Ditemukan 858 dokumen yang sesuai dengan query
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6804
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6828
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6808
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S7139
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S7643
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sisca Ellyanto
"Penelitian ini menganalisis mengenai tingkat partisipasi perempuan Jepang dalam dunia kerja dan kaitannya dengan bankonka di Jepang. Jumlah bankonka di Jepang terus mengalami peningkatan dan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Pada masa sebelum perang, perempuan hanya bekerja sebagai kazoku roudousha (pekerja keluarga) dan tidak memperoleh penghasilan. Namun, hal tersebut berubah setelah masa Perang Dunia II, jumlah perempuan yang menjadi koyousha (pegawai) pun meningkat. Dengan meningkatnya koyousha, perempuan pun menjadi semakin mandiri secara finansial. Hal ini menyebabkan perempuan enggan untuk menikah karena mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mereka tidak ingin kehilangan kebebasan. Hasilnya, mereka lebih memilih karir daripada membangun sebuah keluarga dan jumlah bankonka pun meningkat.
This research analyzed the rate of participation of Japanese women in the labor force and its relation to bankonka in Japan. The number of bankonka in Japan is increasing and one of the reasons is the increasing of the number of working women. In the period before the war, women worked just as kazoku roudousha (family workers) and they have no income. However, this condition changed after World War II, the number of women who become koyousha (wage employee) increases. By the increasing of koyousha, women became more financially independent. This causes women are reluctant to marry because they can sustain themselves and they do not want to lose their freedom. Thus, they prefer career instead to build a family and the number of bankonka increases."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43646
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Denny Khusen
Jakarta: Badan Penerbit FKUI, [date of publication not identified]
613.04 DEN r (1);613.04 DEN r (2)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ratih Aulia Anggardiani
"Setelah Perang Dunia II, kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi dan bekerja bagi wanita Jepang semakin besar. Terbukanya kesempatan ini membuat wanita Jepang memiliki pilihan lain dalam hidupnya selain menikah. Dewasa ini, semakin banyak wanita yang memilih untuk berkarir dan tidak menikah. Meski memiliki kesuksesan dalam berkarir, ada pelabelan negatif bagi para wanita lajang tersebut, yakni “makeinu”. Dengan menggunakan metode kualitatif, tulisan ini mendeskripsikan fenomena makeinu, yang berkaitan dengan berubahnya cara pandang wanita Jepang terhadap pernikahan serta pelabelan kalah (make) terhadap wanita yang lebih memilih bekerja dibandingkan menikah dan melahirkan anak-anak.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa meski mendapat label negatif sebagai makeinu, sebenarnya para wanita lajang tersebut bukanlah orang-orang yang gagal. Mereka adalah orang yang mandiri secara ekonomi dan menikmati kebebasan yang mereka miliki. Selain itu, karena gambaran makeinu yang sedikit berbeda yang diperlihatkan oleh para selebritis Jepang di berbagai media massa belakangan ini, makeinu tidak lagi dilihat sebagai hal yang memalukan, melainkan dianggap sebagai cara hidup baru.
After World War II, the opportunity to get higher education and to work for Japanese women is rising. The rising of this opportunity has made the Japanese women have another choice in their lives besides marriage. Nowadays, more and more women choose for a career path and decide to live single. Despite having a success in career, there is a negative labeling for those single women, which is “makeinu”. By using qualitative method, this paper describes makeinu phenomenon, which is related to the change in the perspective of Japanese women toward marriage and labeling lose (make) for women who prefer to work than to marry and bear children. From this study it can be concluded that despite getting a negative label as makeinu, actually these single women are not the ones who failed. In fact, they are economically independent and enjoying their freedom. Furthermore, due to the slighlty different image of makeinu which shown by Japanese women celebrities trough various mass media recently, makeinu is no longer seen as a shameful thing, but as a new way of life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Sukarno
Djakarta: Panitya Penerbit Buku-buku karangan Presiden Sukarno, 1963
396.9 SUK s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998
297.2 UWA jt
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library