Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Primahastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Uji klinis yang dilakukan secara paralel, tersamar ganda dengan alokasi acak ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian kreatin monohidrat terhadap kerusakan otot pasca latihan lari sprint yang dinilai dengan aktivitas creatine kinase (CK) serum dan skor visual analog scale (VAS) nyeri otot pada atlet lari jarak pendek laki-laki usia 18–25 tahun. Subyek penelitian berjumlah 20 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang kelompok perlakuan (KP) dan 10 orang kelompok kontrol (KK). Subyek KP diberikan kreatin monohidrat 20 g/hari dan maltodekstrin 50 g/hari, subyek KK mendapat maltodekstrin 50 g/hari saja, suplementasi diberikan selama 7 hari berturut-turut. Pengambilan data aktivitas CK serum dan skor VAS nyeri otot dilakukan pasca latihan lari sprint pada pra dan pasca perlakuan. Rerata IMT pada KP dan KK adalah 21,14 ± 1,30 kg/m2 dan 20,15 ± 1,97 kg/m2 berturut-turut. Rerata presentase massa lemak pada KP sebesar 7,79 ± 2,55% sedangkan KK 7,23 ± 2,42%. Asupan energi dan karbohidrat kedua kelompok termasuk kurang sedangkan asupan protein termasuk cukup. Persentase peningkatan aktivitas CK serum lebih besar pada KP dibandingkan KK (KP 43,8%; KK 19,2%) meskipun lebih banyak subyek pada KP yang mengalami penurunan aktivitas CK serum dibandingkan KK. Skor VAS nyeri otot kedua kelompok menurun, namun jumlah subyek yang merasakan tidak nyeri pada KP lebih banyak daripada KK. Uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada perubahan aktivitas CK serum dan nyeri otot antara kedua kelompok. Penelitian ini belum dapat membuktikan pengaruh pemberian kreatin monohidrat selama 7 hari dalam mencegah kerusakan otot pasca latihan lari sprint.
ABSTRACT
This parallel double-blind randomized clinical trial aims to investigate the effects of creatine monohydrate supplementation on muscle damage post-sprint running exercise based on serum creatine kinase (CK) activity and visual analog scale (VAS) score of muscle soreness in 18 to 25 y.o. male sprinter athletes. Twenty subjects were divided into two groups: treatment group/TG (n = 10) and control group/CG (n = 10). The TG received 20 g creatine monohydrate with 50 g maltodextrin per day and the CG was given 50 g maltodextrin per day for 7 days. Serum CK activity and muscle soreness post-sprint running exercise was measured before and after supplementation. The mean BMI of TG and CG were 21.14 ± 1.30 kg/m2 and 20.15 ± 1.97 kg/m2 respectively. The mean of fat mass percentage in TG was 7.79 ± 2.55% while in CG was 7.23 ± 2.42%. Energy and carbohydrate intakes were low but protein intake was enough. The increased percentage of serum CK activity was higher in TG (TG 43.8% vs CG 19.2%) although more subjects in TG had serum CK activity decrease. Meanwhile, VAS muscle soreness score of the two groups decreased, but the number of subjects with no pain were higher in TG. There were no significant difference in the changes of serum CK activity and muscle soreness between the two groups. The results suggest that creatine monohydrate supplementation does not prevent muscle damage post-sprint running exercise.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Primahastuti
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kepala dan leher merupakan salah satu kanker yang berisiko tinggi malnutrisi. Pada kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal, radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi merupakan terapi pilihan dan berkaitan dengan berbagai efek samping yang berperan dalam penurunan asupan makan dan berefek negatif pada status nutrisi. Tata laksana nutrisi bertujuan untuk mengurangi risiko malnutrisi, mendukung keberhasilan terapi kanker, meningkatkan kualitas hidup, serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Pemberian terapi nutrisi berupa konsultasi individu yang meliputi perhitungan kebutuhan energi, makronutrien, mikronutrien, dan nutrien spesifik, serta pemberian medikamentosa bila diperlukan. Metode: Pasien pada serial kasus ini berjumlah empat orang dengan rentang usia 3055 tahun. Dua dari empat pasien mendapat kombinasi kemoterapi. Hasil skrining keempat pasien dengan malnutrition screening tools (MST) didapatkan skor ≥2. Kebutuhan energi total dihitung menggunakan persamaan Harris-Benedict yang dikalikan dengan faktor stres sebesar 1,4. Pemantauan yang dilakukan berupa anamnesis keluhan subyektif dan analisis asupan, pemeriksaan fisik, antropometri, massa otot skelet, massa lemak, kekuatan genggam tangan, dan hasil laboratorium. Pemantauan dilakukan secara rutin dengan frekuensi satu kali per minggu untuk menilai pencapaian target nutrisi. Hasil: Terapi nutrisi dapat meningkatkan asupan protein dan nutrien spesifik, namun tidak dapat mencegah penurunan BB, massa otot skelet, dan kekuatan genggam tangan pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi. Kesimpulan: Tata laksana nutrisi pada pasien kanker kepala dan leher stadium lanjut lokal yang menjalani terapi kanker dapat memberikan efek positif pada asupan nutrien pasien.
Introduction: Head and neck cancer is one of malignancy with higher risk of malnutrition. Treatment of choice for locally advanced head and neck cancer is radiotherapy with or without chemotherapy and is associated with various side effects that may decrease food intake and negatively affect nutritional status. The aim of nutrition management is to reduce the risk of malnutrition, to support the success of cancer therapy, to enhance the quality of life, and to reduce morbidity and mortality. Nutrition therapy in the form of consultation includes calculation of energy needs, macronutrient, micronutrient, and specific nutrients, as well as drug therapy when needed. Methods: This case series consist of four patients between 3055 years old. Half of the patients received combination with chemotherapy. All patients had screening score with malnutrition screening tools (MST) ≥2. The total energy requirement was calculated using Harris-Benedict equation then multiplied with stress factor 1.4. Monitoring was done by anamnesis of subjective complaints and food intake, physical examination, anthropometric, muscle mass, fat mass, hand grip strength, and laboratory results. Monitoring was performed frequently once a week to assess the accomplishment of nutritional target. Results: Nutrition therapy could improve intake of protein and specific nutrients, but couldn't prevent weight loss, a decrease in muscle mass and hand grip strength in locally advanced head and neck cancer patients receiving radiation therapy with or without chemotherapy. Conclusion: Nutrition management in locally advanced head and neck cancer patients receiving anticancer therapy positively affect patient's nutrient intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library