berusia <15 tahun, 57,9% laki-laki, 51,4% santri tsanawiyah, 36,4% santri mendapatkan sumber informasi kurang sama dengan tiga, dan 62,8% menyatakan dokter sebagai sumber informasi paling berkesan. Sebelum penyuluhan, 2,9% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 71,4% kurang. Setelah penyuluhan 28,6% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 27,1% kurang.
Uji marginal homogeneity menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan (p<0,001). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05). Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden setelah penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05).
Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies tidak dipengaruhi karakteristik santri, namun dipengaruhi penyuluhan.

Scabies is skin disease that cause severe itching that disrupts activity of students in pesantren. For that we need to concurrent treatment and health promotion followed as prevention efforts.
The research objective is to determine the effect of education on the level of knowledge for students about the clinical manifestation of scabies. This pre-post study were taken using total sampling(140). Data is collected on January 22, 2010 by respondents fill out questionnaires before and after health promotion.
The results before health promotion showed 2,9% of students classified as good levels of knowledge and 71.4% less. After the health promotion 28,6% students classified as good and 27,1% less. Marginal homogeneity test showed there were significant differences between the level of knowledge before and after health promotion (p<0.001).
Kolmogorov-Smirnov test showed no significant differences between respondents level of knowledge before education with their characteristic. Chi-Square test showed no significant differences between respondents level of knowledge after health promotion with their characteristic.
It was concluded that the students’s knowledge level about clinical manifestation of scabies didn’t influenced by their characteristic, but influenced by the health promotion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yuniar
"Defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD) adalah kelainan metabolisme bawaan pada sel darah merah akibat defisiensi enzim yang paling sering ditemui. Defisiensi enzim ini diperkirakan mengenai kurang Iebih 400 juta orang di dunia dengan prevalensi tertinggi terdapat di daerah tropis Afrika, Timur Tengah, daerah tropis dan subtropis Asia, beberapa daerah di Mediteranea dan Papua Nugini. Insiden defisiensi G-6-PD berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tertinggi pada bangsa Yahudi yaitu 70%, diikuti daerah Afrika 26%, China 1,9-16% dan Italia 0-7%.2.
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada defisiensi enzim G-6-PD berupa anemia hemolitik akut dan ikterus yang menetap pada neonatus. Terdapatnya anemia ringan, morfologi sel darah merah yang abnormal dan peningkatan kadar retikulosit sangat mungkin disebabkan oleh proses hemolitik yang dapat terjadi balk pada bayi prematur atau cukup bulan dengan defisiensi enzim G-6-PD. Antara bulan September 1975 sampai dengan bulan Oktober 1976, Suradi telah memeriksa adanya defisiensi enzim G-6-PD, menggunakan uji tapis dengan metode Bernstein pada 3200 neonatus yang lahir di RSCM. Pada penelitian ini didapatkan 85 neonatus (2,66%) menderita defisiensi enzim tersebut dan 35 neonatus diantaranya menjadi ikterus. Pada beberapa kasus, ikterus neonatorum dapat sangat berat sehingga menyebabkan kerusakan otak permanent bahkan sampai meninggal. Munculnya manifestasi klinik pada anemia hemolitik dapat dicetuskan oleh obat-obatan, infeksi atau favism.
Ikterus neonatorum yang disebabkan oleh defisiensi G-6-PD mempunyai banyak variasi pada berbagai populasi baik mengenai frekuensi maupun beratnya penyakit. Secara biokimia ditemukan kurang lebih 400 varian yang berbeda. Pada daerah Afrika Banat dan Asia Tenggara, defisiensi enzim G-6-PD ditemukan pada 30% ikterus neonatorum. Penyebab variasi ini tidak sepenuhnya diketahui, yang jelas berperan adalah faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik yang mendasari variasi ini diduga karena terdapat mutasi pada gen G-6-PD. Analisis molekular untuk melihat adanya mutasi ini telah dilakukan dan didapatkan kurang lebih 122 varian. WHO membagi varian-varian ini menjadi 5 kelas dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda.
Di Indonesia defisiensi enzim G-6-PD secara biokimia pertama kali diteliti oleh Kirkman dan Lie Injo pada tahun 1969, kemudian diikuti oleh beberapa penelitian lain. Secara analisis molekuler juga telah dilakukan penelitian pada orang dewasa normal dengan hasil mutasi terbanyak terdapat pada ekson 5,6,11 dan 12. Sumantri dkk pada tahun 1995 melakukan penelitian defisiensi enzim G-6-PD dengan subyek orang dewasa normal dan melaporkan bahwa varian G-6-PD Mahidol (ekson 5), Taipe Hakka (ekson 5), Mediteranean (ekson 6), dan Kaiping (ekson 12) terdapat pada suku Jawa. Iwai dkk pada tahun 2001 melakukan skrining pemeriksaan enzim G-6-PD pada berbagai negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia dengan subyek laki-laki dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan diagnosis anemia hemolitik akut. Pada penelitian ini ditemukan varian Vanua Lava (ekson 5) terdapat pada suku Ambon, dan varian Coimbran (ekson 6) pada suku Jawa."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>