Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Fubani
"Pembukaan pelabuhan, pertumbuhan penduduk, permukiman dan industri di Kota Batik Pekalongan, Jawa Tengah sejak jaman kolonial Belanda telah menyebabkan land subsidence 11 hingga 34 cm/ tahun akibat ekstraksi air tanah, menurunnya kuantitas ekosistem mangrove, berkurangnya area resapan dan ruang terbuka hijau. Hal-hal tersebut menjadi pendorong genangan banjir dan rob yang sejak lebih dari 10 tahun lamanya semakin meluas hingga hampir lebih 50% dari luas total Pekalongan. Para perempuan pembatik yang memiliki pengetahuan akan pemerosesan Intangible Cultural Heritage asli Indonesia, yakni membatik, terancam keberlanjutannya karena risikonya terhadap keterpaparan banjir yang menyebabkan kerentanan tinggi dan ketahanan rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran degradasi lingkungan yang terjadi dikaitkan dengan dampaknya kepada kerentanan dan ketahanan perempuan pembatik dari segi sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan. Secara spesifik, penelitian ini menganalisis strategi ketahanan berkelanjutan perempuan pembatik dalam menghadapi risiko keterpaparan dari dampak banjir dan rob tersebut. Metode kualitatif dengan pendekatan campuran sekuensial eksplanatory adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Data primer dengan wawancara mendalam kepada 17 informan dan survei kepada 90 responden di Kelurahan Krapyak dan Padukuhan Kraton, Kecamatan Pekalongan Utara di analisis menggunakan metode tumpang susun, penyusunan indeks, dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa degradasi yang terjadi menyebabkan 84% atau 2.160 orang perempuan pembatik berisiko terparah banjir. Banjir juga berpengaruh terhadap tingginya kerentanan dan rendahnya ketahanan sosial-budaya, ekonomi dan lingkungan perempuan pembatik. Kerentanan dan ketahanan ekonomi adalah aspek yang paling lemah daripada aspek yang lainnya. Meskipun berbagai upaya dan komitmen dari pemangku kepentingan telah dilakukan untuk membantu mengurangi kerentanan dan meningkatkan ketahanan, namun banjir masih terjadi dan perbaikan pada 3 aspek kehidupan para pembatik dirasa belum optimal. Strategi ketahanan berkelanjutan perempuan pembatik dalam menghadapi degradasi lingkungan yang direkomendasikan adalah offensif strategy yakni menguatkan kekuatan internal dan manfaatkan dengan optimum peluang eksternal. Kesimpulannya, strategi keberlanjutan perempuan pembatik dapat dilakukan dengan dukungan kebijakan pengendalian degradasi lingkungan yang tepat guna dan perlindungan pada pekerja batik.

The development of the port, population growth, urban development, and industrial activities in Batik City Pekalongan, Central Java, since the Dutch colonial era, have contributed to land subsidence of 11 to 34 cm per year. This phenomenon is driven by groundwater extraction, the decline of mangrove ecosystems, reduced infiltration areas, and shrinking green open spaces. These factors have exacerbated flooding and tidal inundation, which have progressively worsened over the past decade, now affecting nearly 50% of Pekalongan's total area. Female batik artisans, who possess invaluable knowledge of the craft that constitutes Indonesia’s Intangible Cultural Heritage, face severe threats to their livelihood due to the increased vulnerability and diminished resilience caused by flood exposure. This study aims to provide an overview of the environmental degradation and its impacts on the social-cultural, economic, and environmental vulnerability and resilience of female batik artisans. Specifically, it examines sustainable resilience strategies employed by these artisans to address the risks posed by flooding and tidal inundation. The study employs a qualitative method with a sequential explanatory mixed-methods approach. Primary data were collected through in-depth interviews with 17 informants and surveys of 90 respondents in Krapyak Village and Padukuhan Kraton, North Pekalongan District. Data analysis was conducted using overlay analysis, index construction, and SWOT analysis. The findings indicate that environmental degradation has placed 84% of female batik artisans equivalent to approximately 2,160 individuals at the highest risk of flood impacts. Flooding also significantly contributes to heightened vulnerability and diminished resilience across social-cultural, economic, and environmental dimensions for these artisans. Among these dimensions, economic vulnerability and resilience were found to be the weakest. Despite various efforts and commitments by stakeholders to reduce vulnerabilities and enhance resilience, flooding persists, and improvements in these three aspects of artisans’ lives remain suboptimal. The recommended sustainable resilience strategy for female batik artisans is an offensive approach, focusing on strengthening internal capacities while optimally leveraging external opportunities. In conclusion, the sustainability strategy for female batik artisans can be effectively implemented through policies aimed at controlling environmental degradation and providing adequate protection for batik workers."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library