Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verne, Jules
Bandung: Qanita, 2017
843 VER c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Putri Tarmono
"Karya sastra merupakan produk yang dapat mencerminkan kehidupan masyarakat. Salah satu isu sosialnya adalah mengenai wanita. Citra wanita dapat tergambar dari alur kehidupannya, oleh karenanya jika alur kehidupannya berbeda tentu akan menimbulkan karakter yang berbeda pula. Penggambaran citra wanita methakil merupakan sosok wanita yang tidak seperti wanita Jawa pada umumnya. Permasalahan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu 1. Bagaimana penggambaran citra wanita methakil dalam novel Wanita Methakil, dan 2. Bagaimana relevansi dan implikasi bagi wanita masa kini. Tujuan dalam penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai citra wanita methakil dan memberikan suatu pendidikan karakter pada wanita masa kini. Deskriptif kualitatif di gunakan sebagai metode penelitian dengan pendekatan objektif sebagai cara untuk menganalisis citra di dalam novel. Hasil dari penelitian ini terdiri dari: 1. Citra wanita methakil terbagi atas karakter kurangnya kontrol diri dan bertanggung jawab, dan 2. Implikasi didapatkan melalui pendidikan karakter yang tergambar dalam citra wanita di Serat Candrarini sebagai pembelajaran bagi wanita masa kini agar tidak mengarah pada karakter wanita methakil yang buruk. Didapatkan kesimpulan bahwa citra wanita methakil adalah contoh karakter yang buruk sehingga dapat dijadikan sebagai batasan dalam berperilaku khususnya bagi wanita.

Literary works are products that can reflect the life of society. One of the social issues is about women. The image of a woman can be depicted from the flow of her life; therefore, if the flow of life is different, it will certainly lead to different characters. The depiction of Methakil's female image is of a female figure who is not like Javanese women in general. The problems in this study consist of two: 1. How is the depiction of the image of methakil women in the novel Wanita Methakil, and 2. what are the relevance and implications for women today? The purpose of this study is to provide an overview of the image of methakil women and provide character education for women today. Descriptive qualitative is used as a research method with an objective approach as a way to analyze the image in the novel. The results of this study consist of: 1. The image of a methakil woman is divided into characters with lack of self-control and responsibility; and 2. The implication is obtained through character education depicted in the image of women in Serat Candrarini as a lesson for women today so as not to lead to the bad character of methakil women. It is concluded that the image of a methakil woman is an example of a bad character, so that it can be used as a limitation in behavior, especially for women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
"ABSTRAK
PERMASALAHAN: HIV/AIDS dan Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Wanita usia subur, khususnya yang berpenghasilan rendah pengunjung Puskesmas semakin rentan terhadap risiko penularan kedua penyakit tersebut. Sampai saat ini belum ada model upaya promotif dan preventif di Puskesmas yang mengintegrasikan pelayanan penyakit menular seksual (PMS) ke dalam pelayanan BP/KIA/KB di Puskesmas.
TUJUAN PENELITIAN: Mengembangkan model intervensi guna menurunkan risiko infeksi PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B bagi wanita usia reproduksi wanita hamil dan peserta KB berpenghasilan rendah melalui keterpaduan program PMS dengan program kesehatan reproduksi di klinik KIA/KB dan BP di Puskesmas daerah perkotaan dan pedesaan.
METODA PENELITIAN: Desain penelitian adalah Kuasi eksperimen, yaitu one group pre dan post test tanpa kelompok kontrol. Dalam intervensi ini dilakukan observasi awal, intervensi dan observasi akhir tanpa menggunakan kelompok kontrol
Pengumpulan data pre intervensi adalah: a) survei PSP (Pengetahuan, Sikap & Praktek) terhadap 400 ibu pengunjung BP/KIA/KB yang dipilih secara acak dan b) skrining terhadap 1200 ibu pengunjung BP/KIA/KB menggunakan sediaan basah dan pewarnaan Gram. Selain itu, dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam 4 dokter Puskesmas; Diskusi Kelompok Terarah (DKT) masing-masing 4 kelompok petugas Puskesmas dan ibu usia reproduksi pengunjung BP/KIA/KB; pengamatan pelayanan BP/KIA/KB dan data Iayanan suntik dan penggunaan jarum & syringe (tabung jarum suntik).
Sedangkan pada post intervensi yang dikumpulkan adalah data survei PSP pada 400 ibu pengunjung ' BP/KIA/KB; studi kualitatif pada petugas Puskesmas (dokter, paramedis, petugas lab); pengamatan pada pelayanan BP/KIA/KB serta data layanan suntik dan penggunaan jarum & syringe.
Lokasi penelitian adalah di 4 wilayah Puskesmas, yaitu 2 di perkotaan (Puskesmas Kec. Koja dan Ciracas di DKI Jaya) dan 2 di pedesaan (Puskesmas Kec. Pamanukan, Kab. Subang dan Kec. Pulomerak Kab. Serang, Jabar).
Analisis data kualitatif dilakukan secara content analysis. Hasil survei disajikan dalam distribusi frekwensi, tabulasi silang PSP yang berkaitan dengan PMS, HIV/AIDS, Hepatitis B & kebiasaan suntik dengan membandingkan pre dan post intervensi dan membandingkan lokasi perkotaan dan pedesaan. Uji kemaknaan dilakukan dengan Chi-square. Dari skrining PMS dikemukakan hasil yang dilakukan oleh Puskesmas dan konfirmasi pemeriksaan oleh Bag. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, FKUI/RSCM.
HASIL PENELITIAN: Karakteristik responden sebelum dan sesudah intervensi tidak berbeda. Dua diantara lima responden baik di kota maupun desa menderita infeksi PMS/ saluran reproduksi. Bila dilihat secara keseluruhan intervensi penyuluhan yang dilakukan berdampak pada kenaikan proporsi responden yang mengetahui HIV/AIDS & bahaya penggunaan jarum suntik tetapi tidak memiliki dampak pada PSP yang berkaitan dengan PMS dan Hepatitis B. Perubahan pengetahuan petugas Puskesmas sebagai hasil intervensi cukup baik tetapi belum memiliki dampak positif terhadap praktek interaksi antara petugas-pasien maupun sterilisasi alat. Namun dari data pelayanan suntikan sekalipun proporsi yang disuntik di BP baik perkotaan maupun pedesaan (kecuali Pamanukan) relatif meningkat tetapi penggunaan jarum suntik berulang berkurang. Demikian juga penggunaan syringe berulang juga turun tetapi rasionya belum mencapai 1:1.
Dampak intervensi yang belum nyata dan signifikan ini dapat disebabkan antara lain penyuluhan yang dilakukan hanya intensif pada saat terjadwal sesuai kegiatan proyek, sesudah itu berjalan tetapi kurang intensif, penyuluhan hanya terbatas di Puskesmas sehingga jangkauannya terbatas, sedang yang terpajan penyuluhan mungkin tidak terpilih sebagai sampel, jarak antara selesainya penyuluhan terjadwal dan evaluasi relatif panjang (6 bulan). Dilain pihak, perubahan PSP pada pengunjung maupun petugas memerlukan waktu relatif lama.
KESIMPULAN DAN SARAN: Kejadian infeksi PMS dan saluran reproduksi di kalangan WUS pengunjung BP/KIA/KB di perkotaan maupun pedesaan cukup tinggi yaitu sekitar 43,5%. Teknik pemeriksaan PMS sederhana dapat dilakukan di Puskesmas dengan pelatihan dan kualitas tenaga yang memadai dan supervisi yang baik. Sesudah intervensi, PSP WUS mengenai PMS dan Hepatitis B tidak banyak berubah_ Namun pengetahuan tentang HIWAIDS dan bahaya penggunaan jarum suntik berulang meningkat demikian juga kesediaan membayar sendiri jarum/syringe bertambah. Sekalipun interaksi petugas-pasien dan praktek sterilisasi alat di Puskesmas belum banyak perbaikan dan ada kenaikan permintaan suntik di BP tetapi penggunaan jarum dan syringe berulang terjadi kecenderungn penurunan. Telah dikembangkan model intervensi berupa pelatihan petugas Puskesmas mengenai manajemen dan pencegahan PMS termasuk HIV/AIDS, Hepatitis B & Pencegahan pemberian suntikan berulang serta materi baku yang terdiri dari silabus dan bahan serta penunjang pelatihan. Selain itu juga dikembangkan model serupa bagi ibu pengunjung BPIKIAIKB di Puskesmas termasuk materi dan penunjang penyuluhan.
Disarankan agar pelaksanaan penyuluhan bagi pengunjung BP di Puskesmas hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan dengan pengunjung Klinik KIA/KB. Perlu adanya pemantapan teknik penyuluhan bagi petugas pelaksana, khususnya KIA/KB. Evaluasi dampak dan hasil akhir model ini sebaiknya dilakukan minimal sesudah kegiatan penyuluhan berjalan 6 bulan sehingga perubahan pada kebiasaan dan praktek dapat terlihat lebih nyata.
Model skrining PMS di Puskesmas secara sederhana dapat dikembangkan lebih lanjut pada program Paket Ibu Bayi (Mother Baby Package-WHO) yang akan dikembangkan pemerintah dalam waktu dekat. Disarankan, hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pemegang kebijakanlpengelola program di Departemen Kesehatan.

ABSTRACT
Intervention to Reduce Risk of HIV/AIDS And Hepatitis B Among Low Income Reproductive Age Women Attending an Ambulatory/ Mother & Child Health And Family Planning Clinic at The Puskesmas in DKI Jakarta And West Java, 1994-1996THE RESEARCH PROBLEM: In Indonesia, HIV/AIDS and Hepatitis B have become major and critical public health problems. At present there is no cure for these two diseases. The low income married women of reproductive age (MWRA) are becoming more and more susceptible to the risk of infection of sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/AIDS. Currently a model of integrating STD services into the existing ambulatory/mother & child health (MCH/family planning (FP) services in the Puskesmas is nonexistent).
THE RESEARCH OBJECTIVES: To develop an intervention model in reducing the risk of STDs including HIV/AIDS and Hepatitis B infection for low income MWRA through integrating STD services into MCH/FP services in the Puskesmas both for urban as well as rural areas.
METHODOLOGY OF THE STUDY: The design of the study was one group pre and post test without a control group (a Quasi-experimental design). A measurement was conducted at the beginning of the study then followed by intervention and evaluation! measurement after the intervention. Three different measurements were conducted prior to the intervention period namely a (a) KAP (Knowledge, Attitude & Practice) survey on STD/HIV/AIDS, Hepatitis B and Danger of Reuse of Needles and Syringes among randomly selected 400 MWRA visiting ambulatory/MCH and FP clinics, (b) STD screening using wet-mount and Gram stain among 1200 of the similar clinic attendants, and (c) qualitative assessments: in-depth interviews were conducted with 4 PHC doctors, each four FGDs (Focus Group Discussion) with public health center personnel and selected MWRA were performed. Observation were made on the interaction of the health personnel and the clients and the sterilization techniques took place in the PHC.' After the intervention, a similar KAP survey was conducted among another 400 MWRA attending the above same facilities and in-depth interviews with PHC personnel and observation of the personnel-client interaction, sterilization techniques. Data concerning injection practices and the use of needles and syringes were also collected before and after the intervention.
Content analysis technique was used to analyse the qualitative data. Frequency distribution and cross tabulation were used to depict the results of the KAP survey describing pre and post intervention status or urbanlrural differences. Chisquare test was performed as required. The results of the STD screening was shown as it was conducted by PHC lab technicians and rechecked by the Dept of Dermatovenerology of the School of Medicine, the Univ. of Indonesia) RSCM General Hospital.
RESULTS OF THE STUDY: Social demographic characteristics of the respondents pre and post intervention was quite similar. Two out of five respondents both in the urban and rural areas suffering of STD/Reproductive Tract Infection (RT9. The intervention seems to have an effect on the increase of the proportion of the respondents who knew about HIV/AIDS and the danger of reusing needles and syringes. However, it has no effect on the PSP of the respondents concerning STD and Hepatitis B. There was a change in the knowledge of the PHC personnel concerning STD, HIV/AIDS and Hepatitis B, yet there was no apparent effect on the pattern of interaction between providers and the clients and the sterilization technique in the PHC. Although there is an increased proportion of injection demands in the ambulatory clinic both in the urban and rural areas (except Pamanukan) there was a decrease on the reuse of the needles as well as the syringes. The ratio of the use of syringe were close to I:1.
The impact of the intervention was not prominent and significant due to others among the following factors: the intensive health education probably took place during the tight schedule of the project only, after the recommended schedule it took place unregularly; health education was limited in the Puskesmas, therefore the coverage is limited; those who were exposed to the health education were likely not selected as the sample of the survey, and the interval between completed recommended health education intervention and the evaluation was too long. On the other hand change of practice especially among the MWRA attending the PHC and also the personnel of the PHC took a relatively longer time.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS: STD and RTI infection among the MWRA attending the PHC clinic both in the urban and rural were relatively high about 43.5%. Simple technique of screening STD at the PHC was feasible with appropriate training and relatively good quality of lab technician and good supervision. After the intervention the KAP of the MWRA concerning STD and Hepatitis B was likely to remain unchanged. However, their knowledge concerning HIV and AIDS and the danger of using needles and syringes were increased. There was also an increase on the willingness of the client to pay for the disposable needle and syringe for the injection. Although the interaction of the client and the health personnel as well as sterilization technique at the Puskesmas was still unsatisfactory and there was an increased demand of injection in the ambulatory clinic, overall there is a reduction on the reuse of the needles and syringes. An intervention model including training for the PHC personnel concerning management and prevention of STD including HIV/AIDS, Hepatitis B and Prevention of Reuse of Needles and Syringes. It also made available of the module of training of the MWRA including health education materials. It is recommended that the ambulatory clinic visitors should be not be the same health education target audience with the MCH and FP clinic attendants. It is also recommended to retrain the skills on health education among the PHC personnel. The final output evaluation should be conducted at least after six months of the health education intervention so that substantial change of practice took place among both MWRA and PHC personnel. The experience of conducting STD screening in the Puskesmas could be useful in the upcoming promotion program of the WHO's Mother Baby Package by the Ministry of Health. An advocation should be made to follow-up the result of this study to both program holder and decision makers at the Ministry of Health."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lasmini Soedjono
"Apabila ditelusuri segi-segi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Bali, maka tampak kenyataan akan adanya Wanita pencari pasir, penumbuk padi, penggarap pertanian, buruh bangunan, pedagang, penenun, pegawai negeri, karyawati swasta dan lain-lain. Kenyataan seperti ini cukup memberikan gambaran tentang profil Wanita Bali sebagai Wanita yang cinta bekerja. Kerja dan seni adalah merupakan suatu kharakter khas dari kehidupan Wanita Bali. Hal-hal tersebut diatas, dalam penelitian Penawaran Tenaga Kerja Wanita di Propinsi Bali, berdasarkan data SAKERNAS Tahun 1987 didapat temuan.
Bahwa antara jam kerja dan upah yang merupakan fungsi penawaran tenaga kerja mempunyai hubungan negatif, yaitu semakin tinggi upah, semakin rendah jam kerjanya baik di Perkotaan maupun di Perdesaan. Hanya untuk pendidikan SMTA+ di Pedesaan, hubungan jam kerja dan upah bersifat positif, semakin tinggi tingkat upah, jam kerjanya juga semakin tinggi.
Sama dengan penelitian di Daerah lain (Saleh, Penawaran Tenaga Kerja Wanita Berdasarkan Status Atau Peran Dalam Rumah Tangga di Sumatera Selatan, 1987), pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap jam kerja dan upah, diketahui bahwa pengaruh pendidikan terhadap upah mempunyai pengaruh yang positif, dimana semakin tinggi pendidikan pekerja Wanita makin tinggi penghasilan yang diterimanya. Dan dari segi jam kerja, pekerja Wanita yang berpendidikan SD tamat menawarkan jam kerja yang lebih besar dari pada mereka yang tamat SMTA+.
Untuk daerah tempat tinggal sebagai latar belakang seseorang/tenaga kerja Wanita dalam berpartisipasi di pasar kerja dari hasil estimasi tersebut diketahui bahwa untuk masing-masing pekerja Wanita dengan kelompok pendidikan yang diperhatikan ternyata daerah tempat tinggal mempunyai pengaruh yang berbeda. Misalnya bagi Wanita yang bekerja dan bertempat tinggal di Perkotaan menawarkan jam kerja yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang bekerja dan bertempat tinggal di Pedesaan, walaupun mereka mempunyai kelompok pendidikan yang sama."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Totok Sapto Gondo
"Sepanjang pengetahuan penulis bahwa sampai saat ini masalah kelaskaran wanita belum pernah ditulis secara khusus dan terperinci. Beberapa tulisan yang berhubungan dengan masalah tersebut masih berkisar dalam bentuk ki_sah perjuangan pelaku-pelaku sejarah laskar wanita itu. Tulisan-tulisan yang menyinggung peranan .laskar ,wanita Pada masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949, masih dalam bentuk artikel-artikel yang dimuat dalam surat kabar dan majalah. Adapun yang menjadi pusat perhatian para penulis artikel-artikel itu adalah pelaku-pelaku sejarahnya sedangkan masalah organisasi kelaskaran wanita tidak dijelaskan secara lenglap. Kelaskaran wanita merupakan organisasi rakyat yang bersifat militer yang turut berperan pada waktu bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaan, organi sa_si kelaskaran wanita ini berjuang bersama-sama pejuang pejuang; pria di garis depan dan garis belakang nenurut pembagian tugas yang ditentukan oleh masing-masing organisasi kelaskarannya. Dengan demikian organisasi-organi_sasi kelaskaran wanita ini dapat dikatakan sebagai bagi-an yang tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pengungkapan peranan kelaskaran wanita merupakan salah satu usaha untuk melengkapi sejarab Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S12571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Lasminah
"ABSTRAK
Umi Lasminah ( N.P.M. 0791040267 ), Demonstrasi Wanita 17 Desember 1953 Sikap PERWARI menolak PP 19 Th.1952, ( Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia dibawah bimbingan Nana Nurliana, S.S, M.A, Sudarini, S. S, M.A ), 1996, 110 hlm. Penulisan sejarah tentang wanita di Indonesia periode demokrasi liberal, khususnya tahun 1953 dengan fokus demonstrasi wanita oleh PERWARI pada 17 Desember 1953. Perrnasalahan yang akan dibahas ialah demonstrasi wanita dan gerakan wanita dalam menuntut Undang-undang Perkawinan serta dihapuskannya PP 19 Th.1952. Pada masa revolusi 1945-1949 gerakan wanita kurang memfokuskan perjuangannya pada masalah perkawinan, karena saat itu sumber daya wanita diarahkan pada pejuangan nasional mempertahankan kemerdekaan. Keikut sertaan wanita mendukung revolusi tersebut, dilakukan dengan kesadaran, melalui pembentukan organisasi wanita yang mendukung perjuangan. Usai revolusi, dalam negara dengan sistem pernerintahan liberal, gerakan wanita kernbali memperjuangkan perlindungan hukum dalam perkawinan. PERWARI sebagai organisasi yang terbentuk pada masa revolusi melanjutkan perjuangan gerakan wanita menuntut Undang-undang Perkawinan. Perjuangan wanita menuntut Undang-undang Perkawinan dilakukan PERWARI bersama organisasi wanita lain, sebelum dan sesudah dikeluarkannya PP 19 Th.1952 akhir Juni 1952. PP 19 Th.1952 yang melegalkan poligami tidak dapat diterima oleh organisasi wanita, khususnya PERWAR1, dimana pada saat yang sama sedang dalam proses penyusunan Undang-undang Perkawinan. PERWARI keenudian melakukan usaha untuk menghapuskan PP 19 Th.1952 dan menuntut UU Perkawinan, diantaranya dengan mengeluarkan mosi dan melakukan demonstrasi. Demonstrasi yang dilakukan merupakan bagian acara peringatan Ulang Tahun Sewindu PERWARI, 17 Desember 1953. Demonstrasi tersebut juga merupakan puncak perjuangan PERWARI menuntut UU Perkawinan, akan tetapi aksi demonstrasi tersebut tidak segera membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Undang-undang Perkawinan belum ada, PP 19 Th.1952 tidak dihapuskan. Usaha dan perjuangan PERWARI tersebut tidak segera tercapai saat itu, karena kondisi dan sistem politik yang berlangsung tidak mendukung perjuangannya.

"
1996
S12529
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Chrismanto A.
"ABSTRAK
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk menyajikan suatu organisasi Wanita Islam Aisyiyah. Organisasi ini mempunyai keunikan, yaitu dengan banyaknya didirikan lembaga-lembaga Islam, seperti, masjid istri yang pertama di Yogyakarta.bahkan di Indonesia, kegiatan majelis taklim, sekolah ke_bidanan, rumah sakit bersalin, kegiatan dakwah di kalangan wanita, taman kanak-kanak (Bustanul, Athfal), dan kegiatan anak asuh. Semuanya itu merupakau sumbangsih wanita Islam di Indonesia dalam bidang sosial dan pendidikan.Melihat adanya lembaga-lembaga Islam tersebut, timbulah keinginan saya untuk memajukan suatu karya tulis tentang or_ganisasi wanita Islam Aisyiyah, sebagai skripsi untuk men_capai gelar sarjana sastra program studi Arab.Di dalam pengumpulan data untuk penulisan skripsi saya menggunakan metode Penelitian pustaka, yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku, majalah-Majalah, dan brosur-brosur.

"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S13199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Musdah Mulia
"Buku ini merupakan panduan singkat dan praktis bagi siapapun yang ingin memahami ajaran Islam terkait posisi dan kedudukan perempuan. Sangat mudah dipahami karena dituis dengan bahasa yang lugas dan sederhana disertai dalil-dalil Qur'an dan hadist. Islam datang memproklamirkan kemanusiaan perempuan sebagai manusia utuh. Perempuan adalah mahluk mulia yang memiliki harkat dan martabat. Islam menegaskan bahwa semua manusia (perempuan dan laki-laki) diciptakan dari unsur yang satu (nafs wahidah). Islam sangat tegas menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar laki-laki."
Jakarta: Bisma Optima, 2014
297.43 MUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Biran Affandi
"Sebuah studi intervensi telah dilaksanakan di delapan puskesmas di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, sejak April 1994 sampai dengan December 1996. Ada dua komponen intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pemberdayaan wanita dan rujukan obstetrik-perinatal. Komponen pemberdayaan wanita terdiri atas paket kegiatan kemitraan dalam melakukan penelitian dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat dan kegiatan tutorial bagi ibu-ibu usia reproduktif di desa. Sementara komponen rujukan obstetrik dan perinatal berupa pengembangan model pelayanan obstetrik-perinatal di tingkat primer yang mendapat pengayoman dari dokter spesialis kehidanan dan spesialis kesehatan anak di rumah sakit rujukan.
Kegiatan intervensi dilakukan dalam paket-paket kegiatan lokakarya penelitian untuk LSM setempat, pelatihan tutor, dokter/bidan puskesmas, bidan di desa, magang/pembinaan dukun bayi serta pengadaan alat, bahan habis pakai dan obat esensial untuk pelayanan obstetri dan perinatal. Dari kegiatan intervensi ini telah dilatih dan dilihatkan 5 LSM setempat, 9 dokter puskesmas, 16 bidan puskesmas, 23 bidan di desa, 104 tutor, dan 255 dukun bayi. Setelah kegiatan lokakarya dan pelatihan tersebut di atas, kegiatan tutorial dan rujukan obstetrik dan perinatal diimplementasikan. Kepada para tutor diberikan 3 paket kegiatan toturial, setiap paket terdiri dari 8 kegiatan pertemuan kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 8-10 orang. Selama implementasi kegiatan telah dilakukan 2043 kali kegiatan tutorial di desa yang memberi penyuluhan kesehatan dan keluarga berencana pada 2629 ibu usia reproduktif.
Evaluasi atas kegiatan kemitraan dengan LSM dilakukan terhadap proses dan hasil penelitian yang dilakukan. Evaluasi kegiatan tutorial dilakukan dengan menggunakan parameter Pengetahuan, Sikap, dan Praktek (PSP) ibu usia reproduktif tentang Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu dan Anak dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah intervensi. Untuk itu, dilakukan survei sebelum dan sesudah intervensi. Selain itu, juga digunakan data akseptor baru KB dengan cara melihat grafik kecenderungan dan membandingkan periode sebelum dan sesudah intervensi. Untuk rujukan perinatal, digunakan parameter kinerja pelayanan obstetri dan perinatal, yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, rujukan kasus risiko tinggi, pertolongan kasus aborsi dan penanganan kasus persalinan patologis.
Secara keseluruhan kegiatan intervensi tersebut di atas mampu laksana dan berpengaruh positif terhadap perhaikan PSP ibu usia reproduktif dan kinerja pelayanan obstetrik dan perinatal di tingkat primer. Telah terjadi peningkatan proporsi responden yang mengetahui jenis kontrasepsi yang tepat, waktu pemeriksaan susuk. serta praktek penggunaan metode kontrasepsi yang lebih efektif. Intervensi tampaknya tidak berpengaruh pada jumlah kunjungan periksa hamil dan pertolongan kasus aborsi. Sebaliknya, intervensi terlihat herpengaruh pada proporsi persalinan puskesmas dan tenaga kesehatan, rujukan kasus kehamilan risiko tinggi, rujukan aborsi, dan tindakan obstetrik. Selama 24 hulan masa pengamatan angka kematian ibu pada praintervensi. pascaintervensi I, dan pascaintervensi 2 sebesar 303,233, dan 254 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, angka kematian perinatal pada praintervensi, pascaintervensi 1, dan pascaintervensi 2 sebesar 15,6; 12,8 dan 12,5 per 1000 kelahiran. Angka-angka tersebut lebih rendah daripada angka provinsi dan angka nasional."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   3 4 5 6 7 8 9 10 11 12   >>