Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afriadi
"ABSTRACT
Kedatangan Hwagyo ke Korea diprakarsai oleh empat puluh pedagang dari Dinasti Qing di akhir abad ke-19. Dinamika kehidupannya melewati banyak masa hingga sampai ke masa Park Chung Hee. Studi ini akan berfokus pada kehidupan Hwagyo di masa Park Chung Hee. Studi ini dimulai dari sejarah cikal bakal masyarakat Hwagyo di Korea. Kemudian, studi ini akan menampilkan corak umum pemerintahan Park Chung Hee beserta kebijakan-kebijakannya yang terasa diskriminatif bagi kaum Hwagyo di Korea. Studi ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Selain itu, studi ini juga menampilkan cuplikan wawancara terhadap kaum Hwagyo yang merasa terdiskriminasi oleh kebijakan-kebijakan pemerintahan Park Chung Hee.

ABSTRACT
Hwagyo 39 s arrival to Korea was initiated by forty merchants from the Qing Dynasty at the end of the 19th century. The dynamics of their life went through time up to the time until Park Chung Hee rsquo s era. This study will focus on the life of Hwagyo in Park Chung Hee 39 s era. This study starts from the history of the Hwagyo in Korea. Later, this study will discuss about Park Chung Hee 39 s government and its discriminatory policies againts Hwagyo in Korea. This study uses historical methods consisting of heuristic stages, source criticism, interpretation and historiography. In addition, the study also features few interviews with Hwagyo who feel discriminated against by Park Chung Hee 39 s government policiesHwagyo 39 s arrival to Korea was initiated by forty merchants from the Qing Dynasty at the end of the 19th century. The dynamics of their life went through time up to the time until Park Chung Hee rsquo s era. This study will focus on the life of Hwagyo in Park Chung Hee 39 s era. This study starts from the history of the Hwagyo in Korea. Later, this study will discuss about Park Chung Hee 39 s government and its discriminatory policies againts Hwagyo in Korea. This study uses historical methods consisting of heuristic stages, source criticism, interpretation and historiography. In addition, the study also features few interviews with Hwagyo who feel discriminated against by Park Chung Hee 39's government policies."
2017
S69359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriadi
"Studi ini mengangkat gerakan kemerdekaan Korea sebagai tema besar penelitiannya, dengan fokus utama pada kemelut ideologi yang terjadi di antara faksi-faksi pejuang kemerdekaan. Semenjak tahun 1919, gerakan kemerdekaan yang berusaha memerdekakan Korea dari penjajahan Jepang terus bermunculan dan masif. Gerakan yang cenderung sporadis membuat banyak organisasi muncul. Setidaknya ada dua organisasi besar yakni Pemerintahan Provisional Korea dan Partai Komunis Korea. Kedua organisasi ini sama-sama melakukan gerakan kemerdekaan namun dilandasi oleh ideologi yang berbeda. Perbedaan ideologi yang mendasar ini membuat kedua kubu merasa memiliki hak atas tanah Korea setelah kemerdekaan. Pada tahun 1948 kedua kubu tidak menemui titik temu dan membuat pemerintahannya masing-masing. Inilah cikal bakal terbentuknya dua bangsa di satu Korea dan munculnya Perang Korea. Studi ini berusaha menggali lebih dalam penyebab friksi yang terjadi di antara kedua kubu dengan menelusuri sumbangsih kedua pihak dalam gerakan kemerdekaan Korea. Studi ini sendiri menggunakan metode sejarah dengan konsep "bangsa" dari Benedict Anderson sebagai alat bantu untuk memahami peristiwa sejarah yang ada.

The major theme of this thesis is the Korean independence movement as its main focus is on ideological upheaval that take place among the factions of independence activists. Since 1919 the independence movement which sought to liberate Korea from the Japanese occupation continued to emerge and was massive. Movements that tend to be sporadic make many organizations emerge. There are at least two major organizations namely the Korean Provisional Government and the Korean Communist Party. Both of these organizations together carried out the independence movement but were based on different ideologies. These fundamental ideological differences make both side feel that they have ownership of Korean land after independence. In 1948 the both organization did not meet the common ground and made their respective governments. This stagnation led to the formation of two nations in one Korea and the rise of the Korean War. This thesis tries to dig deeper into the causes of friction between the two organizations by tracing the contributions of the two parties in the Korean independence movement. This study itself uses the historical method with the concept of "nation" from Benedict Anderson as a main concept to understand what happened in Korea."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriadi
"Penelitian ini menempatkan Indonesia di antara hubungannya dengan kedua Korea sebagai fokus utama. Indonesia merupakan satu dari sedikit negara di dunia yang mengakui dan menjalin hubungan diplomatik dengan kedua Korea sekaligus, terkhusus pada masa Perang Dingin. Posisi diplomatiknya yang strategis tersebut membawa Indonesia dapat memainkan kepentingan nasionalnya terhadap kedua Korea. Hal itu terlihat dari banyak kebijakan diplomatiknya dalam kurun Perang Dingin. Kebijakan dan arah politik luar negeri Indonesia terhadap kedua Korea itu diejawantahkan dengan baik oleh para aktor utama dalam negeri. Para aktor tersebut di antaranya Soeharto, Adam Malik, Soedjono Hoemardani, Benny Moerdani, Ali Moertopo, dan Slamet Danusudirjo. Penelitian ini mengunakan metode sejarah yang terdiri atas empat tahap yakni heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Dalam proses interpretasi, penelitian ini menggunakan konsep sejarah transnasional yang diperkenalkan oleh Akira Iriye. Sedangkan dalam tahap historiografi penelitian ini meminjam konsep struktur dari Anthony Giddens, konsep aktor dari Mochtar Masoed dan teori pengambilan keputusan dari Richard Snyder. Penelitian ini menemukan bahwa Indonesia selama kurun Perang Dingin telah menjadi negara yang mampu memanfaatkan konflik Semenanjung Korea sebagai instrumen untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Indonesia ibarat bandul yang berdiri di antara dua bandul lainnya dalam sebuah pendulum. Indonesia bergerak condong ke salah satu Korea mengikuti kepentingan nasionalnya.

This study places Indonesia in the middle of its relations with the two Koreas as the primary focus. Its also examining Indonesia's role as one of the few countries in the world that recognises and establishes diplomatic relations with both Koreas at once, especially during the Cold War. This study explores Indonesia's strategic diplomatic position, which enables it to pursue its national interests towards the two Koreas. It was evidenced by its numerous diplomatic policies during the Cold War. The Indonesian government's approach towards the two Koreas is characterised by the actions of prominent domestic actors, including Soeharto, Adam Malik, Soedjono Hoemardani, Benny Moerdani, Ali Moertopo, and Slamet Danusudirjo. This study used a historical method consisting of four stages: heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The interpretation process employs the concept of transnational history, as introduced by Akira Iriye, while the historiography stage draws upon the concept of structure from Anthony Giddens, the concept of actors from Mochtar Masoed, and the decision making theory from Richard Snyder.The study's findings indicate that during the Cold War, Indonesia utilised the Korean Peninsula conflict as a means to pursue its national interests. Indonesia finds itself in a position that could be likened to that of a pendulum, oscillating between two other pendulums. It appears that Indonesia is pursuing a course that aligns with its national interests, moving closer to one of the Koreas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afriadi
"Buku ini mengangkat gerakan kemerdekaan Korea sebagai topik pembahasan utama, dengan fokus pada kemelut ideologi yang terjadi di antara faksi-faksi pejuang kemerdekaan di Korea. Sejak 1919, gerakan kemerdekaan yang berusaha memerdekakan Korea dari penjajahan Jepang terus bermunculan dan masif. Gerakan-gerakan tersebut berusaha direpresi oleh pemerintahan Jepang kala itu melalui berbagai upaya. Akibatnya, pejuang-pejuang kemerdekaan Korea banyak melarikan diri ke luar negeri. Beberapa di antaranya sampai ke Tiongkok, Vladivostok di Rusia, Amerika Serikat, dan berbagai wilayah lain.
Di tempat baru, semangat menggelorakan kemerdekaan Korea terus berlanjut. Gerakan-gerakan sporadis terjadi dan mengakibatkan munculnya banyak organisasi kemerdekaan. Setidaknya ada dua organisasi besar yang berpengaruh terhadap jalannya gerakan kemerdekaan Korea hingga Jepang mundur. Kedua organisasi atau institusi politik itu adalah
Pemerintahan Provisional Korea dan Partai Komunis Korea. Kedua organisasi ini sama-sama melakukan gerakan kemerdekaan, tetapi dilandasi oleh ideologi yang berbeda.
Perbedaan ideologi yang mendasar ini membuat kedua kelompok merasa memiliki hak atas tanah Korea setelah merdeka. Pada 1948, kedua kelompok itu tidak mencapai titik temu dan membuat pemerintahan masing-masing.
Inilah cikal bakal terbentuknya dua negara-bangsa di satu Semenanjung Korea. Friksi antara kedua kelompok ini kemudian memunculkan Perang Korea. Buku ini berusaha menggali lebih dalam penyebab friksi yang terjadi di antara kedua kubu dengan menelusuri sumbangsih kedua pihak dalam gerakan kemerdekaan Korea."
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2025
951.9 AFR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Paramita Afriadi
"Sirsak merupakan salah satu tanaman yang dikenal memiliki sitotoksisitas yang baik dan berpotensi sebagai antikanker. Suatu senyawa dalam tanaman sirsak merupakan senyawa bioaktif yang bertanggung jawab atas sitotoksisitas tanaman ini. Senyawa bioaktif adalah annonaceous acetogenin yang akan digunakan sebagai obat. Asetogenin digunakan sebagai obat sesuai dengan dosisnya dalam tubuh sehingga tidak mengakibatkan efek samping terhadap pengguna.Mikrosfer kitosan dengan penaut silang dibuat agar dapat melepaskan senyawa asetogenin secara terkendali pada sistem pencernaan.
Simulasi profil pelepasan dilakukan dengan buffer pH: 1,2; 6,8; 7,4; 1,2 penambahan enzim α-amilase; 6,8 penambahan enzim β-glukosidase; dan 7,4 penambahan enzim α-amilase. Penentuan efisiensi enkapsulasi ekstrak asetogenin dan profil pelepasannya dari mikrosfer kitosan-TPP dilakukan dengan metode penentuan kandungan total lakton menggunakan spektrofotometri sinar tampak.Hasilnya keberadaan enzim dalam larutan untuk pengamatan profil pelepasan menunjukkan peningkatan jumlah asetogenin yang dilepaskan empat kali lebih besar dibandingkan larutan yang tanpa enzim.

Soursop is a plant that is known to have good cytotoxicity and potential as anticancer. A compound in soursop plant bioactive compounds that are responsible for the cytotoxicity of this plant. Annonaceous acetogenin bioactive compounds is to be used as medicine. Asetogenin used as a medicine in accordance with the dose in the body so it does not cause side effects on patients. Chitosan microspheres and cross-linker were made in order to release acetogenin controlled substance in the digestive system.
Simulations performed with buffer release profiles pH: 1,2: 6,8; 7,4; 1,2 addition of enzyme α-amilase; 6,8 addition of enzyme β-glukosidase; and 7,4 addition of enzyme α-amilase. Determination of encapsulation efficienty acetogenin extract and release profile of chitosan-TPP microspheres made by the method of determination of total lactones content using spectrophotometry uv-vis. The presence of enzymes in solution to release profile observations show an increase in the number acetogenin released four times larger than that without the enzyme solution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.Rizki Afriadi
"Karena Ketergantungan pada bahan bakar fosil berkurang, penggunaan pasar Energi Terbarukan cenderung naik dengan cepat dari sudut pandang ekonomi, lingkungan, dan kebijakan, konsistensi bahan bakar fosil cenderung menurun. Dengan meningkatnya pembangunan di sektor energi terbarukan, dapat dikatakan bahwa kita menuju ke masa depan yang lebih bersih dan lebih ramah lingkungan. Sebagai akibat dari bantuan bahan bakar fosil yang menurun, kebutuhan akan sumber bahan bakar alternatif berada pada level tertinggi. Dengan lebih banyak sumber energi “eco-friendly” seperti Solar, beragam investasi telah bergeser untuk pengembangan masa depan yang lebih bersih. Namun, sebagian besar energi terbarukan menghadapi tantangan - intermittency. Dengan mengganti ketergantungan dari faktor-faktor lingkungan dengan sistem bantuan sekunder, kita dapat merubah sumber energi dependen yang realistis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan pengamatan seberapa baik desain turbin berbasis turbocharger dapat disesuaikan untuk sistem CAES-FPV. Sistem yang digunakan untuk menguji pemikiran ini adalah pasangan kerjasama antara sistem Floating Photovoltaic (FPV) dan Compressed Air Energy Storage (CAES). Panel surya akan menyediakan energi yang memberi daya pada kompresor untuk menyimpan udara terkompresi di dalam tangki udara. Kemudian dapat diubah menjadi listrik kapan saja dengan bantuan turbin dan generator. Oleh karena itu, kinerja turbin pada sistem ini sangat penting yang mengikuti cara kerja turbin radial. Setelah itu dilakukan analisis kinerja dalam bentuk perhitungan yang menghasilkan efisiensi pada turbin setelah digabungkan dengan generator itu sebesar 2.1%. Hasil yang didapat sangat dipengaruhi oleh besaran laju aliran massa, daya yang dikeluarkan dan besaran torsi pada turbin.
Kata Kunci : Compressed Air Energy Storage, CAES

As Dependence on fossil fuels decreases, the use of the Renewable Energy market tends to rise rapidly from an economic, environmental and policy point of view, the consistency of fossil fuels tends to decrease. With the increasing development in the renewable energy sector, it can be said that we are heading towards a cleaner and more environmentally friendly future. As a result of declining fossil fuel assistance, the need for alternative fuel sources is at an all-time high. With more “eco-friendly” energy sources such as Solar, various investments have shifted to developing a cleaner future. However, most renewables face a challenge - intermittency. By replacing the dependence of environmental factors with a secondary support system, we can change the realistic dependent energy source. The aim of this study is to collect data and observations on how well a turbocharger based turbine design can be adapted for the CAES-FPV system. The system used to test this thinking is a cooperative pair between Floating Photovoltaic (FPV) and Compressed Air Energy Storage (CAES) systems. The solar panels will provide the energy that powers the compressor to store the compressed air in the air tank. Then it can be converted into electricity at any time with the help of turbines and generators. Therefore, the performance of the turbine in this system is very important which follows the workings of a radial turbine. After that, a performance analysis was carried out in the form of calculations that resulted in an efficiency of the turbine after being combined with the generator of 2.1%. The results obtained are strongly influenced by the mass flow rate, power output and the amount of torque on the turbine.
Keyword : Compressed Air Energy Storage, CAES
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library