Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jevon Radytia
"Sektor transportasi merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keberadaan kendaraan, terkhusus kendaraan bermotor dapat mempersingkat waktu tempuh sebuah perjalanan. Namun karena banyaknya jumlah kendaraan yang diproduksi, kerap kali kendaraan-kendaraan tersebut menyebabkan terjadinya kemacetan di berbagai ruas jalan, tidak terkecuali jalan tol.
Jalan tol merupakan jalan yang dibuat khusus untuk kendaraan beroda empat atau lebih. Sistem transaksi tiket pada pintu tol mengkondisikan kendaraan untuk berhenti. Pada saat volume kendaraan sedang dalam keadaan tinggi, tidak jarang pintu tol ini menjadi area kemacetan. Dampak buruk yang diakibatkan kemacetan tersebut adalah penurunan kualitas udara. Pekerja pengumpul tol diduga menjadi orang-orang yang terkena dampak negatif akibat adanya pencemaran ini.
Salah satu parameter pencemar di udara yang berbahaya dan diemisikan oleh kendaraan adalah NOx. Karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap konsentrasi NOx pada udara ambien di sekitar pintu tol dan melihat risikonya terhadap kesehatan para pekerja pengumpul tol. Pengukuran NOx pada udara ambien menggunakan metode Griess Saltzman sesuai dengan SNI 19-7119.2-2005. Alat yang digunakan untuk mengambil sampel bernama impinger. Pengambilan data dilakukan pukul 06.00-13.00. Konsentrasi NOx terbesar pada penelitian ini adalah 159,94 μg/m3.
Dengan melihat hubungan antara konsentrasi NOx terhadap jumlah kendaraan yang melalui pintu tol, diperoleh nilai korelasi terhadap parameter NO selama 3 hari sebesar 0,21; -0,28; dan 0,51, sedangkan untuk NO2 adalah -0,19; 0,36; dan 0,04. Munculnya korelasi yang sangat lemah disebabkan karena adanya faktor lain yang menentukan jumlah konsentrasi NOx di udara selain kendaraan, seperti faktor alam dan meteorologis.
Penelitian ini mendapati kendaraan jenis kendaraan bermotor penarik atau gandeng atau tempel menjadi kontributor terbesar polutan NOx di udara. Hasil penelitian ini sekaligus menunjukkan bahwa konsentrasi NOx yang diemisikan kendaraan amat dipengaruhi oleh volume silinder kendaraan. Risiko kesehatan terhadap pekerja tol dinyatakan tidak ada karena Risk Quotient (RQ) < 1. Angka RQ tertinggi adalah sebesar 0,50.

Transportation is one of the technology advances that holds a very important function in human's daily activities. The existence of vehicles, especially the motorized vehicles, can greatly shorten the time people need to reach their destination. But then, because there are more and more vehicles been produced these days, frequently they have been causing traffic jams everywhere on the street and the worse part is sometimes it also happen at freeway.
Freeway is especially made for vehicles with four wheels or more. Ticket transaction system on toll gate creates a situation where every vehicle has to stop. When the vehicles volume is in peak situation, sometimes traffic jam could happen at the toll gate. One of the negative effects for this situation is the degradation of air quality. The officers who collect the toll estimated to be the one that suffer the most from the air pollution.
One of the pollutants in the air that emitted by vehicles is NOx. Therefore, there is a need to do the experiment on the concentration of NOx in ambient air around the toll gate and to observe the health risks of the officers that have been exposed to the pollutant.
NOx measurement in ambient air is using Griess Saltzman's method according to SNI 19-7119.2-2005. The name of the equipment that is used for taking the data is impinger. The air sample is taken from 06.00 AM to 01.00 PM. The largest concentration of NOx from this experiment is 159,94 μg/m3.
This experiment shows that heavy duty truck is the biggest contributor of NOx pollutant in the air. It shows that NOx concentration that emitted by vehicles is depending on the volume of the vehicle's cylinder. And also, it is determined that there are no health risks upon the officers because Risk Quotient (RQ) < 1. The highest RQ is 0,5.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia Kusuma
"ABSTRAK
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Cipayung, Depok, yang berada di daerah pemukiman warga tentu saja memberikan dampak bagi kehidupan warga sekitar, salah satunya ialah pencemaran udara baik karena bau yang ditimbulkan maupun mikroba yang berasal dari tumpukan sampah yang ada di TPA Cipayung, Depok tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat kualitas udara mikrobiologis yang dilakukan di 3 lokasi sampling di daerah sekitar TPA Cipayung, Depok.
Konsentrasi jamur maksimum yang didapat dari 3 lokasi sampling ialah sebanyak 4099 CFU/m3 dan minimum sebanyak 848 CFU/m3. Sedangkan untuk bakteri, konsentrasi maksimumnya ialah sebanyak 14276 CFU/m3 dan minimumnya ialah sebanyak 890 CFU/m3. Jika mengacu kepada hasil penelitian yang dilakukan oleh Shelton et al., 2002 untuk jamur dan Folmsbee & Strevett, 1999 untuk bakteri maka sebagian besar konsentrasi jamur dan bakteri di 3 lokasi sampling di daerah sekitar TPA Cipayung, Depok melebihi hasil penelitian tersebut, sehingga bisa menyebabkan dampak lebih lanjut bagi masyarakat sekitar.
Upaya untuk mencegah agar udara yang berasal dari tumpukan sampah di TPA Cipayung, Depok tidak masuk ke pemukiman warga ialah dengan memasang ventilasi gas serta green barrier di wilayah TPA Cipayung, Depok.

ABSTRACT
Place of End Processing (TPA) Cipayung, Depok, which located in residential areas certainly impact the lives of people around, one of which is either due to air pollution and microbial odor that generated from the waste pile at the landfill Cipayung, Depok. Therefore, the study was conducted to look at microbiological air quality at three locations in the area around the Cipayung, Depok landfill.
The maximum concentration of fungal that obtained from 3 sampling locations area is 4099 CFU/m3 and the minimum concentration is 848 CFU/m3 For bacterial, the maximum concentration is 14276 CFU/m3 and the minimum concentration is 890 CFU/m3. Referring to the results of research conducted by Shelton et al., 2002 for fungal and Folmsbee & Strevett, 1999 for bacterial, that the most concentration of fungal and bacterial in the three sampling locations area around the Cipayung, Depok landfill are exceed the results, which can cause further impact to the surrounding community.
Efforts to prevent the spread of air pollution from waste in the Cipayung, Depok landfill are by using gas vents and green barrier around the Cipayung, Depok landfill area."
2012
S42107
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Fuadhilah
"ABSTRAK
Sampah merupakan permasalahan yang tak kunjung selesai sampai hari ini di Indonesia, khususnya di kota-kota pendukung ibukota seperti pada Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu merupakan bagian dari Kota Tangerang Selatan yang memiliki karakteristik khusus yaitu sebagai daerah industri di Tangerang Selatan. Pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan baru mencapai 23% di tahun 2011. Sementara timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Paradigma pengelolaan sampah yang ada masih konvensional sehingga jumlah timbulan yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir masih cukup besar. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang memiliki timbulan sampah cukup besar yaitu sebesar 3.919 m3/hari pada tahun 2010.
Penelitian ini mengukur timbulan dan komposisi sampah di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu meliputi perumahan, pertokoan, industri, pasar, perkantoran dan sekolah. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menjadi dasar usulan desain pengelolaan persampahan. Untuk memperoleh data kuantitatif tersebut perlu dilakukan studi timbulan dan komposisi sampah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengambilan dan pengukuran sampel (sampling) pada masing-masing sumber sampah. Untuk merencanakan sistem persampahan dibutuhkan data timbulan sampah pada 20 tahun mendatang maka dilakukan proyeksi timbulan sampah pada tahun 2031 di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu adalah 305,11 ton/hari, 193,38 ton/hari dan 251,47 ton/hari atau 3597 m3/hari, 1747,22 m3/hari, dan 3623,74 m3/hari. Sehingga didapatkan kebutuhan sarana pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, serta pembuangan akhir. Adapun proses pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah pemilahan, daur ulang, dan komposting.

ABSTRACT
Solid waste is an unstoppable problem in Indonesia, especially in suburban city such as Kota Tangerang Selatan. Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District is part of South Tangerang city that has special characteristic as the industrial area in Tangerang Selatan. Waste services that was performed by the Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan has only reached 23% in 2011. While waste generation will increase by the increasing of population. Moreover, waste composition changes each year due to lifestyle and the change of economic levels in society. There is only conventional waste management paradigm so the amount of generation coming into the final disposal is still quite large. Tangerang Selatan is a city that has a pretty big waste that is equal to 3919 m3/day in 2010.
This study measures the generation and composition of waste in the Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District include housing, shops, industries, markets, offices and schools. This study is a quantitative and for basis design of the proposed solid waste management. To obtain quantitative data, it is necessary to study the generation and waste composition in advance by means of sample collection and measurement (sampling) on each source of waste. To plan for solid waste systems, requires data on the 20-year solid waste carried out projections of future waste generation in the year 2031 in Serpong, Serpong Utara and Setu Sub- District is 305,11 tons/day, 193,38 tons/day and 251,47 tons/day or 3597 m3/day, 1747,22 m3/day, and 3623,74 m3/day. So we get the means storage, collection, transportation, processing, and final disposal needs. The treatment process at the Integrated Waste Sites (TPST) is the sorting, recycling, and composting."
2012
S42148
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Bestar
"ABSTRAK
Sampah rumah tangga memerlukan penanganan khusus agar tidak menjadi masalah. Pelayanan persampahan Kota Depok baru mencapai 36,4% (2010), sehingga kegiatan pembakaran sampah rumah tangga secara terbuka masih dilakukan. Berdasarkan penelitian U.S. EPA, 2001, ditemukan bahwa dampak kegiatan ini adalah lepasnya emisi pencemar udara. Tujuan penelitian ini untuk memprediksi beban emisi total dari CO, CH4, NOx, SOx yang dihasilkan Kota Depok. Metode penghitungan beban emisi dengan data sekunder faktor emisi, mengambil 30 sampel secara acak untuk pengukuran komposisi dan timbulan sampah di Kota Depok, serta 100 kuisioner untuk penghitungan kuantitas dan frekuensi pembakaran sampah. Berdasarkan penghitungan yang didapatkan, nilai frekuensi pembakaran sampah dan persentase penduduk membakar sampah berdasarkan luas lantai kelompok rumah adalah sebesar 1,467 kali per minggu dan 30% untuk kelompok rumah A, 1,022 kali per minggu dan 28,26% untuk kelompok rumah B, serta 0,417 kali per minggu dan 12,50% untuk kelompok rumah C. Beban emisi CO dan CH4 di Kota Depok berdasarkan penghitungan dengan faktor emisi U.S. EPA dan Swesty sebesar 307,125 dan 1.838,592 ton/tahun, 46,972 dan 92,085 ton/tahun. Untuk emisi NOx, SOx dengan faktor emisi U.S. EPA dan Yudison masing-masing adalah 21,679 dan 25,225 ton/tahun, 3,613 dan 66,519 ton/tahun.

ABSTRACT
Domestic waste needs specific handling in order to prevent any problems. Total waste service in Depok has only reached about 36.4% (2010). Consequently, some households burn their waste to solve the problem. U.S. EPA found that the effects from this activity can release some pollutants to ambient. The purpose of this research is to predict total emission of CO, CH4, NOx, SOx, in Depok. The method based on emission factors secondary data, random sampling from 30 houses to measure the composition and waste generation in Depok, then 100 questionnaires to obtain the percentage and frequency from open burning of household solid waste. It obtained that the percentage and frequency from open burning of household solid waste is 1.467 per week and 30.00% for home group A, 1.022 per week and 28.26% for home group B, then 0.417 per week and 12.50% for home group C. Total emission of CO and CH4 in Depok based on calculation with U.S. EPA and Swesty emission factors are : 307.125 and 1,838.592 ton/year, 46.972 and 92.085 ton/year. Total emission of NOx and SOx based on calculation with U.S. EPA and Yudison emission factors are : 21.679 and 25.225 ton/year, 3.613 and 66.519 ton/year."
2012
S42156
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Yovieta Christanty
"Rumah Pemotongan hewan (RPH) babi Kapuk merupakan RPH babi terbesar di DKI Jakarta, yang mulai beroperasi sejak tahun 1975. Babi yang terdapat di RPH babi Kapuk ini berjumlah sekitar 500 ekor setiap harinya. Masalah yang timbul akibat keberadaan RPH babi Kapuk ini adalah pencemaran udara oleh gas amoniak yang bersumber dari kotoran babi.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi gas amoniak pada RPH babi Kapuk. Pengukuran konsentrasi gas amoniak dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometer-Nessler pada panjang gelombang 425 nm. Titik sampling diambil di luar dan didalam kandang babi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi gas amoniak minimum pada kawasan RPH babi Kapuk adalah 6,75 ppm, sedangkan konsentrasi maksimum adalah 20,5 ppm. Adapun konsentrasi gas amoniak rata-rata pada kawasan RPH babi Kapuk adalah 14,15 ppm. Hal ini berarti konsentrasi gas amoniak pada RPH babi Kapuk berada dibawah standar yang berlaku.

Kapuk swine slaughter house is the biggest in DKI Jakarta that has been operated since 1975. Total swine in this Kapuk swine slaughter house is about 500 swines per day. The problem that caused by the existence of Kapuk swine slaughter is air pollution by ammonia gas that sourced from pig manure.
This study analyzes ammonia gas concentration in Kapuk swine slaughter house. Ammonia gas concentration was measured by Spectophotometer-Nessler method with 425 nm wavelength. Sampling point was taken outside and inside the swine pen.
The result of this research show that minimum concentration of ammonia gas at Kapuk swine slaughter house was 6.75 ppm, whereas the maximum concentration was 20.5 ppm. The average ammonia concentration was 14.15 ppm. It means that the concentration of ammonia gas at Kapuk swine slaughter below the applicable standards.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Dwi Larasati
"Penelitian ini membahas timbulan dan komposisi sampah di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah load count analysis dan SNI 19-3964-1994. Hasil akhir penelitian ini adalah desain sistem penanganan sampah dan Unit Pengolahan Sampah yang dapat diterapkan untuk mengurangi timbulan sampah. Timbulan sampah di TMR keseluruhan adalah sebesar 0,035 l/m2/hari atau 0,0058 kg/m2/hari, sedangkan timbulan sampah untuk sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sebesar 6,08 l/o/hari atau 0,87 kg/o/hari. Komposisi sampahnya terdiri dari 66,20% organik, 8,95% kertas, 13,78% plastik, 0,10% logam, 2,07% styrofoam, 0,19% karet, 1,43% kaca, 0,82% tisu, 1,59% pampers dan pembalut, 1,87% tekstil, 0,002% baterai, 1,17% kayu, dan 1,85% lainnya. Perencanaan sistem penanganan sampah meliputi pemilahan dan pewadahan di sumber, pengumpulan, pemilahan dan pengolahan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah. Luas minimum UPS adalah 1.896 m2 yang mencakup area tipping floor, area pemilahan, area pemrosesan, ruang penyimpanan, ruang kantor, ruang khusus petugas, area penyimpanan residu, area parkir, dan area penanganan lindi.

The focus of this study is solid waste generation and composition at Ragunan Zoological Park, South Jakarta. The methods which being used are load count analysis and SNI 19-3964-1994. The result of this study is a design for solid waste handling system and Municipal Recovery Facility which can be applied to reduce the solid waste generation. Total solid waste generation in Ragunan Zoological Park is equal to 0,035 l/m2/day or 0,0058 kg/m2/day meanwhile for the householdlike waste is equal to 6,08 l/person/day or 0,87 kg/person/day. Solid waste composition consists of 66,20% organic, 8,95% paper, 13,78% plastic, 0,10% metal, 2,07% styrofoam, 0,19% rubber, 1,43% glass, 0,82% tissue, 1,59% diapers and sanitary napkins, 1,87% textile, 0,002% battery, 1,17% wood, and the other 1,85%. Design of solid waste handling system includes separation and storage at the source, collection, separation and processing, transport, and final disposal. Minimum area of MRF is 1.896 m2 including tipping floor area, separation area, processing area, storage area, office area, staff area, residue storage area, parking area, and leachate handling area.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Prima
"ABSTRAK
Kombinasi saringan pasir dan karbon aktif pada MMF umum digunakan sebagai
pretreatment UF karena efektif menghilangkan padatan tersuspensi sebesar 75-
90% dan zat organik hingga 59%. Namun di RS X, UF mengalami fouling dalam
waktu singkat disebabkan tingginya konsentrasi konstituen residu di influen yang
berasal dari MMF sehingga UF membutuhkan frekuensi backwash lebih tinggi.
Kondisi ini dapat mengurangi recovery dan daur ulang air limbah menjadi tidak
layak secara ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi kemampuan MMF
eksisting dan dampaknya terhadap kemampuan UF tipe S-640 polysulfone hollow
fiber. Evaluasi dilakukan dengan mengukur dan menguji kinerja MMF sebagai
pretreatement UF melalui serangkaian percobaan pilot plant pada berbagai variasi
kualitas input terhadap periode operasi MMF. Hasil penelitian menunjukan MMF
eksisting memiliki kapasitas pengolahan maksimal 616 m3 yang dicapai selama 3
hari operasi untuk satu siklus backwash. Pada periode operasi tersebut, MMF
memiliki efisiensi penyisihan (1) tinggi untuk kekeruhan dan TSS rata-rata
sebesar 62% dan 74% dan (2) rendah untuk zat organik yang hanya sebesar 14%.
Penyisihan zat organik yang rendah disebabkan karbon aktif sudah mengalami
penurunan daya adsorpsi sehingga diperlukan penggantian. Dengan kondisi efluen
MMF eksisting, UF S-640 Hollow Fiber hanya memiliki efisiensi penyisihan ratarata
zat organik 50% (maks. 64%, min. 30%), kekeruhan 73% (maks. 92%, min.
64%), dan TSS 78% (maks. 94%, min. 71%). Recovery rata-rata diperoleh sebesar
52,87% (maks. 89,69% ; min.33,33% ) pada range tekanan antar membran 3,5 –
2,8 bar. Sebagai pretreatment UF, MMF eksisting membutuhkan backwash satu
kali sehari dengan volume 0,9 m3 dan penggantian media pada MMF yang
dilakukan minimal satu kali dalam 6 bulan.
ABSTRACT
The combination of sand and activated carbon filter in MMF commonly used as
pretreatment for UF cause can remove fouling contituens effectively such as
solids until 75-90% and organic matter until 59%. However in the X Hospital, UF
was going to fouling in a short time due to the high concentration of constituents
in the influent residue derived from MMF so that UF require higher backwash
frequency. This condition can reduce the recovery and wastewater recycling to be
economically unfeasible. Therefore, we need to evaluate the capabilities of
existing MMF and its impact on the performance of UF S-640 polysulfone hollow
fiber. Evaluation was conducted by measuring and testing the performance of
MMF as a pretreatment of UF pilot plant through a series of experiments on a
wide variety of quality inputs to the MMFoperation period. The results showed
that existing MMF has a maximum processing capacity of 616 m3 that was
achieved during the three days of operation for a backwash cycle. In the period of
the operation, the MMF has (1) a high average removal efficiency for turbidity
(62%) and TSS (74%) and (2) low average removal efficiency for organic matter
(14%). The removal effiency of organic matter is low due to activated carbon
adsorption decreased and need to be replaced. At the existing effluent conditions
of MMF, UF Hollow Fiber S-640 has only 50% average removal efficiency of
organic matter (max. 64%, min 30%), turbidity 73% (max. 92%, min 64%), and
TSS 78% (max. 94%, min. 71%) . The average recovery was obtained for 52.87%
(max. 89.69%; min.33, 33%) in the transmembrane pressure range from 3.5 to 2.8
bar. As a UF pretreatment, the existing MMF requires backwash at least once in
two days with a volume of 0.9 m3 and the media needs to be replaced at least once
in 6 months."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Winda Anggreni
"Salah satu teknologi pencegahan persebaran Volatile Organic Compounds (VOCs), khususnya gas benzena yang berasal dari fasilitas pengomposan, adalah biofilter. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh variasi ukuran media pada biofilter selama proses aklimatisasi dengan menggunakan media filter berupa kompos yang berukuran <2,38 mm (lolos saringan 8) dan berukuran di antara 2,38-4,76 mm (antara saringan 8 dan 4). Gas benzena yang digunakan sebagai gas inlet berasal dari larutan benzena yang terevaporasi dengan laju alir 1 liter/menit kemudian dicampur dengan uap air dari humidifier. Media kompos yang digunakan berasal dari Unit Pengolahan Sampah yang telah memenuhi Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik (SNI 19-7030-2004). Selama percobaan proses aklimatisasi yang dijalankan selama 16 hari, biofilter dengan media kompos berukuran <2,38 mm atau media 1 menghasilkan nilai rata-rata Removal Efficiency (RE) sebesar 70,2% dengan nilai RE maksimum sebesar 99,8% pada hari ke-6 dan RE minimum sebesar 20,3% pada hari ke-14. Sedangkan percobaan biofilter dengan ukuran media yang sama pada percobaan kedua selama 6 hari menghasilkan nilai rata-rata RE sebesar 92,9% dengan nilai RE maksimum sebesar 99,7% pada hari ke-3 dan RE minimum sebesar 79,9% pada hari ke-4. Sedangkan percobaan biofilter dengan media kompos berukuran di antara 2,38-4,76 mm atau media 3 selama 10 hari menghasilkan nilai rata-rata RE sebesar 68,9% dengan nilai RE maksimum sebesar 97,4% pada hari ke-1 dan RE minimum sebesar 26,3% pada hari ke-6. Removal Efficiency (RE) pada media 2 lebih besar dibandingkan RE pada media 3 sebab porositas media 2 lebih besar dibandingkan media 3, sehingga waktu kontak gas benzena dengan media filter lebih lama dan proses adsorpsi dapat terjadi secara maksimal.

Biofilter is considered as one of a leading technology that can prevent the spread of Volatile Organic Compounds (VOCs), especially benzene gas from composting facilities. The aim of this study is to analyze the influence of media size of biofilter during acclimatization process using compost <2.38 mm (sieve 8) and between 2,38-4,76 mm (between sieve 8 and 4). Benzene gas used as inflow was obtained from evaporation of benzene solution with 1 liter/min flow combined with water vapor generated from a humidifier. Compost media originated from Unit Pengolahan Sampah was in agreement with Organic Compost Spesifications from Domestic Waste (SNI 19-7030-2004). During acclimatization process of 16 days, biofilter with media-sized compost <2.38 mm or media 1 produced an average value of Removal Efficiency (RE) at 70,2% with a maximum value of RE at 99,8% on the sixth day and the minimum value of RE at 20,3% on the fourteenth day. The same biofilter size in another experiment for 6 days produced an average value of RE at 92,9% with a maximum value of RE at 99,7% on the third day and the minimum value of RE at 79,9% on the fourth day. Meanwhile, the biofilter with media-sized compost between 2,38-4,76 mm or media 3 for 10 days produced an average value of RE at 68,9% with a maximum value of RE at 97,4% on the first day and a minimum value of RE at 26,3% on the sixth day. Removal Efficiency on media 2 is greater than media 3 because the porosity of media 2 is larger than media 3, so the contact time between benzene gas and media 2 is longer than media 3 and adsorption process can able to work maximumly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasuri Sa`at
"Perkembangan suatu kota ditandai dengan meningkatnya pertambahan penduduk dan makin lengkapnya fasilitas kota untuk menuju kota metropolitan yang mandiri dengan harapan perkembangan ekonomi yang tinggi. Depok pada tahun 2010 berpenduduk 1.675.213 jiwa dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 1.145.091 jiwa, maka sudah terjadi perkembangan penduduk kota Depok sebesar 530.122 jiwa dengan pertambahan sebesar 31,655 % dalam kurun waktu 10 tahun atau rata-rata perkembangan 3,64% per tahun. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan beberapa konsekuensi perubahan fungsi lahan meliputi, kebutuhan lahan untuk pembangunan daerah pemukiman dan fasilitas ? fasilitas lainnya. Seterusnya juga memacu perubahan penggunaan lahan, khusus lahan yang tadinya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) berubah menjadi ruang tertutup bangunan (non RTH). Dampak lain dari pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya kebutuhan akan air untuk menjalankan kehidupan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi daya dukung sumber air hujan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok tahun 2010. Dikota Depok terdapat sumber-sumber air yaitu Kali, Situ dan Air tanah. Saat ini pemakaian air tanah lebih dominan sebesar 82,5% dari total penduduk memakai air tanah dari pada air permukaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pasokan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Depok disamping air permukaan yang ada berkualitas kurang baik, sehingga perlu pengolahan lengkap lebih dahulu untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan kualitas kesehatan.
Menurut hasil penelitian potensi sumber air hujan sangat mencukupi karena curah hujan dikota Depok sangat tinggi (1106-4579 mm) per tahun, sehingga menghasilkan nilai surplus debit andalan di masing-masing luasan kecamatan, kecuali Kecamatan Beji terjadi defisit pada bulan September dan Oktober.

A city development is indicated by population growth and more complete facilities compare to rural area. Depok is one of city with massive development nowadays with high economic potential. In 2010, Depok population is 1.675.213 peoples, this number has increase by 31.65% compare to 2000 (1.145.091 peoples), the average population growth is 3.64% per year.
In line with high population growth and changing on people dynamic, most of Green Open Space Area (RTH) has shifting the function into Used Spaced with many buildings is develop nowadays for residential (house, apartment), office building, restaurant, etc.
For supporting population growth, one of the most important factor need to consider is the availability of reserved water for supporting people?s daily life. The main objective of this study was to determine the potential capacity of rain water sources to the spatial plan of Depok City in 2010. Some of water source for covering all Depok area are Kali, Situ & Ground Water. Currently, the usage of ground water is more dominant (used by 82.5% of total population).
Based on the research result, potential source of rain water in Depok is sufficient because the annual rainfall duration is very high (1106 ? 4579 mm), resulting on the surplus value of dependable flow in each districts, except in Beji District during dry season, in September and Oktober.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31207
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 >>