Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anne Putri Yusiani
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian awal tentang pedagogi di museum di Indonesia. hasil dariPtracking study dan wawancara pengunjung di Galeri Etnografi di Museum Nasional memperlihatkan cara pembelajaran pengunjung Indonesia di museum. Observasi di galeri dan wawancara dengan staf museum juga mengungkap bagaimana museum menciptakan dan menyampaikan narasinya kepada pengunjung. Dengan melihat pada proses belajar pengunjung museum dan konteks museum di Indonesia, beberapa nilai dari pedagogi Barat dapat diadaptasi sebagai dasar dari pedagogi museum di Indonesia.
This research is a preliminary research towards a museum pedagogy in Indonesia. The findings Tbased on tracking study and interview of visitors in the Gallery of Ethnography in the National Museum reveals how Indonesian visitors learn in museums. Observation in the gallery and interview with the museum's staff also shed a light in knowing how the museum construct and convey its narratives to visitors. By looking at the learning processes of Indonesian visitors and the museum context in Indonesia, some of the values of the Western pedagogy can be adapted as a basis for the Indonesian museum pedagogy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27633
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Putri Yusiani
Abstrak :
Jumlah prasasti berbahasa Sansekerta yang ditemukan di Indonesia sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah prasasti berbahasa Jawa Kuno. Hal itu mungkin disebabkan oleh rumitnya aturan yang terdapat dalam tata bahasa Sansekerta dan terbatasnya masyarakat yang memahami bahasa tersebut. Maka, berbeda dengan prasasti berbahasa Jawa Kuno yang biasanya memuat tentang perihal kehidupan sehari-hari dan lain-lain, prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta hanya berfungsi sebagai sarana legitimasi, puji-pujian kepada dewa, ajaran keagamaan, silsilah raja dan pernyataan kemenangan. Salah satu dari sedikitnya prasasti berbahasa Sansekerta di atas adalah tiga buah prasasti dari bukit Ratu Baka yang berangka tahun 778 Saka. Baik aksara, isi dan interpretasi dari ketiga prasasti ini telah diteliti oleh J.G. de Casparis dalam bukunya Prasasti Indonesia II. Dalam bukunya tersebut de Casparis menyebutkan tentang adanya penyimpangan tata bahasa Sansekerta pada ketiga prasasti tersebut, yaitu prasasti Krttikavasalinga, Tryamvakalinga, dan Haralinga. Namun, dalam penjelasannya tersebut de Casparis hanya memberikan sedikit contoh tentang penyimpangan yang terjadi. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui letak penyimpangan penggunaan tata bahasa Sansekerta yang digunakan pada kalimat-kalimat dalam prasasti Krttikavasalinga, Tryamvakalinga, dan Haralinga sekaligus mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan tata bahasa yang terjadi pada ketiga prasasti tersebut. Apabila penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahan-_permasalahan yang diajukan, dapat diketahui pula fungsi prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta dalam masyarakat Jawa Kuno. Setelah dilakukan pembacaan dan analisis ulang, ditemukan empat jenis penyimpangan tata bahasa Sansekerta. Diantaranya adalah lima belas penyimpangan fonologi, tiga penyimpangan morfologi, dua penyimpangan samdhi, dan tujuh penyimpangan deklinasi. Empat jenis penyimpangan tersebut kemudian setelah dikorelasikan dengan beberapa hipotesa penyebab penyimpangan tata bahasa, dapat memberikan kemungkinan jawaban tentang faktor penyebabnya. Maka diperkirakan terdapat dua penyebab dari penyimpangan tata bahasa Sansekerta yang terjadi pada ketiga prasasti ini, yaitu : (1) Kurangnya penguasaan citralekha terhadap aturan tata bahasa Sansekerta tertentu. Hal ini disebabkan oleh karena penyimpangan yang terjadi cenderung acak, tidak konsisten dan ditemukan banyak kalimat yang menggunakan tata bahasa yang benar, (2) Adanya pengaruh dari bahasa Jawa Kuno yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa penyimpangan fonologi berupa penggandaan konsonan yang biasa terjadi dalam bahasa Jawa Kuno. Apabila melihat isi dari sebagian besar prasasti-prasasti berbahasa Sansekerta, termasuk ketiga prasasti ini, maka makin jelaslah fungsi prasasti berbahasa Sansekerta dalam masyarakat Jawa Kuno. Fungsinya bukan sebagai uraian putusan biasa, tetapi sebagai putusan sakral yang isinya dilandaskan atau dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat kedewaan. Hal yang sama berlaku pada kedudukan bahasa Sansekerta pada masyarakat Jawa Kuno. Bahasa Sansekerta berfungsi sebagai bahasa 'tinggi', yang hanya digunakan untuk mengumumkan sesuatu yang penting atau sakral, baik itu yang berkaitan dengan keagamaan atau dengan kelegitimasian raja
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library