Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ode Zulkarnain Sahji Tihurua
"Artikel ini mengambil “komoditas” sebagai isu utama, dengan fokus pada dinamika produksi komoditas kopra di Yainuelo, pulau Seram. Mengikuti Escobar (1995) dan Tsing (2005), saya melihat dinamika produksi komoditas sebagai “arena produksi budaya”. Sebagai komoditas, kopra bukanlah entitas material yang statis seperti dibayangkan oleh ilmu ekonomi moderen. Artikulasi dan pemaknaan komoditas kopra oleh pengelola kopra selalu berubah-ubah dalam lintasan sejarah komoditas pada level produksi. Artikel ini memposisikan kopra seperti Rudyansjah melihat “kekuasaan”. kopra seperti kekuasaan, tidak pernah terperagakan dalam wujud yang final dan selalu di-dialog-kan oleh berbagai aktor dengan kepentingannya masing-masing pada bentangan ruang dan waktu yang panjang. Artikel ini berupaya mengungkapkan transformasi dan kontinuitas budaya yang muncul dalam lintasan sejarah produksi komoditas pada rentang waktu - yang dalam istilah Braudel disebut “conjuncture” (satu abad). Mengikuti logika konseptual “lanskap budaya” yang diajukan oleh Rudyansjah untuk melihat kopra, saya melihat fenomena transformasi dan kontinuitas budaya muncul secara berkelindan dalam kehidupan komoditas di Yainuelo. Dalam kajian ini, saya juga berusaha memahami “friksi” yang menjadi bingkai dari proses transformasi dan kontinuitas budaya pada dinamika komoditas kopra di Yainuelo.

This article examines “commodity” by focusing on the dynamics of producing copra commodity in Yainuelo, Seram Island. Following Escobar (1995) and Tsing (2005), I see the dynamics of copra production as “cultural production arena”. As a commodity, copra is not an unchanging material as imagined by modern economics. Its meaning and articulation always changes under the historical trajectory of its production. This article positions copra the way Rudyansjah sees power: never enacted in final form and always under dialogical interactions of various actors in their respective interest crossing a range of space and time. This article attempts to reveal cultural transformation and continuity that appears on a historical trajectory of commodity production under a certain range of time - termed by Braudle as "conjuncture" (a century). Using conceptual logics of "cultural landscape" /"landscape of culture" proposed by Rudyansjah to understand copra, I see the phenomenon of transformation and continuity appear entangled in the life of commodity in Yainuelo. In this study, I also attempt to understand "friction" that frames the process of cultural transformation and continuity within the dynamics of copra commodity in Yainuelo."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus Rudolf Yuniarto
"Penelitian ini mengetengahkan gambaran tentang persentuhan kebudayaan dan proses adaptasi di dalam kehidupan sehari-hari dunia usaha kaum migran Indonesia di Taiwan. Gambaran ini dapat dilihat melalui bentuk-bentuk strategi bertahan yang dijalankan dan berbagai bentuk jaringan sosial yang tercipta pada kelompok pengusaha ini. Institusi sosial muncul sebagai implikasi dari strategi rumah tangga yang dijalankan serta jaringan usaha yang mereka bangun, melalui penggunaan simbol atau identitas kebudayaan yang ada dalam lingkungan sosial mereka. Penelitian kualitatif menggunakan metode etnografi.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa optimalisasi menciptakan prestasi dan produksi dalam bekerja, bernegosiasi dengan lingkungan setempat dan menjalani kehidupan sesuai dengan norma setempat, sangat ditentukan oleh kemampuan pekerja migran usahawan ini dalam melakukan proses adaptasi ketika dia ingin menjalankan usaha dan mensiasati kehidupan yang mereka alami, maupun dalam melakukan jaringan sosial dan manipulasi identitas mereka.

This research is conducted in order to study about Indonesian migrant entrepeneurship in Taiwan. This thesis to identify and examine form of strategic adaptation and its impact experience at migrant workers entrepeneur, as well as their strategy to deal with the problems emerged, and describing recent condition is due to the Indonesian migrant condition in Taiwan. The research used qualitative paradigm with ethnography approach.
The result of this research showed that Indonesia migrant workers entrepeneur responses on daily live and working place and migrant situation create some strategic in their household and in their business. Also, Indonesian migrant workers entrepeneur in the destination area/place usually were involved themselves in developing certain social groups or network. and strategic adaptation. Such groups or networks function as source for fulfilling everyday social needs as well as source information on another better jobs opportunity and tool?s to adaptation on ?migrant culture? situation in Taiwan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27747
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riandi Habonaran
"Dalam tulisan ini, saya tertarik untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial di wilayah Penjaringan dibentuk dalam satu proses panjang interaksi antar manusia. Interaksi manusia sebagai obyek dari penelitian kemudian ditelusuri kompleksitasnya, dan dicoba dilihat prosesnya di dalam ruang dan waktu agar dapat dimengerti bagaimana hubungan masa lalu dalam pemaknaannya di kehidupan masa kini.
Saya kemudian memperlakukan negosiasi kultural yang dikembangkan masyarakat Penjaringan dalam menanggapi kekuasaan dari luar sebagai bentuk kompleksitas kehidupan masyarakat Penjaringan itu. Logika kebudayaan masyarakat tersebut kemudian menjadi sangat historis sifatnya, karena dikembangkan masyarakat dengan berpedoman pada masa lalu mereka.
Temuan penelitian lapangan saya memperlihatkan bahwa kesadaran sejarah (historisitas) masyarakat Penjaringan mempengaruhi bagaimana interaksi mereka dengan kekuasaan yang datang dari luar menjadi sangat pragmatis sifatnya. Hal ini merupakan sebuah pilihan yang ditempuh masyarakat Penjaringan agar tetap dapat melangsungkan kehidupan mereka yang terkepung dalam kemiskinan.

For this research project, I am interested in knowing how social life began to form in a single elongated interaction process amongst the people in Penjaringan. Human interaction as the object of this research attempts to be further researched as a form of complexity in life and to be seen as a process on how the past relationships can be used to apprehend current ones.
I have placed cultural negotiation that has been developed by Penjaringan's society in facing power from the outside as a complexity in Penjaringan's social life. The cultural logic of the society then becomes quite historical because of the people who are developing it tend to base it on the past.
My fieldwork findings show that in reality, Penjaringan's sense of historicity affects how the people interact with power that comes from outside the society and becomes very pragmatic. This way of life has been chosen purely by the people of Penjaringan so that they may continue on living their lives trapped in poverty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Amira
"Aliran Metalcore adalah sebuah subgenre dari Heavy Metal yang menggunakan teknik vokal yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan berteriak atau yang seringkali disebut screaming. Ketika mendengarkan ataupun menyaksikan sebuah lagu dibawakan dengan cara nyanyi berteriak, muncul sebuah anggapan bahwa aliran Metalcore ini membawa dampak negatif karena menerapkan teknik vokal yang keras, intimidatif dan penuh emosi. Tidak jarang teknik vokal screaming ini dianggap meniru 'suara setan'. Pernyataan ini tidak mengherankan apabila mengetahui bahwa memang ada beberapa aliran musik yang sengaja menirukan 'suara setan' tersebut dan menerapkannya ke dalam lagu.
Metalcore tentunya bukan merupakan sebuah aliran musik yang berasal dari Indonesia, namun sudah banyak band yang mulai memainkan aliran ini dan banyak diantaranya yang sudah cukup terkenal. Cara bernyanyi dengan berteriak sudah bukan lagi hal yang baru, namun masih banyak yang menganggap bahwa Metalcore memicu hal-hal negatif kepada para pendengarnya. Masih ada stereotype yang melekat pada screaming. Oleh karena itu, para pelaku Metalcore tanah air melihat bahwa perlu dilakukannya transformasi makna teknik vokal screaming agar menyadarkan masyarakat bahwa apa yang mereka sampaikan melalui teriakan bukanlah bersifat negatif. Caranya adalah dengan menulis lyric lagu yang memiliki pesan positif sesuai dengan norma-norma sosiokultural yang berlaku di masyarakat. Dengan tetap mengacu pada ciri-khas screaming, para pelaku Metalcore tanah air berusaha menyampaikan sebuah pesan moral melalui lyric lagu yang mereka teriakkan.

Metalcore is one of the subgenres of Heavy Metal which uses a vocal technique which differs from many before it called screaming. When one hears or sees a song that is being sung by way of screaming, one tends to associate it with having a negative impact on its listeners because of the loud, intimidative and emotional lyrics. Also, it is not uncommon for screaming to be thought of as an act of trying to replicate Satanic voices. This statement comes at no surprise because as a matter of fact there are certain genres of music that deliberately try to sound Satanic and apply it to the songs that they play.
As we may know, Metalcore is not a genre of music that originates from Indonesia. Even so, there are many bands these days that are performing this genre and many of them are already quite well known. Singing by screaming is no longer considered something new in the music world, yet there are still people who believe that Metalcore triggers negativity towards its listeners. There is still a stereotype attached to the act of screaming. Therefore, they who are active in the Indonesian Metalcore scene realize that there has to be an act of transformation towards the meaning of the screaming vocal technique in order to make people aware that what they are conveying through these screams are not negative. They soon figured out that writing song lyrics that have a positive message in accordance with the sociocultural norms in the society was what had to be done. By continuing to refer to the essence of Metalcore with its screaming, Indonesian Metalcore musicians are trying to convey moral messages through the song lyrics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Ardhianto
"ABSTRAK
Pasca kejatuhan rezim orde baru, pendapat bahwa hanya ada satu media yang menjadi relung publik untuk saluran mengartikulasikan identitas tidak lagi relevan. Dalam konteks masa ini, individu/kelompok memiliki kekuasaan dan otoritas untuk mempublikasikan dan mengartikulasikan aspirasi politik dan kultural melalui aneka saluran dan dengan beragam narasi. Gejala tersebut berperan dalam kemunculan ragam relung publik yang terbangun dari mode partisipasi politik baru pasca orde. Tulisan ini hendak menganalisis konsekuensi keragaman narasi dan berbagai saluran media tersebut terhadap kelompok keagamaan di kota besar di Indonesia yang ternyata menciptakan relung publik sendiri berbasiskan interpretasi dan praktik politik mereka sendiri, yang dalam konteks kontemporer menggunakan sejarah narasi mengenai Ummat, gejala kontemporer dari kewarganegaraan, dan kebudayaan popular. Mengambil kasus dari kemunculan gerakan keagamaan popular #IndonesiaTanpaJIL, yang hadir melalui media sosial (twitter, facebook, dan Youtube) oleh kalangan aktivis tarbiyah, beberapa seniman kelas menengah, dan wiraswastawan di Jakarta dan Bandung, tesis ini hendak mengulas bagaimana gerakan ini secara kreatif memainkan dan mempertahankan narasi mengenai ummat yang dikemukakan kelompok Islam revivalis dengan isu kewarganegaraan dan kebangsaan melalui materi kebudayaan popular perkotaan yang berorientasi pasar. Apropriasi narasi tersebut telah menciptakan ideology keagamaan dan kesalehan disebarkan melalui modalitas dan mode sirkulasi dari komoditi kebudayaan popular. Dengan melakukan hal tersebut, mereka menciptakan relung publik mereka sendiri melalui kontradiksi-kontradiksi berbagai narasi dan posisi identitas tersebut. Fenomena ini menunjukan bagaimana subjek keagamaan dihadirkan dalam bentuk sekular kebudayaan popular di perkotaan, dan melaluinya mereka melakukan politik penciptaan publik diantara berbagai relung publik keagamaan di Indonesia.

ABSTRACT
In the aftermath of Indonesia New Order regime, the notions of single media public sphere as the only channel of identity articulation became irrelevant since every individuals/groups has authority to publish and articulate their political and cultural aspiration in diverse historical discourses and through a more diverse and egalitarian media technology (internet and social media). This writing try to explain how those multiple public sphere, influenced by socio-political changes and media technology revolution, have influenced certain religious groups in major cities of Indonesia to articulate particular practice of citizenship and religious identity in urban context. This research had shown how certain religious group that based on social media interaction had create their own public sphere based on their own interpretation of Islamic religiosity, citizenship, and popular culture. Taking case on the emerging popular-religious movement of #IndonesiatanpaJIL, that were arise from social media sites (Twitter, Facebook, and Youtube) by political Islam activist, middle class artist, and entrepreneur from urban Jakarta and Bandung, this thesis examined how this movement is creatively playing Islamic discourse and the notions of nationalism/citizenship through Indonesian urban pop culture materiality and market oriented public spaces. The appropriation of religiosity, citizenship, popular culture discourse, and its materiality has creating religious ideology and piety that spread trough popular culture material modality and modes of circulation. These phenomena had shown how religious subject articulate faith and piety in secular form of popular culture in urban Indonesia, and by doing so produce their own public in examining the changing context of religious-political life in Indonesia."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andamar Pradipta
"ABSTRAK

Skripsi ini membahas bagaimana dan mengapa sebuah grup musik „gothic black metal‟ mampu menggunakan musik mereka dan persona „setan‟ yang mereka gunakan untuk membawa pesan yang sifatnya justru melawan „setan‟. Penelitian dilakukan dengan meneliti salah satu grup „gothic black metal‟ lokal yang bernama Kedjawen. Para personil Kedjawen merasa bahwa dosa, alam baka, dan hari kiamat yang telah dijanjikan oleh kitab-kitab agama samawi merupakan halhal yang nyata ada. Lirik-lirik Kedjawen berisi pesan-pesan yang bersifat „mengingatkan‟ para pendengar akan hal-hal tersebut. Meskipun musik dan persona panggung yang digunakan para personil membawa penggambaran sifatsifat „setan‟, Kedjawen tetap membawa pesan-pesan yang bersifat melawan „setan‟ dan berpihak kepada siapa saja yang menentang „setan‟. Ini disebabkan oleh ketakutan para personil Kedjawen akan janji-janji agama samawi mengenai dosa, alam baka, dan hari kiamat yang membuat mereka secara teleologis masih menantikan surga terlepas dari bagaimana mereka berekspresi.


ABSTRACT

This thesis examines how and why a „gothic black metal‟ band could possibly use their music and „demonic personas‟ to deliver messages that are actually against „demons‟. This research is done by examining a local (Indonesian) „gothic black metal‟ band called Kedjawen. The members of the band feel that sins, afterlife, and the doomsday are real, as explained and promised by the celestial religions. The band‟s songs contain „reminding‟ messages about those things explained by the celestial religions. Even though the band‟s music and stage personas depict the characteristics of the „demons‟, the messages they deliver are strictly against and siding anyone who is against „demons‟. The members‟ fear of sins, afterlife, and doomsday make them teleologically still long for heaven regardless the way they express themselves.

"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Isidoro
"Skripsi ini menjelaskan tentang cerita hidup seorang penyanyi solo yang bernama Kartika Jahja. Dalam cerita hidup nya ia mengalami beberapa peristiwa traumatis yang menciptakan teror dalam dirinya. Musik memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan sebagai bentuk penggambaran pengalaman teror yang dialaminya. Selain itu dalam karyanya yang bertransformasi ia juga mengisyaratkan kebangkitan dari teror. Musik dijadikan sebagai sebuah katarsis untuk mengobati luka dalam jiwa dan tubuhnya yang diakibatkan oleh peristiwa traumatis yang menciptakan teror. Teknik partisipan observasi dan wawancara mendalam dilakukan dalam penelitian untuk melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Melihat narasi-narasi pengalaman hidup berguna untuk mengetahui bagaimana kejadian-kejadian dalam kehidupan musisi mempengaruhi pembentukan karyanya begitu pula sebaliknya.

This undergraduate thesis explain about life of a soloist named Kartika Jahja. Along Her life story, she had several traumatic moment that create the “terror”. Music had function to deliver message as a methaphor for her experience of terror that she had. Then, on her transformed music, she tried to tell about her struggle to stand back against terror. Music was made as a catarsist to heal the wound on her body and mind that was created by trauma which in turn shape the terror. Participant observation and in-depth interview was done in this research for viewing events that happens on her life. Viewing this series of events is used for knowing how in her life as a musician some events affects her pieces of an art and vice versa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauline Della Agnesia
"Runtuhnya rezim orde baru yang otoriter dan sentralistik menghadirkan kebijakan desentralisasi yang berpengaruh terhadap isu kebangkitan adat. Munculnya politisasi adat di Negeri Sawai menjadi menarik untuk diteliti karena isu mengenai adat menjadi signifikan. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan sebuah gambaran mengenai kondisi politisasi adat yang saat ini tengah terjadi di Negeri Sawai. Penelitian skripsi ini dilakukan dengan metode etnografi dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi observation , observasi partisipatif participant observation , wawancara mendalam indepth interview , dan wawancara dengan focus group Focus Group Discussion.
Skripsi ini berusaha menjelaskan bahwa yang melakukan politisasi adat adalah elite adat. Cara para elite adat melakukan politisasi adat dengan membangun cerita-cerita tentang adat. Cerita-cerita yang dibangun oleh elite adat dapat menjadi kendaraan atau alat yang digunakan dalam melakukan politisasi adat. Bentuk dari politisasi adat tersebut dapat dilihat dari persaingan dan kerjasama yang dilakukan oleh para elite adat. Selain itu, skripsi ini juga menjelaskan tujuan dari politisasi adat tidak berhenti pada perebutan kepemilikan sumber daya yang sifatnya materiil saja. Ada tujuan lain yang juga ingin didapatkan, khususnya sesuatu yang non-materiil. Skripsi ini juga berusaha menjelaskan bentuk kekuasaan yang ada pada komunitas Negeri Sawai.

The fall of ldquo New Order rdquo regime that had authoritarian and centralistic characteristic, had brought decentralization policy that influences the issue of adat revival. The emergence of adat politicization in Negeri Sawai becomes interesting to be studied because the issue of adat becomes significant. This final paper aim to give an image about the condition of that adat politicization that happen currently in Negeri Sawai. This final paper research is conducted with ethnography methodology and the data collection method that been used are observation, participant observation, in depth interview, Focus Group Discussion.
This final paper try to explain who is conducted the adat politicization, that later called the elite of adat. The way they conduct that with building the narrative about the adat. The narratives that been built by the elite can become vehicle or instrument to do adat politicization. The form of adat politicization can be discovered by competition and collaboration between the elite of adat. In addition, this final paper also explains the purpose of adat politicization does not stop at the seizure of resource ownership that is only material. There are other goals that also want to get, especially something non material. This final paper also tried to explain the form of power that existed in the community of Negeri Sawai.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68870
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiel Bahasuan
"ABSTRAK

Masyarakat keturunan Arab di Indonesia identik dengan salah satu kebiasaan yaitu perkawinan endogami. Meskipun kebudayaan mereka sudah berasimilasi dengan kebudayaan Indonesia selama bertahun-tahun, mayoritas dari mereka tetap menolak sistem eksogami. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu apa saja penyebab etnosentrisme dalam perkawinan pada masyarakat keturunan Arab di Jabodetabek dan apa saja nilai-nilai yang mereka anut di dalam keluarga mereka. Peneliti menggunakan metode etnografi dengan wawancara mendalam dan observasi partisipasi. Skripsi ini memaparkan bagaimana masyarakat keturunan Arab melanggengkan sistem endogami yang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama adalah penurunan marga di mana marga merupakan aset yang sangat penting bagi masyarakat keturunan Arab di Indonesia. Alasan kedua berkaitan dengan kebudayaan.


ABSTRACT


Arab descendants in Indonesia are identical with one of many habits including endogamy marriage. Even though their culture has been assimilated with Indonesian culture for many years, the majority of them still reject the exogamous system. This thesis aims to find out what are the causes of ethnocentrism in marriage to people of Arab descent in Jabodetabek and what values they embrace in their families. The researcher used ethnographic methods with in-depth interviews and participant observation. This thesis describes how Arab descendants perpetuate the endogamy system caused by several things. First is the decline of clans or family names where they are very important assets for people of Arab descent in Indonesia. The second reason is related to culture.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfah Lalang
"Studi tentang kedisiplinan telah banyak dilakukan oleh para ahli, salah satunya adalah Foucault yang studinya menggambarkan kedisiplinan dapat terbentuk ketika seseorang terikat oleh aturan yang mengekang. Ia mengambil contoh institusi militer atau institusi pendidikan sebagai mode disiplin, yang dimana didalamnya terdapat “kekuasaan” yang mengatur segala bentuk gerak gerik seseorang. Demikian juga dengan Puasa dawud yang dilakukan oleh para jamaah Wadah Nun, kedisiplinan dapat diperoleh dari berpuasa dawud bagi para jamaah. Penelitian ini adalah penelitian Antropologi yang mengharuskan turun lapangan untuk menggali fakta-fakta dan keterlibatan peneliti dalam jamaah wadah nun. Penelitian ini hendak memahami bagaimana puasa dawud yang diamalkan oleh para jamaah sebagai model pendisiplinan. Bagaimana amalan sunnah seperti puasa dawud dianggap sebagai kewajiban para jamaah namun tidak mengikat, bagaimana gambaran relasi kuasa yang ada pada jamaah wadah nun, bagaimana porsi kekuasaan yang dilakukan oleh para jamaah dan Mursyid, bagaimana para jamaah membentuk kekuasaan dalam dirinya dan mempengaruhi lingkungan sosialnya. Penelitian ini lebih besar menggunakan Wacana “Disiplin Tubuh” oleh Foucault, namun tidak menghilangkan wacana disiplin yang disajikan oleh Saba Mahmood dan para ahli lainnya yang dimana penelitian ini berusaha untuk dapat menganalisis faktor yang melatarbelakangi kedisiplinan para jamaah, apa tujuan dan sasaran para jamaah untuk berdisplin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kegiatan yang dilakukan oleh para jamaah seperti berpuasa dawud, dzikir, dan beberapa amalan sunnah lainnya dapat membentuk kedisiplinan dalam diri jamaah, peran mursyid yang besar dalam membentuk karakter para jamaah, dan proses kaderisasi yang diterapkan oleh para jamaah, dimana saling mengingatkan dan sharing pemahaman menjadi kunci dalam pendisiplinan. Teknik dan metode yang digunakan pun dapat berupa kegiatan interaktif, pengawasan, dan penyeragaman amalan. Dengan teknik dan metode tersebut dapat menghadirkan jamaah yang dapat selalu memperbaiki diri, membentuk mental yang kuat, pengetahuan yang luas, mempertebal keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan, dan yang paling utama adalah dapat mendisiplinkan diri (Self Discipline).

The study of the discipline has been carried out by the experts, one of whom was Foucault, whose work illustrates the discipline can be formed when a person is bound by rules that curb. He took the example of military institutions or educational institutions as a mode of discipline, that in which there are "power" which regulates all form of movement of a person. Likewise, “fasting dawud” performed by congregations Wadah Nun, discipline can be obtained from fasting dawud for the congregations. This research is anthropological research that requires down the field to dig up the facts and the involvement of researchers in the wadah nun congregations. This research seeks to understand how fasting dawud put into practice by the congregation as a model of discipline. How to practice sunnah fasting dawud regarded as an obligation of the congregations, but not binding, how the image of power relations that exist in the wadah nun congregations, what portion of power committed by congregations and Murshid, how the congregations formed a power in itself and affect the social environment. This study is greater use of discourse "Disciplinary Body" by Foucault, but does not eliminate the discourse of the discipline presented by Saba Mahmood and other experts where this research seeks to be able in analyze the factors underlying the discipline of the congregation. What the goals and objectives of the congregations for the disciplined , From the analysis obtained, activities performed by congregations as fasting dawud, dhikr, and some practice sunnah other can form a discipline within the congregation, role of murshid hight in shaping the character of the congregations, and the regeneration process is implemented by the congregation, where each reminds and sharing understanding is the key to discipline. Techniques and methods used can be in the form of interactive activities, supervision, and uniformity of practice. With the technique and the method can bring congregations to always improve themselves, forming a strong mental, extensive knowledge, strengthen faith and piety towards God, and the main thing is able to discipline yourself (Self Discipline)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>