Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mika Bintang Maharani
"Individu yang bekerja sebagai kru penerbangan berpotensi mengalami kejadian traumatis selama bekerja, khususnya kecelakaan udara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran terkait coping yang dilakukan oleh para kru penerbangan yang pernah atau masih memiliki stres traumatis akibat kecelakaan yang membahayakan nyawanya. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif agar dapat melihat penghayatan pribadi yang mendalam atas kecelakaan serta bagaimana masing-masing partisipan mengatasi kejadian traumatis dari saat kecelakaan terjadi hingga saat ini. Partisipan penelitian terdiri lima orang kru penerbangan yang pernah mengalami kecelakaan dan mengalami dampak berupa stres traumatis akibat kejadian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para partisipan menunjukkan gejala stres traumatis setelah mengalami kejadian traumatis. Lama partisipan mengatasi stres traumatis tersebut berbeda, mulai dari hitungan hari hingga tahun. Emotion focused coping, avoidance coping, dan religious coping merupakan teknik coping yang dilakukan oleh partisipan. Dalam menangani stres traumatisnya, para partisipan didukung oleh berbagai pihak eksternal dan juga bersandar pada kemampuan diri.  Meskipun mengalami kejadian yang traumatis, seluruh partisipan menganggap kejadian membawakan pengaruh positif dalam kehidupan yang membawanya pada posttraumatic growth.

Individuals working as flight crew members potentially experience traumatic events during their work, particularly air accidents. This study aims to examine the coping mechanisms used by flight crew members who have experienced or are still experiencing traumatic stress due to life-threatening accidents. Conducted through qualitative methods, the study seeks to understand personal experiences of the accidents and how participants has coped with the traumatic events from the time of the accident until now. The study consists of five flight crew members who have experienced accidents and suffered from traumatic stress as a result. Findings indicate that participants exhibited symptoms of traumatic stress from the accidents with duration of their recovery from traumatic stress varied, ranging from days to years. Emotion-focused coping, avoidance coping, and religious coping were techniques employed by participants. In handling their traumatic stress, participants received support from various external sources and also relied on their own coping abilities. Despite experiencing trauma, all participants perceived the events to have had a positive impact on their lives, leading them towards posttraumatic growth."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlian Damenia Manuella
"Penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 10 ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada orangtua dan teman sebaya dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Efikasi diri pengambilan keputusan karier dilihat dari pemilihan peminatan (MIA/IIS/Bahasa) yang dilakukan siswa kelas 10. Lebih jauh, diteliti pula perbandingan besar kontribusi antara kelekatan pada orangtua dan kelekatan pada teman terhadap efikasi diri pengambilan keputusan karier siswa. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 176 siswa kelas 10 di Depok. Hasilnya, terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada orangtua dan efikasi diri pengambilan keputusan karier (r = 0,356, p < 0,01) serta terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan pada teman dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier (r = 0,249, p<0.01). Ditemukan pula bahwa kelekatan pada orangtua berkontribusi lebih besar terhadap varians efikasi diri pengambilan keputusan karier dibanding kelekatan pada teman. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah mengusahakan terciptanya kelekatan dengan siswa.

This research was conducted to examine the relationship between parental attachment, peer attachment, and career decision-making self-efficacy in 10th grade students. Samples for this research are 176 10th grade high school students in Depok. Career decision-making self-efficacy was examined from choosing the major that student want to take on high school (Mathematics and Natural Sciences, Social Sciences, or Languages). Furthermore, researcher examined the difference of contribution between parental attachment and peer attachment to career decision-making self-efficacy. The results are, there is a significant relationship between parental attachment and career decision-making self-efficacy (r = 0,356, p < 0,01), also there is a significant relationship between peer attachment and career decision-making self-efficacy (r = 0,249, p<0.01). Results also showed that parental attachment gives more contributions to career decision-making self-efficacy than peer attachment. Based on the results, researcher suggest to family and school environment to build attachments between parent, peer, and students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54847
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Dwi Nugroho
"Tahap perkembangan penalaran moral pascakonvensional seharusnya sudah bisa dicapai seseorang saat usia remaja. Meski demikian, laju perkembangan moral setiap individu berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan perkembangan penalaran moral dengan asal sekolah, pengasuhan orang tua, dan iklim sekolah. Penelitian ini dilakukan pada 233 siswa sekolah SMA/sederajat di Jakarta yang terdiri dari 3 sekolah agama dan 2 sekolah umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara adalah penalaran moral dengan asal sekolah, pengasuhan orang tua, dan iklim sekolah. Selain itu diperoleh hasil tambahan bahwa penalaran moral laki-laki dan perempuan tidak berbeda

Post-conventional moral reasoning development stage should have been reached at the age of adolescence. However, the rate of moral development of each person remain different. The purpose of this study is to see the development of moral reasoning relationship with the school origins, parenting, and school climate. This study was conducted on 233 high school students in Jakarta consisting of three religious schools and 2 public schools. The results show that there is a relationship between moral reasoning with the school origins, parenting, and school climate. Also obtain additional results that moral reasoning of men and women is not different."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaskia Toyyibatun Zulkaisy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem remaja akhir Kota Depok. Penelitian ini dilakukan terhadap 104 remaja akhir di Kota Depok berusia 18-21. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg pada tahun 2009. Alat ukur ini mengukur attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak. Sementara self-esteem diukur menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Rosenberg (1965), yaitu Rosenberg?s Self-Esteem Scale yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan mengukur satu dimensi, yaitu global self-esteem. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa attachment ibu-anak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) dan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05).

The purpose of this study is to understand the correlation between mother- child attachment, father-child attachment, and self-esteem in late adolesence in Depok. The sample of this study consist of 104 late adolescence (18 ? 21 years old) in Depok. Mother-child attachment and father-child attachment measured by Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) which is created by Armsden and Greenberg on 2009. Whereas, self-esteem is measured by Rosenberg?s Self-Esteem Scale and measuring one dimension of self-esteem (global self-esteem). Result of this study showed that mother-child attachment correlates significantly with self-esteem in late adolescence in Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) and father-child attachment has no correlation with self esteem in late adolescence in Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Nova Rina
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan arranged marriage dengan kebahagiaan pada orang Batak Toba di Indonesia secara simultan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif (N=419). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh tertentu dan arranged marriage dengan kebahagiaan secara bersamaan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa arranged marriage tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebahagiaan pada orang Batak Toba (r=0,07, p=0,15 > α), tetapi pola asuh authoritative dan authoritarian memiliki hubungan yang signifikan dengan kebahagiaan pada orang Batak Toba. Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebahagiaan kepada orang Batak Toba yang menikah secara high dan low arranged marriage.

The aim of the research was to investigate the correlation between parenting styles (authoritative, authoritarian, and permissive parenting) and arranged marriage with subjective happiness simultaneously. This study was conducted with a quantitative approach (N = 419). The results of the study shows that there was significant correlation between certain parenting styles and arranged marriage with happiness simultaneously (p < α). The results also shows that there was no significant correlation between arranged marriage and happiness (r = 0,07, p=0,15 > α), but there is significant correlation between parenting styles (authoritative and authoritarian parenting) and happiness among Toba Batak people. The results also shows that there was no difference on happiness between Toba Batak people who was married by high and low arranged marriage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vismaia Nur Fitriani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi resiliensi keluarga terhadap kesehatan mental pada remaja yang berasal dari keluarga miskin. Penelitian ini melibatkan sebanyak 104 remaja berusia 12 18 tahun dengan mengisi kuesioner resiliensi keluarga dan kesehatan mental positif. Resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur Walsh Family Resilience Questionnaire yang dikembangkan oleh Froma Walsh pertama kali pada tahun 1998. Sedangkan kesehatan mental diukur dengan menggunakan Mental Health Continuum Short Form yang diperkenalkan oleh Keyes C L M pada tahun 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiliensi keluarga berpengaruh sebesar 19 2 terhadap kesehatan mental R2 0 192 p 0 000. Pada hasil analisis tambahan ditemukan perbedaan mean resiliensi keluarga yang signifikan pada keterlibatan individu dalam kegiatan.

The aim of this research is to examine the contribution of family resilience toward mental health among adolescent from families living in poverty. This research involved 104 students age 12 ndash 18 and they fill out the questionnaire of family resilience and mental health. Family resilience was measured by Walsh Family Resilience Questionnaire developed by Froma Walsh in 1998 Mental health was measured by Mental Health Continuum Short Form introduced by C L M Keyes in 2002. The result showed that family resilience has an effect of 19 2 on mental health R2 0 192 p 0 000. In additional analysis researcher found that there was a significant mean differences of family resilience and activity involvement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviarani Triandana Ayu
"ABSTRAK
Mahasiswa adalah kelompok yang paling sadar bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, namun sayangnya perilaku merokok masih mudah dijumpai di kalangan mahasiswa. Inkonsistensi antara pengetahuan dan perilaku merokok pada mahasiswa dapat memicu terjadinya disonansi kognitif. Para perokok yang mengalami disonansi kognitif diketahui akan berusaha mengurangi disonansinya dengan meremehkan bahaya dari merokok. Hanya saja, perokok akan meremehkan risiko tersebut untuk diri mereka sendiri, namun membenarkan risiko tersebut untuk perokok secara umum. Kepercayaan seperti itu disebut sebagai unrealistic optimism. Seseorang yang memiliki unrealistic optimism akan merasa dirinya kebal akan kematian sehingga kecemasan kematian yang dirasakan cenderung rendah. Padahal, hadirnya kecemasan kematian pada tingkatan tertentu, dapat membuat seseorang meningkatkan perilaku hidup sehat. Maka dari itu, pada penelitian ini ingin dilihat apakah terdapat hubungan antara unrealistic optimism dan kecemasan kematian pada mahasiswa yang merokok. Pengukuran unrealistic optimism dilakukan dengan mengajukan empat pertanyaan kunci yang disusun oleh Weinstein, Marcus, dan Moser (2004), sedangkan kecemasan kematian diukur menggunakan Death Anxiety Scale (DAS) yang dikembangkan oleh Templer (1970). Partisipan berjumlah 161 mahasiswa yang merokok. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara unrealistic optimism dan kecemasan kematian (r = .263, p < 05).

ABSTRACT
College students were known as a group that is most aware about the dangers of smoking cigarette. On the other hand, it is still convenient to find college students who smoke cigarette. Inconsistency between knowledge and smoking behavior in college students can lead them into cognitive dissonance. It was known that smokers who experienced cognitive dissonance will reduce their dissonance by underestimate the dangers of smoking itself. However, they will underestimate the risks for themselves, but justify the risks for smokers in general. Such belief is known as unrealistic optimism. Someone who has an unrealistic optimism will feel invulnerable of death, so their death anxiety tend to be low. In fact, the presence of death anxiety in a certain amount can increase someone?s health behavior. Therefore, this research was conducted to find out the correlation between unrealistic optimism and death anxiety in college students who smoke cigarette. In this research, unrealistic optimism was measured by using four key questions, arranged by Weinstein, Marcus, and Moser (2004). Meanwhile, death anxiety was measured by using Death Anxiety Scale (DAS) developed by Templer (1970). The total participants were 161 college students who smoke cigarette. The result showed a significant positive correlation between unrealistic optimism and death anxiety (r = .263, p < 05).
"
2015
S60458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulinar Preselia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 407 partisipan dengan kriteria berusia 16-21 tahun dan sedang menjalani hubungan pacaran. Pengukuran kekerasan dalam pacaran menggunakan alat ukur The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) sementara pengukuran regulasi emosi marah dalam konteks pacaran menggunakan alat ukur The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari regulasi emosi marah dalam konteks pacaran terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aspek regulasi emosi marah dalam konteks pacaran yang paling berkontribusi terhadap kekerasan dalam pacaran pada remaja adalah aspek escalating strategies.

This research examined whether anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents. This research was a quantitative study involving 407 participants with the criteria of aged 16-21 years old and currently in a dating relationship. Dating violence was measured using The Conflict in Adolescent Dating Relationships Inventory (CADRI) (Wolfe, 2001) and anger regulation in dating context was measured using The Anger Management Scale (AMS) Short Version (Stith & Hamby, 2002).
The result showed that anger regulation in dating context significantly effected dating violence in adolescents (F=86.656, p<0.01, R2=0.176). The result also revealed that the most contributing aspect of anger regulation in dating context towards dating violence in adolescents was escalating strategies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subarno
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan strategi pengajaran guru yang ditinjau dari pengalaman mengajar, pada guru sekolah dasar inklusif Negeri di lingkungan kota Depok, Bogor, dan Jakarta dengan jumlah responden 78 guru. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teacher Sense's of Efficacy Scale (TSES) dan Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ). Hasil dari penelitian ini menunjukan hubungan yang positif dan signifikan antara teacher efficacy dengan strategi pengajaran pada guru sekolah dasar inklusif Negeri dengan nilai (r(78)= 0.37, p<0.01).
Hasil ini menunjukan semakin tinggi keyakinan yang dimiliki, semakin bervariasi strategi pengajaran yang digunakan pada guru sekolah inklusif Negeri. Pada guru yang mengajar 1-3 tahun tidak ditemukan hubungan yang siginifikan dengan nilai (r(29)=0.11, p>0.05), pada guru yang mengajar 4-5 tahun dan 7-18 tahun ditemukan hubungan yang signifikan dengan nilai (r(26)= 0.59, p<0.01) dan (r(23)= 0.42, p<0.05). Hasil ini menunjukan bahwa pengalaman mengajar yang dimiliki guru berpengaruh terhadap hubungan antara keyakinan yang dimiliki dengan variasi strategi pengajaran yang digunakan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa pengalaman mengajar yang dimiliki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap teacher efficacy yang dimiliki, tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap variasi strategi pengajaran yang digunakan pada guru sekolah dasar inklusif Negeri.

This study aims to determine the relationship between teacher efficacy and teaching strategies teachers in terms of teaching experience of the National elementary inclusive school teachers in the city of Depok, Bogor and Jakarta with the number of respondents 78 teachers. Measuring instrument used in this study is Teacher's Sense of Efficacy Scale (TSES) and Bender Classroom Structure Questionnaire (BCSQ). The results of this study showed positive and significant relationship between teacher efficacy with teaching strategies of National elementary inclusive school teachers by value (r(78) = 0.37, p<0.01).
This result suggests that the higher the confidence, the more varied teaching strategies used by the National elementary inclusive school teachers. Teachers who teach 1-3 year was not found significant relationship with value (r(29) = 0.11, p>0.05), there was a significant correlation with the value (r( 26) = 0:59, p<0:01) and (r(23) = 0:42, p<0.05) for the teachers who teach 4-5 years and 7-18 years. These results indicate that the teachers experience teaching affect the relationship between teacher efficacy they have with the variation of teaching strategies used. Results from this study also shows that teaching experience possessed no significant influence on teacher efficacy, but significantly influence the variation of teaching strategies used on National elementary inclusive school teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65428
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Tonggo Evie Chricia
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan psychological capital pada Generasi X dan Generasi Y. Pengukuran psychological capital dilakukan dengan menggunakan psychological capital questionnaire oleh Luthans, Youssef, dan Avolio. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 245 orang karyawan Generasi X dan Generasi Y yang bekerja di perusahaan di daerah Jabodetabek. Hasil pengolahan data menggunakan independent sample t-test, menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological capital yang signifikan antara karyawan Generasi X M = 4.83, SD = .44 dan Generasi Y M = 4.62, SD = .56 , t 243 = 3.25, p > .01, one-tailed.

The purpose of this study is to examine the differences in psychological capital between Generation X and Generation Y employees. Psychological capital was measured using psychological capital questionnaire PCQ . The sample of this study consisted of 245 participants who worked in companies in Jabodetabek. The result of the study using independent sample t test shows that there is no significant difference in psychological capital among Generation X M 4.83, SD .44 and Generation Y M 4.62, SD .56 , t 243 3.25, p .01, one tailed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9   >>