Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Harryanto Reksodiputro
"Berkat keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang kesehatan, usia dan harapan hidup di negeri kita semakin meningkat. Bersamaan dengan itu, terjadi pula perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyakit degeneratif, penyakit akibat kecelakaan, dan penyakit kanker.
Pada saat ini diperkirakan bahwa dari 100.000 penduduk Indonesia, terdapat 100 penderita baru penyakit kanker setiap tahun. Dengan memperhatikan data catatan medis Rumah Sakit di samping laporan bidang Patologi Anatomi, penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama-sama Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia menunjukkan pola frekuensi relatif jenis kanker yang tersering didapati di Indonesia dengan urutan sebagai berikut : kanker leher rahim, hati, payudara, paru-paru, kulit, nasofaring, limfoma, leukemia, kolon/rektum. Sebagian penyakit kanker ini dapat dicegah. Pencegahan merupakan upaya terpenting dalam penanggulangan penyakit kanker. Tidak semua jenis kanker dapat disembuhkan, walaupun demikian, dengan pengobatan paliatif, banyak penderita kanker yang dapat ditingkatkan kualitas hidupnya untuk jangka waktu yang cukup lama.
Pengobatan penyakit kanker di negerikita masih tergolong mahal bagi sebagian besar masyarakat. Saat ini kanker merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Indonesia. Oleh karena itu, perlu disusun strategi yang terpadu untuk mendayagunakan fasilitas dan tenaga serta menghemat biaya.
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh timbulnya suatu populasi sel yang terus-menerus membelah diri secara tidak terkendali, tanpa mematuhi mekanisme pengaturan yang berlaku. Kemampuan membelah diri merupakan sifat fisiologis sel dalam tubuh manusia. Daya proliferasi berbagai sel dalam tubuh kita berbeda-beda Sel mukosa saluran cerna, sel sistem hemopoetik dalam sumsum tulang, dan sel folikel rambut, misalnya, termasuk kelompok sel yang memiliki kemampuan membelah diri tertinggi, sedangkan sel syaraf termasuk kelompok sel yang berkemampuan membelah terrendah. Sifat membelah diri suatu sel diatur oleh gen yang merupakan unit fungsional terkecil kromosom.
Sifat sel kanker diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada gen. Hanya sebagian kecil dari sel yang telah mengalami perubahan gen dapat bertahan dalam tubuh manusia, sedangkan sebagian besar dimusnahkan oleh sistem perlindungan tubuh. Keberhasilan sel-sel abnormal ini untuk tumbuh bergantung pada kemampuannya mengatasi usaha tubuh memusnahkannya. Sistem imunologik tubuh merupakan sistem yang terpenting dalam upaya untuk mencegah timbuhnya kanker.
Berbagai penelitian termasuk di antaranya penelitian di bidang penyakit AIDS telah dapat menunjukkan besarnya peranan perubahan gen terhadap berbagai sifat sel kanker. Perubahan gen tidak hanya berperan terhadap kemampuan sel berproliferasi, tetapi juga terhadap berbagai produk yang dikeluarkan sel kanker, bahkan juga terhadap respon sel kanker tersebut terhadap pengobatan.
Di samping daya proliferasi yang tinggi, sel kanker memiliki kemampuan menembus jaringan sekitarnya. Hal ini tidak terjadi semata-mata karena desakan akibat pertumbuhan sel, tetapi dilakukan secara aktif oleh sekelompok sel kanker yang mampu menembus membrana basalis dan selanjutnya masuk ke dalam aliran limfe atau darah untuk kemudian membentuk anak sebar pada berbagai organ tubuh penderita. Kegagalan pengobatan kanker yang seolah-olah masih kelihatan terlokalisasi sehingga diobati dengan cara pembedahan atau radiasi, disebabkan oleh adanya jangkitan mikro yang belum dapat dideteksi yang berada di luar daerah yang diobati dengan pembedahan atau radiasi. Hal yang mendasar ini sebaiknya dimengerti untuk dapat mengikuti kemajuan yang telah dicapai penelitian bidang kanker pada saat ini, maupun arah perkembangannya di kemudian hari."
Jakarta: UI-Press, 1991
PGB 0118
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
A. Harryanto Reksodiputro
"ABSTRAK
Limfoma malignum ialah suatu penyakit keganasan primer daripada jaringan limfoid yang bersifat padat. Penyakit ini dibagi dalam dua golongan besar, yaitu penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin (LNH). Sel ganas pada penyakit Hodgkin berasal dart sel retikulum. Limfosit-limfosit yang merupakan bagian integral proliferasi sel pada penyakit ini diduga merupakan manifestasi reaksi kekebalan seluler terhadap sel-sel ganas tadi. Limfoma non-Hodgkin pada dasarnya merupakan keganasan sel limfosit.
Pada penyakit Hodgkin telah dicapai kesepakatan mengenai prosedur diagnostik yang harus dilakukan untuk menetapkan diagnosis, tingkat penyakit dan mengenai pengobatan penderita. Pada LNH keadaannya amat berbeda. Hal ini tercermin pada usaha terus menerus selama seperempat abad ini untuk mengajukan penggolongan-penggolongan dan nomenklatur-nomenklatur yang baru. Di samping itu skema yang tetap untuk menilai tingkat penyakit maupun pengobatan belum ada.
1. Gambaran umum penderita-penderita INH di Jakarta
Selama lima tahun terakhir, yaitu antara tanggal 1 Oktober 1978 hingga 1 Oktober 1983, 583 penderita baru limfoma malignum dijumpai di Subbagian Hematologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penilaian histologis jaringan tumor penderita-penderita tersebut dibuat oleh ahli Patologi Anatomik berbagai laboratorium di Jakarta dan di luar Jakarta, 88,5% di antaranya didiagnosis sebagai LNH.
Duaratus tujuh puluh lima di antara 583 penderita baru tersebut datang antara tanggal 1 Oktober 1978 hingga I April 1981 dan diteliti lebih lanjut. Diagnosis histologis pada 250 penderita dibuat oleh ahli Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Duabelas kasus telah diperiksa di rumah sakit lain, namun diagnosis histologisnya diteliti kembali oleh bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada tigabelas kasus lainnya, diagnosis dibuat oleh ahli Patologi Anatomik dari laboratorium lain. Di antara 275 penderita ini, hanya 30 orang (10,9(1o) yang menderita penyakit Hodgkin sedangkan 245 orang menderita penyakit LNH (89,1 %).
Angka kejadian penyaldt Hodgkin yang rendah telah dilaporkan oleh Soeripto (211) yang menemukan hanya dua orang penderita (2,607o) penyakit Hodgkin di antara 75 penderita limfoma malignum yang ditelitinya. Angka-angka yang rendah juga ditemukan di Irian Timur (Papua New Guinea) dan Jepang (tabel 1). Penyebab variasi geografis ini tidak diketahui walaupun bukti-bukti yang ada pada waktu ini menunjukkan bahwa berbagai faktor yang berhubungan dengan "tuan rumah" dan lingkungan turut berperan.
2. Tujan penelitian
LNH ialah suatu penyakit yang heterogen. Bergantung pada gambaran his tologis tumomya, perjalanan penyaldt penderita dapat bermacam-macam mulai dari yang perkembangannya amat lambat dan dapat disandang dengan baik sampai pada yang cepat berkembang menjadi fatal. Penderita-penderita penyakit LNH derajat keganasan rendah acapkali tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun, namun penyembuhan yang sempuma jarang terjadi. Sebaliknya beberapa kelompok dengan penyakit yang cepat menjadi fatal bila tidak diobati, mempunyai harapan untuk sembuh jika mendapat pengobatan yang tepat.
Selain bergantung pada gambaran histologis tumor, pengobatan LNH bergantung juga pada tingkat penyakit penderita. Hingga saat ini belum ada keseragaman mengenai pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan dalam penatalaksanaan penderita penyakit LNH. Di negaranegara maju acapkali dilakukan berbagai pemeriksaan yang rumit dan mahal untuk dapat memperoleh keterangan yang lengkap mengenai penyakit penderita. Selain biaya pemeriksaannya, biaya pengobatan penyakit LNH juga sangat mahal, sedangkan hasil yang dicapai acapkali mengecewakan. Memperpanjang masa harapan hidup penderita dengan beberapa bulan mungkin penting artinya dalam rangkaian up coba klinis untuk perbaikan pengobatan penderita di masa depan, tetapi agaknya tidak relevan untuk negara yang mempunyai keterbatasan dana seperti di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengenal pola penyakit LNH di Indonesia (meliputi aspek histologis, sitologis, imunologis dan klinis) serta menentukan strategi yang paling berdaya guna dan tepat guna dalam menetapkan diagnosis, tingkat penyaldt dan pengobatan penyakit LNH di negara ini, dengan mempertimbangkan hambatan segi kedokteran maupun ekonomi yang terdapat di sini."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D290
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library