Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Apsanti Djokosuyatno
Magelang: Indonesiatera, 2004
810 APS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"ABSTRAK
Novel sejarah adalah genre fiksi yang mempunyai peran penting untuk mendidik dan mendekatkan pembaca pada masa lahir bangsanya. Sebagai sebuah genre ia mempunyai konvensi pada tataran naratif. Hadirnya fakta sejarah yang kontinu, yang secara relatif setia dalam hal tokoh, peristiwa, ruang, dan waktu, sebagai latar atau fungsi utama. Genre ini secara umum berkesan realis dan memperlihatkan kecenderungan meta-historis: menjelaskan sejarah itu sendiri. Novel sejarah dapat memperlihatkan berbagai dominansi warna seperti realisme yang terlihat pada katrologi ?Bumi Manusia ", ideologis pada "Arok Dedes ", psikologis pada "Roro Mendut", romantisme/erotisme pada "Subang Zamrud Nurhayati", dan heroisme pada "Perlawanan rakyat Sigi ". Pengarang sejarah secara umum adalah pencinta sejarah dan bangsa, mereka juga seorang idealis dan pengamat yang tajam. Catatan penting mengenai pengarang novel sejarah di Indonesia yang ada sekarang: mereka semua sudah berusia lanjut, dari generasi yang memperoleh pendidikan yang baik, khususnya bidang sejarah. Mereka adalah juga tokoh-tokoh masyarakat yang disegani. Belum muncul penulis novel sejarah muda usia."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Remaja merupakan kelompok pembaca yang khas dalam kajian pragmatik sastra. Dalam masa transisi itu, mereka mulai mencari identitas dan melakukan pengamatan yang cermat pada dunia sekeilingnya. Apakah menyukai bacaan? yang membuka dunia mereka dan membuat mereka berpikir.
Novel merupakan jenis bacaan Tara yang digemari oleh remaja karena mengungkapkan suatu dunia yang berkesan rill dan membuat mereka berpikir. Novel penting karena menyampaikan nilai-nilai dan pemikiran dengan cara halus dan tak terasa, oleh karena itu dapat digunakan untuk membentuk remaja menjadi manusia yang berakhlak dan memiliki sikap dan pemikiran yang sexual rniluk tuntutan /anion. Namun munculnya stasiun televisi swasta di tahun 1987 menyebabkan remaja Iebih suka diteluk menonton tayangan televisi daripada membaca buku. Buku-buku tidak lab( dan para pengarang berhenti menulis karena para penerbit enggan menerbitkan buku sastra.
Meskipun demikian harus dicatat bahwa novel-novel Indonesia yang terbit antara tahun 1985 sampai dengan 1987 memperlihatkan keragaman genre dan tokoh-tokoh yang menarik dan positif sebagai sosok teladan bagi pembaca remaja. Novel-novel tersebut, meskipun terbatas, juga mengandung nilai-nilai yang sesuai untuk generasi yang harus menghadapi era globalisasi yang harus bersaing dengan luar negeri. Hal yang mendorong ke arah ilmu pengetahuan, seperti keingintahuan dan keberanian, kegigihan dan ketekunan, dan kerjasama terdapat di dalamnya.
Penelitian ini hanya merupakan satu aspek dari bacaan remaja secara keseluruhan dan ternyata memperlihatkan aspek-aspek lain yang perlu mendapat perhatian juga."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Dunia kesusastraan Indonesia hanya mempunyai beberapa penulis cerita detektif -- pria maupun wanita dalam perbandingan yang seimbang -- yang sebagian besar berasal dari Jawa Timur dan berdiam di Surabaya atau Malang. Mereka rata-rata berusia di atas empat puluh tahun. Beberapa mengkhususkan diri sebagai penulis cerita detektif profesional, seperti S. Hara Gd. yang telah menghasilkan 28 buku cerita detektif, berupa novel atau cerpen. Ada pula yang hanya menghasilkan satu dua novel detektif, namun menulis jenis novel lain. Pengarang-pengarang tersebut, semuanya dibesarkan di kota besar, dan umumnya mengenyam pendidikan tinggi meskipun tidak menamatkannya. Mereka adalah penggemar novel dan film detektif. Dan sampai sekarang mereka masih tetap menulis. Khusus para pengarang cerita detektif untuk remaja, tak lagi menulis karena pembacanya sangat berkurang setelah tivi swasta mulai mengudara.
Jenis cerita detektif yang paling banyak ditulis adalah jenis klasik atau tepatnya roman policier a enigme (cerita detektif berteka-teki) dengan sedikit variasi di sana sini. Namun jenis itu tidak terlalu murni, terutama dalam cerita detektif untuk remaja, karena selama dilakukan pelacakan, kejahatan tetap terjadi, dan sang detektif juga terancam bahaya.
Yang tidak terduga adalah adanya roman yang keras dan brutal dalam khasanah cerita detektif Indonesia, yang tidak memakai misteri, dan hanya menggunakan alur tunggal. Namun yang mengkhususkan diri dalam penulisan cerita tersebut hanya seorang pengarang, yaitu Aryono Grandy.
Jenis suspense yang penuh ketegangan juga ada. Dan penulisnya adalah Aryono Grandy pula dengan serial Naga Masnya. Namun beberapa cerita pendek S. Hara GD juga memperlihatkan bentuk ini.
Cerita detektif untuk remaja, memperlihatkan kekhasan dan kode etik tertentu dalam hal kejahatan yang diketengahkan. Tak ada kejahatan berat dan pertumpahan darah. Detektifnya para remaja, bukan profesional, dan berkelompok, minimal tiga orang remaja kelas enam SD. Hereka juga selalu mempunyai pelindung dewasa yang berpengalaman. Pelindung itu biasanya seorang pria atau wanita setengah baya atau pensiunan polisi, yang mencintai anak-anak, cerdas, ramah, dan gemar pula melacak suatu kejahatan. Dalam cerita detektif untuk remaja kejahatan yang dilacak adalah kejahatan ringan, seperti mencuri, menabrak, bukan kejahatan serius, meskipun pelaku kejahatan adalah orang dewasa. Itu mudah dimaklumi, karena semua cerita anak-anak bersifat didaktis.
Bagaimanapun hasil penelitian ini ternyata tidak jauh dari model tipologi Barat yang dibuat oleh Todorov. Hal itu sesuai dengan kenyataan bahwa memang genre cerita detektif Indonesia merupakan hasil pengaruh kebudayaan barat, atau tepatnya sastra barat, yang jelas terlihat dalam latar belakang para pengarangnya. Namun harus diakui bahwa para pengarang Indonesia mempunyai jeni untuk mengadaptasi suatu genre sastra dari suatu masyarakat yang sangat berbeda budayanya, yaitu masyarakat Barat yang rasional dan pragmatis, dan percaya bahwa hukum dan polisi melindungi mereka. Adaptasi itu antara lain terlihat dari hubungan baik yang selalu terjalin antara detektif dengan polisi dalam cerita detektif Indonesia jenis manapun."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Roman sejarah dan drama sejarah, bukan barang baru dalarn dunia sastra manapun juga. Genre ini mungkin telah dikenal semenjak lahirnya kesustraan, dan telah mengatami evolosi dan perubahan fungsi dan kedudukan dari abad ke abad atau dari suatu periode ke periode lain. Sebagaimana diketahui pada awalnya sejarah tidak memiliki ciri "sejarah" seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak roman atau fiksi lama berasal dari laporan peristiwa-peristi'wa yang benar-benar terjadi. Sekarang ini "roman sejarah" seakan merupakan suatu jenis yang akrab. Namun bagaimanakah sebenamya bentuk, kedudukan dan fungsi roman sejarah? Ketiga hal tersebut tentu beracia di tiap negara. Saya hanya ingin memperlihatkan suatu usaha untuk menentukan bentuk dan kedudukan jenis roman tersebut dan di Barat, khususnya di Perancis. Sebagai pengajar sastra tentu kita tidak boleh puas dengan suatu pengertian yang kabur ataupun menempelkan nama roman sejarah dengan semena-mena pada sembarang roman."
1994
LESA-21-Mei1994-32
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
"Prosper Merimee dilahirkan dan dibesarkan di Paris. Ayahnya adalah seorang guru melukis di Ecole Poiytechriique. Orang tuanya, terutama ibunya, memupuk kecintaan pada bahasa dan sastra Inggris. Pendidikannya yang terakhir adalah sekolah tinggi Hukum. Dia memulai kariernya dalam dunia sastra pada usia dua puluh tiga tahun. Karyanya yang pertama berupa kumpulan naskah drama berjudul Le Theatre de Clara Gazul Ketika itu sudah terlihat seleranya pada mistifikasi. Lakon-lakon drama tersebut seakan-akan ditulis oleh seorang pemain drama wanita Spanyol. Di dalam kata pengantarnya yang ditandatangani oleh Joseph L'Estrange, pengarang memperkenalkan dirinya sebagai editor dan penerjemah lakonlakon tersebut. La Guz1a, yang menyusul terbit di tahun 1827, sekali lagi mengecoh pembacanya. Dalam buku tersebut Merimee menggunakan nama samaran Hyacynthe Hagdanovitch.
Kariernya menyebabkan dia diangkat sebagai Inspecteur des Monuments Historiques. Jabatan tersebut menyebabkan ia banyak melakukan perjalanan keliling ke seluruh Perancis. Dia memanfaatkan perjalanan-perjalanannya untuk melakukan penelitian arkeologis. Hal itulah yang menyebabkan dia cenderung menulis cerita berjenis sejarahan dan fantastik. Tentu saja cintanya pada bahasa dan sastra Inggris turut berperan dalam hal itu.
Pada tahun 1829 muncul karyanya yang membuat namanya makin harum, yaitu La Chronique du Regne de Charles IX, sebuah cerita sejarahan. Pada tahun yang lama Merimee mulai menulis berbagai cerita pendek dalam bentuk yang sempurna. Merimee terkenal sebagai seorang pengarang yang sangat memperhatikan bahasa dan penyajian karyanya.
Semua karyanya mendapat sambutan hangat, diterbitkan beberapa kali dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
Jakarta: UI-Press, 2003
PGB 0469
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
Jakarta: Djambatan, 2005
808.83 APS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
Depok : Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1999
808.83 APS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Apsanti Djokosuyatno
Jakarta: Djambatan, 2005
899.221 APS c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>