Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Hasan
"Gliserol monostearat dan setil alkohol merupakan dua dari sekian banyak komponen basis krim. Kedua komponen ini mempengaruhi nilai efikasi, konsistensi dan stabilitas krim. Senyawa-senyawa tersebut tidak memiliki gugus kromofor dan berfungsi sebagai basis krim bersama komponen lainnya sehingga metode yang mungkin digunakan adalah kromatografi. Pada penelitian-penelitian sebelumnya , gliserol monostearat dan setil alkohol dapat dianalisis dengan metode kromatografi gas (KG), KCKT atau KLT. Analisis dengan kromatografi gas dari gliserol monostearat dan setil alkohol memerlukan instrumentasi yang berbeda-beda yang meliputi suhu, kolom, gas pembawa, detektor dan injektor. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode yang dapat menetapkan kadar senyawa-senyawa tersebut dengan kromatografi gas secara serempak. Kadar gliserol monostearat dan setil alkohol perlu diketahui untuk mengetahui komposisinya dalam formula. Kondisi KG yang digunakan untuk penetapan kadar gliserol monostearat dan setil alkohol adalah suhu terprogram dengan suhu awal kolom 170oC, kenaikan suhu 2oC/menit sampai 220oC suhu dipertahankan selama 5 menit, menggunakan helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 1,2 mL/menit. Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9993 untuk gliserol monotearat dan 0,9994 untuk setil alkohol,dengan rentang 8040-18090 ppm. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) gliserol monostearat adalah 479,519 ppm dan 1598,398 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,10-1,39%. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) setil alkohol adalah 426,244 ppm dan 1420,795 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,09-1,79%. Penetapan metode ini pada sampel sunblock menunjukkan bahwa sampel mengandung gliserol monostearat dan setil alkohol. Kadar gliserol monostearat pada sampel (3,19 ± 0,02)%, kadar setil alkohol pada sampel (3,71 ± 0,07)%.

Glycerol monostearate and cetyl alcohol are two of the many component of the base cream. Both of these components affect the value of efficacy, consistency and stability of the cream. This compound has no chromophore and used as a cream base with other components therefore the method can be used is chromatography. A previous studies, glycerol monostearat and cetyl alcohol can be analyzed by gas chromatography (GC), HPLC or TLC. Analysis of glycerol monosterate and cetyl alcohol with gas chromatography require different instrumentation, including temperature, column, carrier gas, detector and injector. Therefore we need a method that can determine the level of compounds by gas chromatography simultaneously. Glycerol monostearat and cetyl alcohol concentration need to know to make the cream to resemble the desired cream and the same quality. GC condition for glycerol monostearate and cetyl alcohol determination used temperature programmed with an initial temperature 0f 170oC column, the temperature rise of 2oC/min to 220oC, using helium as the carrier gas flow rate of 1,2 mL/min. this method was linier with correlation coefficient of 0,9993 for glycerol monostearate and 0,9994 for cetyl alcohol, within the concentration range of 8040-18090 ppm. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) glycerol monostearate was 479,519 ppm and 1598,398 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,10-1,39%. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) cetyl alcohol was 426,244 ppm and 1420,795 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,09-1,79%. Application of this method on sample showed that the samples contain glycerol monostearat and cetyl alcohol. Glycerol monostearat concentration in the sample (3.19 ± 0.02)%, cetyl alcohol concentration in the sample (3.71 ± 0.07)%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hasan
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, meliputi kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik terdiri dari empat subdirektorat yaitu subdirektorat analisis dan standarisasi harga obat, penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam tugas khusus, dijelaskan mengenai rancangan standarisasi distribusi obat yang baik di daerah kepulauan. Cara distribusi obat yang saat ini ditetapkan lebih banyak mengatur cara distribusi obat yang dilakukan industri farmasi melalui PBF dan belum mengatur distribusi pada sarana pelayanan kesehatan. Mencermati kondisi tersebut dan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal juga adanya berbagai masalah kesehatan masyarakat di daerah kepulauan, maka dianggap perlu untuk menyusun standarisasi distribusi obat yang baik di daerah kepulauan.

Apothecary Internship at Directorate of Public Medicines and Medical Supplies General Directorate of Pharmaceutical and Medical Devices Indonesia’s Health Ministry aims to gain knowledge and an overview of the duties and functions of Directorate of Public Medicines and Medical Supplies, includes policies, preparation of norms, standards, procedures, criterias, and providing technical guidance and evaluation of public medicines and medical supplies. This directorate has four sub-directorates: sub-directorate of analysis and standarization of prices, provisioning of public medicines and medical supplies, management of public medicines and medical supplies, and monitoring and evaluation of program of public medicines and medical supplies. In specific task, explained the standardization draft of good distributions medicines in the island. How the distribution of drugs that are currently set up more distribution medicine that govern the way done the pharmaceutical industry through the PBF and haven't set up distribution in health care facilities. A close watch on the condition and the condition of public health degrees are still not optimally also there is a wide range of public health issues in the area of the Islands, it was considered necessary to devise a good drug distribution of the standardization in the area of the Islands.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hasan
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO Industri Pharmasi bertujuan untuk memahami penerapan CPOB di PT. SOHO serta memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di industri farmasi. Apoteker mempunyai tiga posisi penting di industri farmasi, yaitu sebagai penanggung jawab produksi, penanggung jawab pengawasan mutu dan penanggung jawab pemastian mutu, dimana ketiganya harus dipegang oleh tiga apoteker yang berbeda. Selain ketiga posisi tersebut, apoteker di industri farmasi juga dapat bertanggung jawab di bidang riset dan pengembangan, sistem mutu, dan juga registrasi. Selama melaksanakan praktek kerja, penulis berada di Follow Up Study Pulogadung, Quality Assurance Department. Follow Up Study bertanggung jawab dalam uji stabilitas produk–produk yang sudah beredar di pasaran untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada masa peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED + 1 tahun, artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluwarsa ditambah satu tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan dilakukan perpanjangan masa daluwarsa suatu produk. Perpanjangan masa daluwarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai ED + 1 tahun. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya.

Apothecary Internship at PT. Bintang Toedjoe aims to understand the roles and responsibilities of pharmacist in pharmaceutical industry. Pharmacist has three important positions in pharmaceutical industry: person in charge of production, person in charge of quality control, and person in charge of quality assurance, all of which must be held by different pharmacist. In addition, pharmacist in pharmaceutical industry can also be responsible for research and development, quality system, and drug registration. For carrying out apothecary internship, the author was in Follow Up Study Pulogadung, Quality Assurance Department. Follow Up Study was responsible for testing the stability of a product that has available on the market to determine whether a product meets the specifications fixed circulation or storage. stability test conducted to ED + 1 years, It means stability tests done until expiry time plus one year. It aims to know of any possible future extension done expire date a product. The extension of the expire date done for products which are still eligible to ED + 1 years. If the product is found not to be qualified during or before ED ED, then shortening the expiration time can be done in the manufacture of the product.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hasan
"Praktek Kerja Profesi di Apotek Atrika bertujuan mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek. Kegiatan ini dilakukan selama enam minggu. Dalam hal ini, diharapkan calon apoteker dapat mengetahui dan memahami cara pengelolaan apotek dalam kegiatan administrasi, dan manajemen apotek baik pengadaan, penyimpanan, maupun penjualan serta dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di apotek. Selain itu juga apteker dapat mempraktekan pelayanan kefarmasian di apotek secara professional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam system pelayanan kesehatan di Indonesia.Pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelanggan merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh apotek. Dengan mengenali siapa pelanggan kita, apa kemauan, kebutuhan dan keinginan mereka dengan kemudian menyediakan produk serta pelayanan sebaik mungkin yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Untuk tugas khusus di apotek, dilakukan pengkajian resep yang mengandung obat-obat antihiperlipidemia. Pengkajian resep ini bertujuan untuk menilai kelengkapan administrasi resep, kesesuaian farmasetik dan klinis, serta mencoba menyusun informasi yang dapat diberikan kepada pasien atau keluarga pasien penderita hiperlipidemia.

Apothecary Internship at Apotek Atrika aims to know and understand the roles and responsibilities of pharmacist in pharmacy. This activity was conducted during six weeks. In this case, the pharmacist candidate is expected to know and understand how to manage a pharmacy in terms of administrative activities, financial management, procurement, storage and sale of pharmaceuticals and also to practice the pharmaceutical care in pharmacy accordance to the laws and ethics in Indonesia. Pharmaceutical care is a form of service and direct responsibility of a pharmacist to improve the quality of life of patients. Customer is one of important factors which must be kept by the pharmacy. By identifying our customers, their willingness, need, and desire, and then provide the best product and service, can give satisfaction to our customers. For the specific task, was conducted assesment of prescription containing anti-hiperlipidemia drugs. This assessment aims to assess the administrative completeness of prescription, pharmaceutical and clinical appropriateness, and also trying to collate the information that could be given to patient or their family."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hasan
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran mengenai tugas pokok dan fungsi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, meliputi kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan. Direktorat Bina Obat Publik terdiri dari empat subdirektorat yaitu subdirektorat analisis dan standarisasi harga obat, penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan, pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan. Dalam tugas khusus, dijelaskan mengenai rancangan standarisasi distribusi obat yang baik di daerah kepulauan. Cara distribusi obat yang saat ini ditetapkan lebih banyak mengatur cara distribusi obat yang dilakukan industri farmasi melalui PBF dan belum mengatur distribusi pada sarana pelayanan kesehatan. Mencermati kondisi tersebut dan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal juga adanya berbagai masalah kesehatan masyarakat di daerah kepulauan, maka dianggap perlu untuk menyusun standarisasi distribusi obat yang baik di daerah kepulauan.

Apothecary Internship at Directorate of Public Medicines and Medical Supplies General Directorate of Pharmaceutical and Medical Devices Indonesia?s Health Ministry aims to gain knowledge and an overview of the duties and functions of Directorate of Public Medicines and Medical Supplies, includes policies, preparation of norms, standards, procedures, criterias, and providing technical guidance and evaluation of public medicines and medical supplies. This directorate has four sub-directorates: sub-directorate of analysis and standarization of prices, provisioning of public medicines and medical supplies, management of public medicines and medical supplies, and monitoring and evaluation of program of public medicines and medical supplies. In specific task, explained the standardization draft of good distributions medicines in the island. How the distribution of drugs that are currently set up more distribution medicine that govern the way done the pharmaceutical industry through the PBF and haven't set up distribution in health care facilities. A close watch on the condition and the condition of public health degrees are still not optimally also there is a wide range of public health issues in the area of the Islands, it was considered necessary to devise a good drug distribution of the standardization in the area of the Islands."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library