Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Ardhy Maulana
"ABSTRAK
Kebocoran pada jaringan pipa distribusi merupakan penyebab utama terjadinya gangguan pelayanan yang dikeluhkan oleh pelanggan PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi, namun, identifikasi masalah desain pada jaringan distribusi merupakan hal mendasar yang harus diketahui, agar penanganan gangguan dapat terjadi secara menyeluruh. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa jaringan distribusi air minum eksisting PDAM Tirta Patriot guna mengetahui ada atau tidaknya masalah desain yang menyebabkan gangguan pada pelayanan air minum serta memberikan rekomendasi bentuk modifikasi yang tepat untuk mengatasi masalah desain jika ada pada jaringan distribusi air minum eksisting PDAM Tirta Patriot. Bahan analisa adalah hasil simulasi pemodelan jaringan distribusi eksisting menggunakan program EPANET 2.0. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masalah desain yang ditemukan pada jaringan distribusi PDAM Tirta Patriot adalah adanya titik sambung atau titik distribusi bertekanan di atas standar maksimum tekanan yang diiizinkan untuk pipa PVC pada jaringan distribusi air minum, yakni 8 atm atau 82,66 meter kolom air, serta terdapat pipa-pipa pada jaringan distribusi dengan kecepatan aliran air di bawah batas kecepatan minimum yang diizinkan, yakni 0,3 m/s. Titik sambung bertekanan melebihi standar tekanan yang diiizinkan berjumlah 131 titik dari 132 titik sambung yang disimulasikan, dengan nilai rata-rata tekanan sebesar 86,24 meter. Pipa dengan kecepatan aliran air di bawah kecepatan standar yang sebanyak 54 pipa dari 136 pipa yang disimulasikan, dengan rentang kecepatan aliran air dalam pipa pipa sebesar 0,07 m/s ? 0,29 m/s. Bentuk modifikasi yang dapat dilakukan pada jaringan eksisting untuk mengatasi masalah desain yang ada antara lain pemasangan pressure reducing valveuntuk menurunkan tekanan pada jaringan distribusi air minum, serta pemasangan gate valve dan penggantian pipa bermasalah pipa berdiameter lebih kecil untuk meningkatkan kecepatan aliran air dalam pipa yang bermasalah.

ABSTRACT
Leakage in drinking water distribution network is identified as a major cause of service interference which has been complained by the customers of PDAM Tirta Patriot, Bekasi. However, the design issues in the distribution network is fundamental to be identified, so that the holistic countermeasures can be generated to solve the interference. The purpose of this study is to analyze the existing drinking water distribution network of PDAM Tirta Patriot in order to identify the presence of design issue that may cause interference in water service as well as provide recommendations of appropriate modifications to address a design issue if it is found on existing drinking water distribution network of PDAM Tirta Patriot. Object of analysis is the simulation result of the existing distribution network model using the program EPANET 2.0. Based on research that has been done, the design issues found in the distribution network of PDAM Tirta Patriot are the junctions with the pressure above the maximum allowable limit of 8 atm or 82.66 meter water column , and there are pipes in the distribution network with the velocity below the minimum allowable limit of 0.3 m / s. The number of junctions with the pressure exceed the pressure limit is 131 from 132 simulated junctions, with the average value of pressure of 86.24 meters. The number of pipes with velocity below the standard is 54 from 136 simulated pipes, with velocities range from 0.07 m / s to 0.29 m / s. The modifications that can be performed on existing networks to address the design issues include the installation of a pressure reducing valve to lower the pressure in the water distribution network, and the installation of gate valve and replacing the problematic pipes with the pipes with smaller diameter to increase the velocity."
2016
S65866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Fakhrizal
"ABSTRAK
Proses pelapisan logam atau elektroplating merupakan salah satu rangkaian proses dalam industri otomotif yang menghasilkan limbah dengan kandungan logam berat Cu yang cukup tinggi. Pada penelitian ini kandungan Cu mencapai 16.9 mg/L. Penyisihan logam berat Cu dilakukan dengan metode adsorpsi dengan menggunakan adsorban Extracellular Polymeric Substance EPS yang diekstraksi dari limbah lumpur aktif. Ekstraksi EPS dilakukan dengan cara fisika sentrifugasi pada 6000 rpm selama 20 menit. Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dengan metode two-level full factorial design dengan rentang dosis adsorban 6 ndash; 12 g/l dan rentang waktu kontak 120 ndash; 240 menit guna mendapatkan dosis adsorban dan waktu kontak optimum. Penyisihan optimum didapatkan dengan kombinasi adsorban EPS 10 g/l dengan waktu 210 menit, dimana adsorpsi secara batch mampu menyisihkan Cu sebanyak 56.98 . Data isotherm adsorpsi Cu menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Freundlich dengan kapasitas adsorpsi qe = 0.0868 mg/g. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika kcu = 0.218 g/mg.menit.

ABSTRAK
Metal coating process or electroplating process is one of the series of processes in the automotive industry that produces waste with high enough heavy metal copper Cu content. In this study, Cu content reached 16.9 mg.L. Heavy metal removal of Cu is done by adsorpstion method using Extracellular Polymeric Substance EPS adsorbents extracted from waste activated sludge. EPS extraction was performed by physics method centrifugation at 6000 rpm for 20 min. In this experiment, adsorption were conducted with batch adsorption with two level full factorial design method with adsorbant dosage range of 6 ndash 12 g l and contact time range of 120 ndash 240 min to get the optimum adsorbant dosage and optimum contact time. The results of this research is the optimum combination of EPS dose of 10 g l, and contact time of 210 min, in which Cu is able to be removed approximately 56.98 . Cu adsorption isotherm data shows compatibility with Freundlich isotherm model with adsorption capacity qe 0.0868 mg g. The adsorption kinetics data showed suitability with Pseudo second order model with kinetics rate kcu 0.218 g mg.menit."
2017
S68647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Pratama D.
"Berdasarkan hasil pengamatan selama delapan hari penelitian pula, diketahui bahwa timbulan sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu adalah sebesar 266,88 ton/hari. Dengan komposisi sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu yang berupa material mudah terbakar combustible material adalah sampah plastik, karet, kertas, kayu, dan tekstil yang masing-masing berjumlah 11,41 , 4,44 , 5,48 , 5,03 , dan 5,58 dari total keseluruhan sampah yang masuk ke TPA Sumur Batu. Dengan jumlah yang cukup besar tersebut, salah satu upaya untuk mengurangi jumlah sampah seperti jenis diatas dapat dilakukan dengan mengubah material sampah tersebut menjadi bahan baku Refuse Derived Fuel RDF.
Potensi sampah dari tiap-tiap material tersebut ditinjau dari beberapa parameter penelitian. Parameter yang digunakan antara lain berupa kadar air, kadar volatil, kadar abu, serta nilai kalor. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kadar air sampah yang dapat dijadikan sebagai bahan baku RDF sebesar 41,81 , kadar volatil sebesar 81,21 , dan kadar abu sebesar 12,09, serta nilai kalor sebesar 2.365,27 ndash; 3.967,12 kCal/kg.

Based on the eight day of observation, the generation of solid waste that enter TPA Sumur Batu was as many as 266,88 tones day. With solid waste composition that enter TPA Sumur Batu consists of combustible materials which is plastic, rubber, paper, wood, and textile each with 11,41 , 4,44 , 5,48 , 5,03 , and 5,58 from the total amount of solid waste generation.With such a considerable amount of solid waste, one of the efforts that could be done to reduce the amount of solid waste varieties as mentioned above is convert the waste materials into Refuse Derived Fuels RDF.
Waste potential from each materials reviewed by several research parameters.Parameters used in this research are water content, volatile content, ash content, and calorific value. Based on the research results obtained that the water content amount of solid waste which can be used as Refuse Derived Fuel RDF raw material is 41,81 , the volatile content amount is 81,21 , the ash content amount is 12,09 , and the calorific value is as much as 2.365,27 ndash 3.967,12 kCal kg.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcelino Dwi Prayogo
"Penelitian ini membahas mengenai timbulan dan komposisi sampah yang ada pada DAS Ciliwung segmen 5 dengan mengambil 2 titik sampling yang berada di titik awal dan akhir dari segmen ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar timbulan limbah padat dan komposisinya dan merancang rekomendasi sistem teknis operasional pengelolaan limbah padat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kuantitatif yang mengikuti dari SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Hasil dari penelitian ini adalah sistem teknis operasional meliputi pemindahan dan pengangkutan. Volume rata - rata dari pintu air Manggarai adalah sebesar 5,581 m3/ hari, sedangkan perangkap sampah Rawajati adalah sebesar 1,107 m3/hari. Berat rata-rata timbulan sampah yang ada di pintu air Manggarai adalah 3204 kg/hari dan yang bisa diangkat oleh perangkap sampah yang berada di Rawajati adalah sebesar 551 kg/hari. Rata-rata berat jenis sampah dari pintu air Manggarai adalah 479,17 kg/m3, sedangkan berat jenis sampah di perangkap sampah Rawajati adalah 429,17 kg/m3.
Komposisi limbah padat yang berasal dari pintu air Manggarai adalah organik 56,96 ; plastik 18,77 ; kertas 11,51 ; logam 6,75 ; sterofoam 3,37 ; kaca 1,89 ; dan sampah lain 0,75 . Untuk komposisi limbah padat yang berasal dari perangkap sampah Rawajati adalah organik 47,55 ; plastik 25,65 ; kertas 12,27 ; logam 6,17 ; kaca 4,19 ; sterofoam 3,24 ; sampah lain 0,98 ; dan tekstil 0,68.

This study discusses the generation and composition of solid waste generation and composition in Ciliwung River Segment 5, which take 2 point at the start and the end of this segment. This study aims to determine the major solid waste generation and composition and design the reccomendation of technical system operational in solid waste management. The method being used in this study is quantitative method, which following from SNI 19 3964 1994 about Sample Collection and Measurement of the Composition and Urban Waste.
The result of the study is technical operational systems ranging from collection and transportation. The average of solid waste volume from Manggarai sluice gate is 5,581 m3 day, then for Rawajati trash trap is 1,107 m3 day. The average weight of solid waste in Manggarai sluice gate is 3204 kg day and for trash trap, the average weight is only 551 kg day. The average density of solid waste from Manggarai sluice gate is 479,17 kg m3, while the density of solid waste in trash trap Rawajati is 429,17 kg m3.
The composition of solid waste originating from Manggarai sluice gate is 56,96 organic plastic 18,77 Paper 11,51 metal 6,75 sterofoam 3,37 glass 1,89 and other rubbish 0,75 . For the composition of solid waste from trash trap Rawajati is 47,55 plastic 25,65 Paper 12,27 metal 6,17 glass 4,19 sterofoam 3,24 Another garbage 0,98 and textiles 0,68.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafiera Fibiana Razak
"PLTU Muara Karang dan PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memasok listrik ke DKI Jakarta. Bahan bakar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah minyak solar atau High Speed ​​Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan beberapa zat limbah antara lain CO2, CH4, dan N2O. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh unit-unit di PLTU dan PLTGU Muara Karang. Perhitungan emisi gas rumah kaca menggunakan metode dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan menggunakan faktor emisi nasional. Untuk mengetahui konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan model dispersi Gaussian dan menggunakan data meteorologi 2018 yang diperoleh dari BMKG Kemayoran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa CO2 merupakan emisi terbesar yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut. Dari tiga blok di lokasi tersebut, PLTGU blok 2 menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu 1.952.852,78 CO2e. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi. Nilai konsentrasi CO2 maksimum terjadi pada hari di bulan Juni dengan jarak 1900 m dari cerobong asap dan nilai konsentrasinya adalah 14.035,39 g/m3. Sedangkan konsentrasi maksimum gas CH4 dan N2O masing-masing adalah 0,29 g/m3 dan 0,03 g/m3. Pada stabilitas atmosfer A pada hari di bulan Juni, gas emisi maksimum menyebar pada jarak 1900 m dari cerobong asap, sedangkan pada stabilitas atmosfer C pada hari di bulan Desember menyebar pada jarak 6100 m dari cerobong asap. Konsentrasi gas rumah kaca pada bulan Desember menyebar lebih jauh melawan arah angin, sedangkan untuk bulan Juni, konsentrasi lebih terkonsentrasi di sekitar sumbernya.

Steam power plants and combined power plants of Muara Karang are power plants that supply electricity to DKI Jakarta. The fuel that are used in these activities includes diesel oil or High Speed Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), and natural gas which are fossil fuels that can produce gas emissions including CO2, CH4, and N2O. This study aims to determine how much the amount of greenhouse gases produced by the units in the Muara Karang PLTU and PLTGU. Calculation of greenhouse gases emissions is using the methods from the Ministry of Energy and Mineral Resources and using the national emission factors. To find out the concentration of greenhouse gases in the atmosphere the Gaussian dispersion model was used and along with the meteorological data obtained from BMKG Kemayoran. The calculation results show that CO2 is the largest emission produced from these fuels. Out of the three blocks in the location, block 2 of combined power plants produced the largest greenhouse gas emissions, amounting to 1,952,852.78 CO2e. In addition, the results of the study also showed that the concentration of greenhouse gases in the atmosphere was greatly influenced by meteorological factors. The maximum CO2 concentration value occurs on the month of June with a distance of 1900 m from the source with the concentration value of 14.035,39 μg/m3. As for the CH4 and N2O gases, the maximum concentrations were 0.29 μg/m3 and 0.03 μg/m3, respectively. In atmospheric stability of A on the month of June, the maximum concentration of emission spreads at a distance of 1900 m from the source, whereas at atmospheric stability of C on a month of December it spreads at a distance of 6100 m from the source. The concentration of greenhouse gases in December spreads further in the direction of the wind, while in June, concentrations are more concentrated around the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainayya Salsabiyla
"SNI 8152:2015 tentang Pasar Rakyat merupakan pedoman dalam mengelola pasar rakyat yang salah satunya mengandung unsur sanitasi. Objek penelitian ini adalah Pasar Agung dan Pasar Sukatani, yang secara urut belum mendapatkan dan sudah mendapatkan sertifikasi SNI 8152:2015. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kondisi sanitasi, sumber pencemar bioaerosol, besar konsentrasi bioaerosol, dan pengaruh kondisi sanitasi terhadap konsentrasi bioaerosol pada kedua pasar. Nilai kuantitatif kondisi sanitasi pasar didapat menggunakan hasil inspeksi sanitasi yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat dan diisi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. Hasil inspeksi kondisi sanitasi menunjukkan Pasar Agung mendapatkan nilai 888 dan Pasar Sukatani mendapatkan nilai 2.740 dari nilai maksimal 3.000. Variabel sanitasi yang perlu ditingkatkan lagi pada Pasar Agung adalah drainase dan tempat cuci tangan, binatang penular penyakit, dan desinfeksi pasar, sementara pada Pasar Sukatani adalah kamar mandi dan toilet, binatang penular penyakit, dan kualitas makanan. Jenis sumber pencemar bioaerosol yang diidentifikasi pada kedua pasar adalah tempat sampah terbuka, tumpukan sampah terbuka, sistem drainase terbuka tanpa dan/atau dengan kisi, genangan air, tangki air/bak air, dan keran air. Jumlah sumber pencemar bioaerosol paling banyak teridentifikasi di blok ikan. Jumlah titik pengambilan sampel bioaerosol di udara adalah lima titik untuk tiga jenis blok komoditas, blok ikan, ayam, dan sayur, dengan pengambilan sampel secara triplo dengan waktu pengambilan sampel 30 detik. Pengambilan sampel udara dilakukan menggunakan alat Single-stage Impaction Sampler (Environmental Monitoring Systems, Inc., E6 Sampler, Amerika Serikat) dan media Tryptic Soy Agar untuk bakteri dan Malt Extract Agar untuk jamur. Dilakukan juga pengambilan sampel suhu dan kelembapan udara pada lokasi sampling menggunakan alat multimeter (Lutron, AH-4223, Taiwan), serta intensitas cahaya menggunakan alat luxmeter (MASTECH, MS6612, Hong Kong). Rata-rata konsentrasi bakteri di udara pada tiga blok di Pasar Agung adalah 5.793 ± 3.028 CFU/m3 dan pada Pasar Sukatani adalah 1.782 ± 431 CFU/m3. Rata-rata konsentrasi jamur di udara pada Pasar Agung adalah 1.886 ± 1.097 CFU/m3 dan pada Pasar Sukatani adalah 1.598 ± 329 CFU/m3. Urutan rata-rata konsentrasi bakteri di Pasar Agung dari yang tertinggi adalah blok ikan, blok ayam, dan blok sayur, sementara pada Pasar Sukatani adalah blok ayam, blok sayur, dan blok ikan. Urutan rata-rata konsentrasi jamur di Pasar Agung dan Pasar Sukatani adalah blok ikan, blok ayam, dan blok sayur. Kondisi sanitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi bioaerosol, yang dapat dipecah lagi berdasarkan sumber pencemar bioaerosol yang terdapat pada setiap variabel sanitasi.

SNI 8152:2015 Pasar Rakyat is a guide made for proper management of public markets, including factors such as market sanitation. The objects of this research are Pasar Agung and Pasar Sukatani, in which the former has yet to receive a certification in SNI 8152:2015, while the latter has received its certification. The objective of this research is to analyse sanitation condition, source of bioaerosol, bioaerosol concentration, and the effect of sanitation condition towards bioaerosol concentration in both markets. The quantitative score for market sanitation is obtained from Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat dan diisi oleh Dinas Kesehatan Kota Depok. The score of the inspection for market sanitation at Pasar Agung is 888, while the score for Pasar Sukatani is 2.740 from total maximum score of 3.000. Sanitation variables that should be improved at Pasar Agung is drainage and hand washing area, disease-transmitting animals, and market disinfection, while at Pasar Sukatani it is toilet, disease-transmitting animals, and food quality. Sources of bioaerosol that are found in both markets are litter bins, rubbish heaps, drainage with and/or without lattice, water puddle, water tank/water tub, and water tap. The sources of bioaerosol are most found in fish section of the market. Sampling is conducted at five points in three kinds of market section, fish, poultry, and vegetable, and the amount of sample taken is multiplied by three with the sampling time of 30 seconds. The device used for sampling of bioaerosol is Single-stage Impaction Sampler (Environmental Monitoring Systems, Inc., E6 Sampler, USA), and the media used is Tryptic Soy Agar for bacterial bioaerosol and Malt Extract Agar for fungal bioaerosol. Temperature and relative humidity is measured at sampling location using multimeter (Lutron, AH-4223, Taiwan), and also light intensity using luxmeter (MASTECH, MS6612, Hong Kong). Average concentration of airborne bacteria in three market sections at Pasar Agung and Pasar Sukatani consecutively is 5.793 ± 3.028 CFU/m3 and 1.782 ± 431 CFU/m3. Average concentration of airborne fungi at Pasar Agung and Pasar Sukatani consecutively is 1.886 ± 1.097 CFU/m3 and 1.598 ± 329 CFU/m3. The average concentration of airborne bacteria in order from highest to lowest in Pasar Agung is located at fish, poultry, and vegetable section, while at Pasar Sukatani it is poultry, vegetable, and fish section. The average concentration of airborne fungi in order for highest to lowest in both Pasar Agung and Pasar Sukatani is located at fish, poultry, and vegetable section. Sanitation condition of markets is one of many factors affecting the concentration of bioaerosols, while the breakdown of bioaerosol sources found can affect each sanitation variables."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bismi Annisa
"Semakin menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah akibat pembangunan yang pesat saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Pengalihan fungsi lahan juga telah mengakibatkan daya resap tanah semakin berkurang. Dengan demikian dibutuhkan suatu perencanaan yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah dan tidak mengalir sebagai aliran permukaan. Melalui penelitian ini telah dilakukan uji laboratorium mengenai infiltrasi pada suatu lubang resapan yang dihitung dengan metode Horton. Lubang resapan dibuat bervariasi dalam diameter dengan konsep yang sama seperti lubang resapan biopori (LRB) namun tidak menggunakan sampah organik dimana kedalaman serta jarak antar lubang adalah sama. Double-ring infiltrometer digunakan sebagai alat bantu pengukuran infiltrasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perbedaan yang signifikan antara pengaruh ukuran diameter dengan laju infiltrasi sehingga tujuan untuk meningkatkan infiltrasi ke dalam tanah terbukti efektif bila dibandingkan dengan suatu lahan yang tidak terdapat lubang resapan.

Decreasingly the quality and quantity of ground water due to rapid development recently has been in very poor condition. The changes of land use has also resulted in decreased soil absorption. Thus a plan in principle needed to control the rain water soak into the ground and not flow as surface run-off. Through this research has been conducted laboratory tests on absorption holes which be calculated with Horton method . Absorption holes varying in diameter made with the same concept as the absorption bioporous hole (LRB) but no organic waste usage, in which same depth and distance between holes. Double-ring infiltrometer is used as a tool for measuring infiltration. The result showed a sifnificant difference between the effect of diameter sizes with the infiltration rate of the goal to increase infiltration into the soil proved to be effective when compared to a land that is without absorption hole."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50612
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vica Yunar
"Plastik konvensional yang saat ini beredar di Indonesia merupakan plastik yang sulit terurai di alam sehingga dapat menyebabkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan solusi dengan mengganti plastik konvensional menjadi plastik biodegradable, yang salah satunya adalah plastik biodegradabel berbahan dasar campuran pati dengan polietilen. Pada skripsi ini membahas pendegradasian yang terjadi pada plastik biodegradabel berbahan dasar pati yang di uji dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode ASTM G21-09, uji mikroorganisme dan uji lapangan.
Hasil pengujian menggunakan 5 jenis kapang uji berdasarkan metode ASTM G21-09 menunjukkan bahwa pertumbuhan kapang dapat melingkupi 85% permukaan benda uji setelah 2 minggu. Kemudian pengujian mikroorganisme alami menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 71% dengan mikroorganisme air danau, 68% dengan mikroorganisme air sungai dan 56% menggunakan mikroorganisme tanah. Pada pengujian ini tidak menghasilkan perubahan bentuk benda uji. Sedangkan pengujian lapangan menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 0% pada perendaman air sungai dan air danau dan 58% pada penguburan di dalam tanah. Pada pengujian ini terjadi perubahan bentuk benda uji.

Conventional plastics, which are widely used in Indonesia, do not easily decompose in nature and as a result may cause environmental concerns. Therefore a solution is needed to change from conventional plastics to a more biodegradable form of the similar material, one of which is plastic made from a mixture of starch with polyethylene. This thesis discusses the degradation that occurs in starch-based biodegradable plastics as tested using three different methods: the ASTM G21-09 method, microorganism testing, and field testing.
Test results using five types of test mold that are based on the ASTM G21-09 and indicate that the mold growth may cover 85% of the surface of the specimen after two weeks. Afterwards, natural microorganism testing produced a final weight for the specimen after eight weeks of testing. The results were 71% with lake microorganisms, 68% with river microorganisms and 56% using microorganisms from soil. These tests did not produce a change in the shape or form of the specimen. While field testing produced the final weight of the specimen after 8 weeks at 0% after submersion in river and lake water, specimen buried in soil was at 58%. The specimen changed form during this experiment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manulang, Ramah Pita
"Limbah cair medis rumah sakit bersifat toksik karena mengandung bahan yang berasal dari farmasi, laboratorium, dan lainnya yang dapat berdampak negatif bagi makhluk hidup. Limbah cair medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo memiliki nilai rasio BOD/COD <0,01. Dibutuhkan pengolahan khusus untuk mengolah limbah cair medis, agar limbah cair medis tidak mengganggu kinerja IPAL dan mencapai rasio BOD/COD sebesar 0,6 dengan pengolahan biologis. Salah satu pre-treatment yang dapat digunakan untuk mengolah limbah cair medis adalah koagulasi-flokulasi dengan koagulan FeCl3. Tes koagulasi-flokulasi dilakukan menggunakan perangkat jar-test dalam skala laboratorium.
Hasil dari percobaan dengan range koagulan 25?350 ppm, menunjukkan dosis optimal sebesar 150 ppm dengan pH akhir sebesar 4,81 dan dapat mengurangi COD hingga 66,03%, namun menaikan BOD sebesar -150,12%. Rasio BOD/COD yang dihasilkan dari percobaan koagulasi-flokulasi sebesar 0,0168, masih jauh dari rasio BOD/COD yang diharapkan yaitu 0,6. Pre-treatment koagulasi ? flokulasi kurang efektif digunakan untuk mengolah limbah cair medis RSCM, namun hal tersebut kembali lagi bergantung pada karakteristik limbah cair medis yang dihasilkan rumah sakit. Untuk meningkatkan efektivitas kinerja koagulasi-flokulasi dibutuhkan pengolahan tambahan, seperti membran ultrafiltrasi.
Hospital medical wastewater is toxic because it contains substances that are derived from pharmacy, laboratory, and others which may have negative impacts for living things. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo medical wastewater has ratio value of BOD/COD of <0,01. It needs a special treatment for medical wastewater, so it will not interfere the performance of WWTP with biological treatment and achieve the ratio of BOD/COD of 0.6. Pre-treatment that can be used for medical wastewater is coagulation-flocculation with FeCl3 coagulant. Jar test is used to test coagulation-flocculation in laboratorium scale.
The experiment with range coagulant dose 25-350 ppm, showed that the optimal dose of coagulant is 150 ppm with a final pH 4.81 and can reduce COD up to 66,03%, but increase the BOD of -150,12%. The result of the ratio of BOD/COD from the coagulation-flocculation experiments is 0.0168, still far from the ratio of BOD/COD expected which is 0.6. Pre-treatment of coagulation - flocculation is a less effective for RSCM medical wastewater treatment, but it depends on the characteristics of medical wastewater that generated from hospital. To improve the effectiveness of coagulation-flocculation performance, it requires additional processing such as ultrafiltration membranes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42304
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Eko Sulistiyo
"Proses pembuatan mebel umumnya menghasilkan partikulat, termasuk partikulat dengan diameter aerodinamik kurang dari 10 m PM10. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi PM10 yang dihasilkan dari proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan kayu di tiga industri mebel skala rumahan Toko A, B dan C. Selain itu, juga menganalisis diameter dan komposisi sampel yang memiliki konsentrasi tertinggi. Ketiga toko memiliki persamaan dan perbedaan karakteristik seperti luas, jumlah pekerja dan mesin produksi. Toko A memiliki luas 183 m2 dengan jumlah 3 orang pekerja, Toko B seluas 179 m2 dengan 3 orang pekerja dan Toko C 135 m2 dengan 2 orang pekerja. Rata-rata konsentrasi PM10 pada proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan di ketiga toko secara berutur-turut yaitu 439.64 g/Nm3, 341.54 g/Nm3, dan 777.42 g/Nm3 di Toko A, 537.07 g/Nm3, 292.91 g/Nm3 dan 633.27 g/Nm3 di Toko B serta 585.76 g/Nm3, 487.59 g/Nm3 dan 779.26 g/Nm3 di Toko C. Konsentrasi tertinggi yaitu proses pengamplasan di Toko C dan konsentrasi terendah yaitu proses pembobokan di Toko B. Sedangkan komposisi unsur kimia yang terkandung dari sampel pengamplasan yaitu C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K dan Ca dengan rentang diameter antara 0.5 ndash; 0.7 m.

The process of making furniture generally produces particulates, including particulates with aerodynamic diameter less than 10 m PM10. This study aims to analyze PM10 concentrations resulting from the process of planing, mortising and sanding the wood in three of small scale furniture industry Store A, B and C. In addition, it also analyzes diameter and composition of sample with the highest concentration. The three stores have similarities and differences in characteristics such as area, number of workers and machinery. Store A has an area of 183 m2 and 3 workers, store B of 179 m2 with 3 workers and store C of 135 m2 with 2 workers. The average concentrations of PM10 in planing, mortising and sanding in the three stores are respectively 439.64 g Nm3, 341.54 g Nm3, and 777.42 g Nm3 at store A, 537.07 g Nm3, 292.91 g Nm3 and 633.27 g Nm3 at store B and 585.76 g Nm3, 487.59 g Nm3 and 779.26 g Nm3 at store C. The highest average concentration is in sanding process at store C and the lowest average concentration is in mortising process at store B. While the chemical compositions of sample are C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K and Ca with diameter range between 0.5 ndash 0.7 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>