Skripsi ini membahas bagaimana dan mengapa sebuah grup musik „gothic black metal‟ mampu menggunakan musik mereka dan persona „setan‟ yang mereka gunakan untuk membawa pesan yang sifatnya justru melawan „setan‟. Penelitian dilakukan dengan meneliti salah satu grup „gothic black metal‟ lokal yang bernama Kedjawen. Para personil Kedjawen merasa bahwa dosa, alam baka, dan hari kiamat yang telah dijanjikan oleh kitab-kitab agama samawi merupakan halhal yang nyata ada. Lirik-lirik Kedjawen berisi pesan-pesan yang bersifat „mengingatkan‟ para pendengar akan hal-hal tersebut. Meskipun musik dan persona panggung yang digunakan para personil membawa penggambaran sifatsifat „setan‟, Kedjawen tetap membawa pesan-pesan yang bersifat melawan „setan‟ dan berpihak kepada siapa saja yang menentang „setan‟. Ini disebabkan oleh ketakutan para personil Kedjawen akan janji-janji agama samawi mengenai dosa, alam baka, dan hari kiamat yang membuat mereka secara teleologis masih menantikan surga terlepas dari bagaimana mereka berekspresi.
This thesis examines how and why a „gothic black metal‟ band could possibly use their music and „demonic personas‟ to deliver messages that are actually against „demons‟. This research is done by examining a local (Indonesian) „gothic black metal‟ band called Kedjawen. The members of the band feel that sins, afterlife, and the doomsday are real, as explained and promised by the celestial religions. The band‟s songs contain „reminding‟ messages about those things explained by the celestial religions. Even though the band‟s music and stage personas depict the characteristics of the „demons‟, the messages they deliver are strictly against and siding anyone who is against „demons‟. The members‟ fear of sins, afterlife, and doomsday make them teleologically still long for heaven regardless the way they express themselves.
"Masyarakat keturunan Arab di Indonesia identik dengan salah satu kebiasaan yaitu perkawinan endogami. Meskipun kebudayaan mereka sudah berasimilasi dengan kebudayaan Indonesia selama bertahun-tahun, mayoritas dari mereka tetap menolak sistem eksogami. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu apa saja penyebab etnosentrisme dalam perkawinan pada masyarakat keturunan Arab di Jabodetabek dan apa saja nilai-nilai yang mereka anut di dalam keluarga mereka. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Skripsi ini memaparkan bagaimana masyarakat keturunan Arab melanggengkan sistem endogami yang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah penurunan marga di mana marga merupakan aset yang sangat penting bagi masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Alasan kedua berkaitan dengan kebudayaan.
Arab descendants in Indonesia are identical with one of many habits including endogamy marriage. Even though their culture has been assimilated with Indonesian culture for many years, the majority of them still reject the exogamous system. This thesis aims to find out what are the causes of ethnocentrism in marriage to people of Arab descent in Jabodetabek and what values they embrace in their families. The researcher used ethnographic methods with in-depth interviews and participant observation. This thesis describes how Arab descendants perpetuate the endogamy system caused by several things. First is the decline of clans or family names where they are very important assets for people of Arab descent in Indonesia. The second reason is related to culture.
"