Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Riyanto
"Perubahan paradigma yang penting dilakukan dalam penyelenggaran pemerintahan daerah adalah adanya pemilihan kepala daerah secara langsung oleh masyarakat secara teransparan dan demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebelum keluarnya Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pilkada dilaksanakan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, namun merebaknya tindakan KKN yang antara lain dalam wujud politik uang, pemilihan kepala daerah tidak sesuai dengan aspirasi rakyat. Memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dalam pemilihan kepala daerah menuntut dibukanya saluran dan mekanisme pemilihan kepala daerah di luar calon dari partai politik. Keputusan Mahkamah Konstitusi nomor 05/2007 tanggal 23 Juli 2007 mengukuhkan bahwa calon independen dibolehkan untuk ikut serta dalam Pilkada. Keputusan ini di satu sisi mendapat sambutan hangat dari masyarakat luas tetapi di sisi lain merupakan cambuk bagi partai politik untuk intruspeksi dan berbenah diri dalam rangka meningkatkan mutu pengabdian kepada konstituen dan masyarakat pada umumnya. Kehadiran calon independen Pilkada layak disambut baik oleh segenap kalangan sebagai solusi kebuntuan aspirasi masyarakat selama ini terhadap monopoli pemilihan kepala daerah sebagai bagian dari hak politik masyarakat. Hikmah yang dapat diambil adalah bahwa dengan persaingan yang sehat diharapkan mendapat kepala daerah yang benar-benar berkualitas dan memperoleh legitimasi yang kuat. Terjaminnya kualitas dan legitimasi akan memperoleh dukungan yang kuat pula dari masyarakat otonom, berpengaruh pada stabilitas pemerintahan yang pada puncaknya dapat mencapai tujuan dari program-program pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Tindak lanjut putusan MK oleh pemerintah dan DPR dalam bentuk peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum dan aturan main tampilnya calon independen Pilkada perlu segera direalisasikan mengingat kebutuhan yang mendesak di sejumlah daerah. Kearifan dan kebesaran jiwa para elit partai politik menentukan bagaimana calon independen turut serta dalam Pilkada, karena produk hukumnya terletak pada pemerintah dan DPR yang merupakan representasi dari partai politik.

Importantly, the paradigm changes conducted to administer Local Government is to Elect Local Head by citizens directly, transparently and democratic under principles of immediate, general, free, secret, hones and fair in accordance with citizens aspiration. Prior the issuance of Laws No.32 of 2004 concerning Local Government, Pilkada [Local Head Election] is elected by Local Representative Assembly, nevertheless, as result of the presence of KKN [Collusion, Corruption and Nepotism] commitment such as money politic, then, no longer it is suitable to citizens aspiration. The declining of citizens trust to political party in order to elect local head, it had brought about the opening of channel and mechanism of local head election beyond political party. Award of Supreme of Constitution No. 05/2006 on July 23rd 2007, it had validated the independent candidate to participate in "Pilkada'. In one side, such award had been responded by citizens enthusiastically, but, in other side, more hardly, the political party should introspect and manage their selves in better to increase service quality to the constituent in special and citizens in general. The existence of Independent Candidate properly, it should be responded by citizens as solution for solving the stagnant of citizens aspiration to monopoly local head election as their political right currently. Its benefit is that by health and fair competition will be obtained both the very qualified local head and strong legitimate, hence, significantly, it will be supported by citizens which will have influences to governmental stability, finally, the objective of developmental programs may be achieved for citizens prosperity. However, it should be followed up by executive {Government] and Legislative [Indoensia Representative Body] by passing rules and regulations as legal umbrella and rule of game for independent candidate. The wisdom and voluntary of political elites will determine how independent candidate may compete in Pilkada, because such legal products will be determined by both executive and legislative policy. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T37599
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nikki Rayadi
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T36848
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Dian Anggraeni
"ABSTRAK
Keberadaan bank asing atau kantor cabang dari bank yang
berkedudukan diluar negeri dalam sistem perbankan Indonesia
disertai dengan berbagai hal. Dari sisi persaingan dalam
artian kompetisi dalam melayani nasabah diharpkan menjadi
cambuk pemicu bank-bank lokal sehingga terpacu untuk
memberikan layanan yang terbaik bagi nasabahnya. Disisi
lain keberadaan bank-bank asing ini juga membawa berbagai
dampak yang kurang baik terutama karena dari sisi
pengaturannya keberadaan bank-bank asing ini masih terdapat
kerancuan dalam penyebutan "istilahnya" belum ada
penyebutan yang pasti apakah kriteria atau ukuran/parameter
yang akan dipakai dalam penyebutannya juga berkaitan dengan
fungsi intermediasinya, kerana dikhawatirkan bank asing
tidak mau memutar uang yang dia peroleh di Indonesia dan
membawa semua keuntungannya kembali ke negara asalnya.
Karena bank Indonesia sendiri-pun masih belum konsisten
dalam penyebutannya. Kerancuan dalam penyebutan istilah
tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam pembinaan
dan pengawasan terhadap bank asing yang dilakukan oleh bank
Indonesia sebagai otoritas jasa perbankan. Penelitian ini
berusaha untuk melihat bagaimana pengaturan, pembinaan dan
pengawasan bank asing sebagai bagian dari penggerak
perekonomian Negara dan bagaimana bank asing dalam membantu
pembangunan perekonomian Indonesia.

ABSTRACT
A foreign bank or branch of bank which is sitting on the
foreign nation in the Indonesian banking system contains so
many problems. From the side of competitions to serve the
costumers its hope be a supporting to local to give a good
serve for his costumers. But in other side a foreign bank
take a negative effect, acctualy from the side of his
regulation in Indonesian Banking System. Regulation for the
foreign bank in Indonesian banking system contains a double
meaning, or we can call it ambivalent in foreign bank
descriptions. The description for the foreign bank haven't
the same parameter or criteria which is a foreign bank is
meaning a bank who have a central office in other country
or we call branch office bank, or foreign bank is meaning
the bank who have a majority investment is foreign people.
Its ill be impact in intermediations fungtion of the bank.
In acctualy condition foreign bank ill take his money to
his country and the bank will feel that have no duty to
intermediation his profit in Indonesia. From that fact,
Central Bank of Indonesia (Bank Indonesia) a institution
who have a fungtion to supervision the bank in his
teritority ill have a problem to regulate a foreign bank,
because of the ambivalent foreign bank. Central Bank of
Indonesia have to regulate and supervise the foreign bank
for the function intermediation because of the equality
before the law which every bank must be serve to
development in Indonesia."
2008
T36827
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hotma Timbul
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T36834
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nila Manilawati
"ABSTRAK
Dalam setiap proses industrialisasi di Indonesia
teknologi selalu memegang peran utama. Persoalan utama bagi
Indonesia adalah bagaimana memperoleh teknologi tersebut.
Teknologi salah satunya dapat diraih dengan cara lisensi
paten. Dengan demikian lisensi merupakan salah satu saluran
yang potensial untuk program alih teknologi di Indonesia.
Persoalannya adalah bagaimana agar melalui lisensi paten
tersebut alih teknologi dapat dilakukan.
Dalam kenyataannya, lisensi paten memang tidak secara
otomatis mampu melakukan program alih teknologi pada
partner Indonesianya. Banyak faktor dan kendala yang
menghambat program alih teknologi tersebut.
Tujuan utama penelitian adalah untuk memperoleh data
tentang pelaksanaan perjanjian lisensi paten dalam
kaitannya dengan alih teknologi, kemudian dianalisis
faktor-faktor yang menghambat untuk kemudian dapat
dijadikan bahan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan
yang menyangkut alih teknologi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum doktrinal. Setelah diadakan penelitian dan melakukan analisis,
terdapat kecenderungan yang menonjol sebagai berikut:
pelaksanaan alih teknologi melalui perjanjian lisensi paten
tidak berlangsung secara otomatis, senantiasa tidak
terdapat keseimbangan kedudukan antara pelisensi dan
terlisensi dikarenakan beberapa faktor, terdapat beberapa
faktor yang menghambat jalannya alih teknologi melalui
perjanjian lisensi paten, terutama praktek pembatasan
perdagangan.

ABSTRACT
Technology is very important at each industrialization
m Indonesia. The first problem of Indonesia is how to
reach technology. Technology can be brought through patent
license. So that, license is a potential channel for
transfer of technology in Indonesia. But the problem is how
can transfer of technology carried out through license. In
fact license is not automatically give transfer of
technology to Indonesian partner. There are many problem in
the transfer of technology.
The goal of this research for getting data about the
performance of license contract regarding with transfer of
technology and then to analyze the obstruct factors in the
context of make outline transfer of technology rule. The
method of this research usually call doctrinal research
After doing research and analyze data the resume of
this research are: transfer of technology by license
contract is not automatically, there is no balance position
between licensor and licensee in the contract, and there
are many factors obstruct transfer of technology, mainly
called RBP (Restrictive Business Practices)."
2008
T37101
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitindaon, Jansen
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanudin
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
T37078
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>