Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Affandi
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Salah satu komplikasi yang ditakuti adalah kaki diabetik. Berdasarkan data di RSCM pada tahun 2011 sebanyak 1,3% dari pasien kaki diabetik harus menjalani amputasi. Borkosky dkk (2013) menunjukkan tingginya insidens re-amputasi pada pasien kaki diabetik sebesar 19,8%. Amputasi berulang membutuhkan biaya pengobatan yang tidak murah, selain itu dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya re-amputasi pada pasien kaki diabetik Penelitian ini adalah deskriptif analitik, didapatkan adanya kecenderungan penurunan jumlah kasus amputasi kaki diabetik di RSCM dari tahun 2009-2015. Level amputasi terbanyak yang dilakukan pada pasien kaki diabetik adalah amputasi minor pada level Ray. Trauma, neuropati perifer, nilai ABI ≤0,9, dan kadar HbA1c ≥7% merupakan faktor risiko terjadinya re-amputasi pada pasien kaki diabetik. trauma merupakan faktor risiko terbesar terjadinya reamputasi pada pasien kaki diabetik (p=0,000; OR 73,842; 95%CI 19,236- 283,457). Jika semua faktor risiko tersebut dimiliki oleh pasien maka risiko kumulatif untuk dilakukan re-amputasi sebesar 100%.
ABSTRACT
Diabetic mellitus is one of chronic diseases with high morbidity and mortality. One of complications of diabetic mellitus is foot diabetic. Based on data in Cipto Mangunkusumo General hospital, in 2011, prevalence of amputation for foot diabetic patients was 1,3%. Borkosky et al (2013) showed high incidence of reamputation among foot diabetic patients 19,8%. Re-amputation is highly cost and can increase morbidity and mortality in diabetic patients. Thus research needs to be done to find out risk factors of re-amputation among foot diabetic patients. This research showed that foot diabetic amputation cases in RSCM had been decreased from 2009-2015. The most common amputation level was Ray amputation. Foot trauma, peripheral neuropathy, ABI score ≤0,9 and HbA1c level ≥7% are risk factors for re-amputation in foot diabetic patients. Foot trauma was the biggest risk factor for re-amputation in foot diabetic patients (p=0,000; OR 73,842; 95% CI 19,236-283,457). The cummulative risk factor for re-amputation for those who have all the risk factors is 100%.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Ahmad Affandi
Abstrak :
Partisipasi sekolah sebagai salah satu bagian dari modal manusia masih menjadi permasalahan di Indonesia, Provinsi Sumatera Selatan telah berupaya mengatasi permasalahan tersebut, namun hasilnya belum mampu bersaing pada tingkat nasional. Perlu dilakukan analisis terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Sekolah terutama pada Usia 13-15 tahun dan Usia 16-18 tahun. Penelitian ini menggunakan metode regresi probit untuk menganalisis peluang partisipasi sekolah, data yang digunakan data sekunder dari Susenas Tahun 2015. Hasilnya yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap peluang partisipasi sekolah yaitu Lama Sekolah Ibu dan Pengeluaran Perkapita, sedangkan Umur Anak dan Jumlah Anggota Rumah Tangga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap peluang partisipasi sekolah. Anak yang mempunyai Jaminan Kesehatan, Tidak menerima bantuan Raskin, berjenis kelamin Perempuan, dan tinggal di Perkotaan berpeluang lebih besar untuk bersekolah dibandingkan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan, menerima Raskin, berjenis kelamin Laki-laki dan tinggal di Perdesaan. Bantuan pemerintah akan terasa lebih besar dampaknya bagi anak usia 16-18 tahun dan anak dari rumah tangga miskin dikarenakan lebih rentan untuk tidak bersekolah. Selain subsidi SPP, subsidi pendidikan yang dapat diberikan yaitu subsidi Biaya Pendaftaran, Baju Seragam dan Perlengkapannya, serta Bus Sekolah. ...... School participation as a part of human capital is still a problem in Indonesia, South Sumatra Province has tried to address these issues, but the results are unable to compete on a national level. It is necessary to analysis on Factors Affecting School participation especially at age of 13 15 years and age of 16 18 years. This study used probit regression method to analyze the probability of school participation, this research also applied secondary data from Susenas Year 2015. The results showed that mother years schooling and expenditures per capita have positive and significant impact on school participation, whereas the Child Age and Number of Household Members have negative and significant impact on school participation. Children who have health insurance, not receiving rice subsidy program, female gender, and live in urban area are more likely to attend school than those who do not have health insurance, receive rice subsidy program, male gender and live in rural area. Government assistance will be noticeably greater impact for children age of 16 18 years and children from poor households since they are more vulnerable not attending school. Besides tuition subsidies, education subsidies that can be given are Registration Fee subsidy, School Uniform and its Equipment, as well as the School Bus.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47085
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library