Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fidhya Nita
"ABSTRAK
Moana 2016 adalah film animasi petualangan fantasi musikal yang diproduseri oleh Waltz Disney Movie. Film ini bercerita tentang petualangan Moana yang berlayar melintasi lautan untuk menyelamatkan penduduk di desanya bersama Maui. Ada banyak penelitian yang membahas gender di film-film Disney, tetapi belum banyak yang membahasnya di Moana. Dengan menggunakan teori dari Sandra Bem tentang skema gender dan performativitas gender dari Judith Butler, artikel ini akan membahas tingkah laku dan tindakan yang akan mematahkan batasan peran gender melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Moana dipengaruhi pandangan tradisional tentang peran gender, tingkah laku dan tindakan yang dilakukannya memutustus batasan peran gender.

ABSTRACT
Moana 2016 is an animated musical fantasy adventure film produced by Waltz Disney Movie. The story tells about the character Moana who sails across the sea to save her people with her counterpart, Maui. There are many studies about gender in Disney movies, yet not many are done for Moana. By using Sandra Bem rsquo s framework of gender schema and Judith Butler rsquo s performativity, this paper will discuss Moana action and behavior that breaks the binary of gender roles through textual and character analysis. This article argues that although Moana is influenced by traditional view of gender roles, her action and behavior break away from the binary of gender roles."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prilly Priscillia Harventhy
"ABSTRAK
Dalam sebagian besar film Hollywood dengan genre action-spionase spy , protagonis utama dimainkan oleh seorang agen rahasia laki-laki, sementara karakter perempuan dimainkan sebagai ldquo;kaki tangan rdquo; dari agen rahasia tersebut. Namun, film Spy 2015 menantang stereotip dan peran jender yang dikaitkan dalam film action-spionase pada umumnya dengan memerankan wanita sebagai protagonis agen rahasia utama dan menggambarkan karater laki-laki kebalikan dari stereotip agen rahasia. Penelitian ini berfokus pada bagaimana pergeseran stereotip dan peran jender sebagai agen rahasia tersebut digambarkan dalam film Spy. Analisis tekstual digunakan untuk menyelidiki pergeseran dan pengaruhnya, dan kerangka teoritis yang digunakan adalah Women Existence in Espionage Movies oleh Amalina 2015 dan The Evolution of Female Gender Roles oleh Bayard 2015 . Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ada perubahan yang signifikan antara karakterisasi tokoh perempuan dan laki-laki sebagai agen rahasia.

ABSTRACT
AbstractIn most of Hollywood action espionage movies, the main protagonists are male secret agents, while female characters play the role of the secret agents rsquo sidekicks. However, Spy 2015 challenges the stereotypes and the attributed gender roles in action espionage movies by having female protagonist as the lead secret agent and depicting the male characters the opposite of secret agent stereotypes. This research focuses on how the shift of stereotypes and gender role of secret agents are portrayed in Spy. Textual analysis is used to investigate the shifts and its effects, and the theoretical frameworks used are Women Existence in Espionage Movies by Amalina 2015 and The Evolution of Female Gender Roles by Bayard 2015 . The research findings reveal that there are significant changes between the female and the male characterizations as secret agents.Keywords Gender Role, Stereotype, Secret Agent"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mauliddhia Cinta Kyrana
"Fantastic Mr. Fox adalah novel karya Roald Dahl, menceritakan kisah tentang Mr. Fox yang menyelamatkan keluarganya dan binatang-binatang lain dari ancaman para peternak. Novel ini diadaptasi menjadi sebuah film oleh Wes Anderson dengan versi Fantastic Mr. Fox yang berbeda. Artikel ini akan mengulas isu-isu maskulinitas yang ditampilkan pada novel dan adaptasi film Fantastic Mr. Fox lebih dalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana maskulinitas direpresentasikan dan dibentuk melalui kedua karya. Dahl memperlihatkan maskulinitas dominan melalui karakter Mr. Fox, sedangkan Anderson menunjukkan gambaran maskulinitas yang lebih beragam melalui karakter-karakter pada film, seperti Mr. Fox, Ash, dan Kristofferson.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan analisis isi, serta konsep-konsep maskulinitas dari Connell, Hofstede, dan Kimmel sebagai landasan teori. Temuan utama dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambaran stereotip gender yang terbentuk pada konstruksi maskulinitas yang berbeda. Bentuk-bentuk maskulinitas diperlihatkan melalui perkembangan karakter dan plot pada adaptasi film yang dibandingkan dengan novel. Selanjutnya, ditemukan juga negosiasi maskulinitas dominan dalam adaptasi film.

Fantastic Mr. Fox is originally a novel by Roald Dahl, telling the story of Mr. Fox who tries to save his family and community from the farmers rsquo; threat. This book was adapted by Wes Anderson into a film, offering a different version of Fantastic Mr. Fox. This article will further explore masculinity issues presented in both the novel and film adaptation of Fantastic Mr. Fox. The objective of this research is to disclose the manner in which masculinity is represented and constructed through both works. Dahl displays dominant masculinity through the character Mr. Fox, while Anderson presents a more diverse portrayal of masculinity through the characters of Mr. Fox, Ash, and Kristofferson.
This study uses qualitative research and content analysis as its research methods, and concepts of masculinity from Connell, Hofstede, and Kimmel as the theoretical framework. The main finding of this research can be seen through the portrayal of constructed gender stereotypes which centralizes on different types of the construction of masculinity. The constructions are presented through the development of characters and plot in the film adaptation compared to the novel. Furthermore, there is negotiation of the dominant masculinity in the film adaptation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erick Bintang Sulaiman
"Breaking Bad AMC, 2008-103 , sebuah drama seri televisi yang menceritakan seorang tokoh utama yang bernama Walter White. Walter adalah seseorang pria keluarga yang berwatak halus dan santun dan pada akhirnya berubah menjadi seorang kriminal yang kejam. Dia memiliki tujuan untuk menyokong finansial keluarganya dan juga untuk membuktikan ke laki-lakiannya. Dari Breaking Bad, dapat dilihat bagaimana konsep hegemoni maskulinitas berkorelasi kepada kekerasan yang merepresentasikan toxic masculinity. Tujuan dari riset ini adalah untuk menunjukan dan mengidentifikasi bagaimana Walter White merepresentasikan bahwa hegemoni maskulinitas bisa merusak hubungan dalam keluarga dan juga hubungan kepada publik atau orang disekitarnya. Diremehkan sebagai pria dari orang sekitarnya mengarahkan saya untuk mengkontekstualisasi Walter White sebagai studi kasus dan representasi konvensional seorang pria yang tertekan akan sebuah standar sosial tentang bagaimana menjadi pria lsquo;sejati rsquo;. Aspek yang di eksplorasi dari riset ini adalah karakterisasi dari Walter White yang mencakup kepribadian, peran sosial, dan interaksi dengan orang di sekitarnya. Riset-riset sebelumnya berfokus pada Breaking Bad adalah tentang argumentasi dan membuktikan bahwa maskulinitas Walter White adalah hasil dari konstruksi sosial dan sebagai kritik terhadap maskulinitas. Belum ada riset yang membahas tentang toxic masculinity yang direpresentasikan oleh Walter White di serial televisi ini. Riset ini mengungkapkan elemen-elemen karakteristik Walter White yang menggambarkan konsep tentang toxic masculinity sebagai akibat dari tidak tercapainya standar maskulinitas pria yang dimana Walter merasa terpinggirkan karena tidak menjadi sosok pria yang ideal dan sesuai standar ekspektasi sosial.

Breaking Bad AMC, 2008-2013 , a crime drama television series that told a story of Walter White, a mild-mannered and underachieving family man who later became a violent criminal drug kingpin in order to fulfill his family financial future as well as his manliness. From Breaking Bad, we can see how the concept of hegemonic masculinity links men towards violence that represents toxic masculinity. The goal of this research is to show and examined how Walter White portrayed hegemonic masculinity can be destructive for a man rsquo;s public and domestic matters. The emasculation of Walter White by his public and domestic matters leads me to contextualize the character of Walter White as a case study and as a conventional representation of men who are oppressed by the pervasive idea of how a man is supposed to be. The aspects explored were Walter White rsquo;s characteristic that includes personality traits, social roles, and interaction between his public and domestic affairs. Previous research focused on Breaking Bad were to argue and examine how Walter rsquo;s masculinity is constructed and as a critique of masculinity. Due to lack of study that examined the consequences of toxic masculinity that is represented through Walter White, this research reveal the characteristic elements of Walter White immaculately depicted the concept of toxic masculinity as result of marginalized ways of being a man."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Namita Harumsari
"Stereotipe Gender adalah perilaku atau kebiasaan dari 'tipe' laki-laki atau 'tipe' perempuan. Stereotipe Gender sendiri sering digambarkan dalam cara yang berbeda-beda di dalam film, beberapa bisa ditoleransi dan beberapa juga tidak. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana ide dari stereotipe gender membangun karakter dan emosi di dalam film berjudul Inside Out 2015 . Meskipun banyak ahli yang sudah membahas film ini dari sisi psikoanalisis, tidak banyak yang menganalisa film ini dari sisi stereotipe gender pada karakternya. Artikel ini mempunyai harapan agar pembacanya bisa melihat bahwa banyak elemen-elemen yang bisa dibuktikan kebenarannya bahwa stereotipe gender membangun karakter di dalam kehidupan nyata, dan emosi di dalam kepala para karakter-karakternya

Gender stereotype is an attitudes or behaviors of a 'typical' man or a 'typical' woman. Gender stereotype itself often depicted in movies in such different ways, some are tolerable and some are not. This article aims to discuss about how the idea of gender stereotype construct the characters and emotions in a film titled Inside Out 2015 Although there a lot of scholars who have discussed the movie from psychoanalytical point of view, not many have analyzed the movie based on the gender stereotype on the characters. This article expects to inform the reader that there are many elements that can be analyzed to prove that gender stereotype constructs the characters in the real life, and the emotions inside the characters' head."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aldilla Audy Shabrina
"ABSTRAK
Tren kecantikan Korea mulai mendapatkan perhatian dari negara-negara internasional sebagai akibat dari fenomena gelombang Korea, atau yang dikenal dengan hallyu, yang telah melebarkan sayapnya ke penjuru dunia. Konsep kecantikan Korea sangat erat kaitannya dengan kulit putih, yang mana berarti konsep kecantikan tersebut tidak inklusif. Meskipun begitu, tren kecantikan Korea ini tidak hanya menarik perhatian orang-orang Asia atau Barat yang pada dasarnya berkulit putih, tetapi juga berhasil menarik perhatian orang-orang kulit hitam. Meskipun warna kulit hitam orang-orang ini tidak sesuai dengan konsep kecantikan Korea, mereka tetap menunjukkan ketertarikannya pada tren kecantikan Korea. Dua dari orang-orang kulit hitam yang kerap mengikuti tren kecantikan Korea ini adalah influencer perempuan kulit hitam di YouTube, yaitu Darcei Amanda dan Kennie JD. Konten mereka terhadap tren kecantikan Korea telah memberikan pengaruh kepada industri kecantikan Korea, sehingga industry kecantikan Korea perlahan menjadi lebih inklusif dalam melayani pelanggan mereka yang berkulit hitam. Oleh karena itu, karya ilmiah ini disusun untuk melakukan observasi mengenai bagaimana dua vlogger ini menggunakan platform mereka dalam memberi pengaruh terhadap fenomena kecantikan Korea. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peran influencer perempuan kulit hitam di YouTube memberikan pengaruh dalam mengubah konsep kecantikan Korea.

ABSTRACT
The trend of Korean beauty has started to gain attention from international countries as the phenomenon of Korean wave a.k.a. hallyu has spread globally. The concept of Korean beauty itself is known to be highly associated with having fair skin, which is not inclusive. However, it is surprising that Korean beauty does not only attract Asians or Western people with fair skin, but also some black women become Korean beauty enthusiasts. Although their dark skin colour does not fit the concept of K-beauty, they devotedly follow the trend. Two of them are YouTube black female influencers, Darcei Amanda and Kennie JD, who like to create contents related to Korean beauty. Their contents on Korean beauty has influenced Korean beauty industry to become more inclusive and to cater for dark-skinned women. Hence, this paper aims at exploring how these female vloggers use their platform to give impact on the phenomenon of Korean beauty. The research findings revealed that the role of these black beauty influencers on YouTube gives influence on changing the concept of Korean beauty.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Sutandyo
"Novel chicklit merupakan novel yang merepresentasikan kehidupan perempuan lajang. Melalui pendekatan Kajian Budaya ditemukan beberapa wacana mainstream dalam kehidupan para lajang yang ada dalam ketiga novel chicklit, yaitu Bridget Jones's Diary, Good In Beet dan Jemima J. Wacana-wacana mainstream yang terdapat dalam novel-novel tersebut berhubungan dengan beberapa isu yang menjadi perjuangan dari feminisme. Suatu representasi tidak dapat terlepas dari ideologi. Melalui wacana, ideologi patriarki berusaha untuk membangun dan mengukuhkan kekuasaannya. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa representasi perempuan lajang dalam ketiga novel chicklit ini bermakna sebagai resistensi terhadap berbagai wacana mainstream, meskipun masih terdapat ambivalensi dalam beberapa hal.

Chicklit novels are considered as the representation of single women. By using Cultural Study and The Discursive Approach to see how the single women are represented in three novels, namely: Bridget Jones's Diary, Good In Bed, and Jernima J, several mainstream discourses can be found. Those discourses are related to the issues that have been fought in feminisms. There is always an ideology that can be found in a representation. Through these discourses, the ideology of patriarchy is trying to establish or strengthen its power. In the end, it can be concluded that the representation of single women in the three chicklit novels is meant as a resistance towards the mainstream discourses, although there is still ambivalence in some parts of them."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hiqma Nur Agustina
"Penelitian ini membahas kompleksitas penyajian cerita dan kompleksitas konflik dalam novel karya pengarang imigran Afghanistan, Khaled Hosseini yang berjudul The Kite Runner dengan menggunakan pendekatan struktural. Kompleksitas penyajian cerita terletak pada judul-judul bab yang tidak beraturan, pengaturan bab-bab yang menunjukkan kerumitan cerita, penyajian alur-alur bawahan dan narator. Konflik beragam yang dihadirkan dalam cerita turut menambah kompleksitas dari novel ini, yaitu konflik batin, konflik antar-etnis dan konflik antar-aliran keagamaan dengan latar ruang yang mengandung konflik, Afghanistan yang secara silih berganti menghadapi konflik politik dan konflik etnis. Sumber dari segala kompleksitas dal= The Kite Runner adalah narator sekaligus tokoh utama, Amir dengan segala sifatnya yang tertutup, sensitif, dan sangat diwarnai oleh budaya Pashtun yang rasialis dan angkuh. Rasa bersalah dan berdosa terhadap Hassan, sosok pelayan setia yang menjadi teman bermain dan sahabat ketika dia masih kecil senantiasa hadir menghantuinya bahkan ketika Amir sudah menjadi imigran di Amerika. Ketidakmampuan Amir untuk melepaskan diri dari jeratan rasa beisalah menyebabkan dirinya selalu mengaitkan pennasalahan yang hadir dalam kehidupannya sebagai akibat dari pengkhianatan yang dilakukannya terhadap Hassan. Kesadaran untuk menebus rasa bersalah membawa Amir kembali ke Afghanistan yang sedang dilanda konflik untuk menjemput seseorang yang masih tertinggal di Afghanistan, yaitu keponakannya SohratT, anak Hassan yang ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan sedirinya.

This research analyzes the complexity of presenting a story and the complexity of conflict in a novel which was written by an Afghanistan immigrant author named Khaled Hosseini, The Kite Runner with the structural method. The complexity of presentation can be seen through the chapter's tittles that are placed irregularly, the arrangement of chapters themselves showing the complexity of the story, the presentation of the subordinate plots and the narrator. The variety of conflicts which was presented in this novel adds the complexity deeper that are internal conflict, interethnic conflict, and inter ideology religion conflict with the setting background consisting of conflict, Afghanistan always face the political and ethnic conflict alternately. The main source from all the complexities in The Kite Runner is the narrator who also becomes the main character, Arnir with his introvert and sensitive behavior which was colored by Pashtun culture which is racialist and arrogant. Feeling guilty and sin to Hassan, his loyal servant who always stays as his best friend presents and haunts on Amir's mind even when he has lived as an immigrant in America. Amir's inability to release from all kind of his guilty feelings causes him relating every conflict with his betrayal to Hassan. His awareness to redeem his guilty and sin brings Amir return to Afghanistan that full of convicts to pick someone up that is still living there, his nephew, son of N Hassan, Sohrab who has a family relationship with him."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T38092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilyatun Nishlah
"Profesi tukang cukur asli Garut menjadi mata pencaharian utama bagi Kampung Peundeuy, Desa Banyuresmi, Kabupaten Garut, karena dinilai berhasil memberikan kesejahteraan finansial dan meningkatkan status sosial warga. Keberhasilan ini mendorong banyak warga meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan memilih menjadi tukang cukur di kota dan Jawa Barat. Pergeseran mata pencaharian ini semakin intensi sejak tahun 2000-an hingga akhirnya warga mengklaim Kampung Peundeuy sebagai salah satu kampung tukang cukur di Banyuresmi, Kabupaten Garut, dan disebut sebagai bentuk etnopreneurship oleh Imadudin (2011). Kemudian, profesi ini serta keahlian cukur diklaim sebagai tradisi kampung yang harus diwariskan. Selain itu, profesi tukang cukur juga menyebabkan beragam perubahan pada Kampung Peundeuy, dari mata pencaharian, identitas kultural, dan kehidupan sosial warga kampung. Untuk mengetahui lebih dalam hubungan profesi tukang cukur dan transformasi kampung, penelitian ini akan menganalisis; 1).Bagaimana transformasi identitas kultural Kampung Peundeuy terjadi dalam hubungannya dengan praktik etnopreneurship di kampung itu? 2).Bagaimana bentuk-bentuk artikulasi identitas warga Kampung Peundeuy dalam merespon transformasi yang terjadi di kampung mereka ? Untuk menganalisis dua pertanyaan penelitian tersebut, peneliti menggunakan beberapa pemikiran terdahulu seperti Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) yang mengkaji etnopreneurship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) yang menjelaskan karakteristik semi-urbanisasi, Mc Gee (2001 & 2008) yang memaparkan tentang fenomena ‘desakota’ dan Hall (1985) yang menerangkan tentang artikulasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan proses etnografi untuk mengumpulkan data. Teknik yang digunakan peneliti dimulai dengan studi literatur, observasi partisipasi, kemudian observasi non partisipasi hingga wawancara. Hasil penelitian yang merujuk pada pemikiran Effendi (2002) dan Aldrich & Waldinger (1990) menemukan bahwa profesi tukang cukur asli Garut merupakan bentuk etnopreneurship yang unik dan khas, karena profesi tukang cukur asli mengidentifikasikan kemiripan dan perbedaan dari karakteristik etnopreneurship yang dijabarkan dua penelitian di atas. Perubahan tidak terjadi secara alamiah, melainkan merupakan dampak dari praktik semi-urbanisasi ketika warga beralih profesi menjadi tukang cukur di kota besar. Semi urbanisasi yang dijelaskan Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) mendorong terjadinya fenomena ‘desakota’ atau ‘kotadesasi’ (Mc Gee, 2008) yang menggambarkan karakteristik kekotaan masuk ke Kampung Peundeuy. Perubahan ini mengakibatkan beragam artikulasi respon warga dari klaim tradisi atas keahlian dan profesi tukang cukur, berdirinya sekolah tukang cukur, hinggga perihal pemaknaan dan penggunaan nama ASGAR dalam usaha cukur warga Kampung Peundeuy. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan bisa menjadi tradisi dan menyebabkan transformasi bagi suatu kelompok masyarakat, melalui campur tangan warganya. Penggunaan etnisitas pada suatu bentuk pekerjaan akan mendorong pekerjaan ini semakin dikenal dan diakui oleh masyarakat, sehingga akan membuat pekerjaan ini tetap bertahan dan seiring memberikan keuntungan kepada para pelakunya, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri untuk mereka.

Being professional barbers known as ASLI GARUT (ASGAR meaning originally from Garut) has been the main livelihood source for the male majority in Kampung Peundeuy of Banyuresmi Village. The profession is considered successful in providing financial welfare and improving residents‟ social status that many of the Kampung‟s resident left. Their previous jobs and became barbers in Jakarta and other big cities in West Java. This profession shift has intensified since the 2000s until the residents finally claimed Kampung Peundeuy as one of the barber villages in Banyuresmi, Garut Regency and known as one of etnopreneurship by Imadudin (2011). As the Kampung of barbers, the residents felt the need to to preserve and, pass on the shaving and hairdressing skills to their relative and children. With this, what was once a profession, now has been considered the Kampung‟s tradition. Besides, the barber profession has various changes in Kampung Peundeuy, from their livelihoods, cultural identity, to their social life. Therefore, to find out more the relationship between barber as a profession and Kampung transformation, the research examined, 1). How the etnopreneuship practice drove the cultural identity transformation of the Kampung; 2) How the identity articulation of the Kampung Peundeuy villagers in response to the transformation on the Kampung;. To research incorporated Effendi (2002) and Aldrich&Waldinger (1990), who studied etnopreneuship, Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019), who examine semi-urbanization, Mc Gee (2001 & 2008), who describe “desakota” phenomenon, and Hall (1985), who preceded the articulation. This study used qualitative method by applying an ethnographic method, non-participatory observation, and interview to collect data. The study result of The study result of Effendi (2002) and Aldrich & Waldinger (1990) is barber profession ASGAR has unique entopreneurship because this profession identification the similarities and differences of characteristics etnopreneurship, which is examined by the researchers. Changer does not occur naturally, but is the impact of semi-urbanization when resident switch professions to become barber in big cities. Semi-urbanization Mingxing, Chao, Dadao, Yumen, Shasha (2019) encourages the phenomenon of „desakota‟ („villageurban‟)(Mc Gee, 2008), which describes the influence of urban lifestyle Kampung Peundeuy. This changer effected various villagers response articulation, from tradition claimed this profession and shaving and hairdressing skills, establishment of a shaving school, to meaning and use the ASGAR on shaving business of Kampung Peundeuy villagers. Thus, it can be concluded that influence of the barber profession in the transformasi of Kampung Peundeuy could occur due to the strong encouragement of its resident, both in inheriting the expertise of hair cutting and the profession. Ethnicity on a profession will increasingly known and be approved by other villager or citizen, that will keep this profession survive and provide benefits to the actors, even being villagers pride.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Valerie Shanaz
"ABSTRAK
Beberapa wanita, berusaha untuk mencari jati diri mereka dengan menggunakan tubuh sebagai sarana untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri dalam situasi yang berbeda-beda, oleh karena itu, terbentuklah identitas mereka sebagai makhluk feminin di masyarakat. Namun, melalui pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, wanita telah dihadapkan pada kenyataan bahwa tubuh mereka selalu dipandang sebagai objek seksual dan sebagai sarana untuk memuaskan hasrat pria. Di satu sisi, wanita sangat tertindas oleh nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat patriarki. Dalam novel Sidney Sheldon Nothing Lasts Forever 1994 , salah satu karakter wanita bernama Honey Taft, merupakan satu dari contoh wanita yang keberadaannya dalam masyarakat ditentukan hanya berdasarkan tubuh dan seksualitasnya oleh karakter lainnya. Sebagai kerangka teoretisnya, penelitian ini bergantung pada teori perwujudan wanita oleh Simone de Beauvoir. Dalam teorinya, Beauvoir menyatakan bahwa sepanjang sejarah, penindasan perempuan mengalihkan mereka ke ranah imanensi, atau penerimaan pasif dari peran yang ditugaskan kepada mereka oleh masyarakat, sampai mereka tidak lagi sadar bahwa mereka memiliki pilihan bebas. Makalah ini, oleh karena itu, berfokus pada analisis bagaimana tubuh wanita dapat menjadi sumber penindasan salah satu karakter dalam buku ini dengan menggunakan analisis tekstual.

ABSTRACT
Some female, make an attempt to identify themselves by using their bodies as a way of communicating and expressing themselves through different situations, therefore, shaping their identity as a feminine being in the society. However, through experiences in daily life, female have been faced by the fact that their bodies are always seen as sexual objects and as a mean to please men rsquo s desire. In a way, women are much oppressed by the values shared in a patriarchal society. In Sidney Sheldon rsquo s novel Nothing Lasts Forever 1994 , one of the female characters named Honey Taft, is one example of a woman whose existence is often determined only from her body and sexuality by other characters. As its theoretical framework, this study depends on Simone de Beauvoir rsquo s theory of female embodiment. In her theory, Beauvoir stated that throughout history, women rsquo s oppression relegates them to the sphere of ldquo immanence, rdquo or the passive acceptance of roles assigned to them by the society, until they no longer aware that they have free choice. This paper, hence, focuses on analyzing how female body can become the source of oppression for one of the characters in the book by using textual analysis. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>