Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asmanedi
Abstrak :
Pertanyaan penelitian dalam studi ini adalah apakah faktor interaksi sosial berpengaruh terhadap praktek KB modern, Tujuannya adalah untuk melihat pola dan perbedaan hubungan serta seberapa besar pengaruh faktor faktor interaksi sosial terhadap praktek KB modern. Metode analisisnya adalah deskriptif dan inferensial dengan regresi logistik. Sumber data yang digunakan adalah SDKI 2002-2003. Faktor interaksi sosial yang dimaksud di sini adalah interaksi sosial dengan media massa, dengan teman/tetangga atau keluarga, dengan petugas kesehatan, petugas KB, dengan tokoh masyarakat dan suami. Jumlah responden dalam studi ini adalah 27.784 orang, yaitu perempuan berstatus kawin berumur 15-49 tahun. Temuan penting dari studi ini adalah bahwa melakukan interaksi sosial berpengaruh terhadap praktek KB modern. Interaksi sosial yang dimaksud adalah; interaksi sosial dengan media massa, dengan teman/tetangga atau keluarga, dengan petugas kesehatan, dengan tokoh masyarakat dan dengan suami. Secara statistik faktor interaksi sosial dengan petugas KB tidak signifikan. Mekanisme melalui mana interaksi sosial tersebut berpengaruh terhadap praktek KB modern terutama melalui mekanisme social learning. Ada kecenderungan bahwa faktor interaksi sosial tersebut lebih besar proporsinya pada mereka yang mem.iliki latar belakang umur 20-39 tahun, pendidikan sekolah dasar tidak sekolah dan indek kekayaan menengah. Sementara dari sisi pengaruh: maka interaksi sosial dengan teman tetangga atau keluarga cenderung memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap praktek KB modern pada perempuan berstatus kawin umur 15-49 tahun. Kesimpulan dari studi ini adalah bahwa penyebaran ide dan praktek KB modern melalui difusi sosial yaitu melalui jaringan sosial dan interaksi sosial yang dilakukan oleh para perempuan berstatus kawin umur 15-49 tahun. Interaksi sosial-interaksi sosial yang bersifat interpersonal dan informal lebih berpengaruh terhadap perubahan perilaku praktek KB modern dibanding interaksi sosial yang bersifat impersonal seperti dengan media massa dan interaksi sosial yang bersifat formal seperti dengan petugas kesehatan dan petugas KB.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanedi
Abstrak :
ABSTRAK
Kelompok sebatin adalah suatu kelompok kekerahatan yang ada pada setiap pekon (komunitas kecil) dalam masyarakat Lampung Peminggir. Permasalahannya adalah bagaimanakah prinsip pengorganisasian kelompok sebatin tersebut. Permasalahan tersebut dapat dibagi atas tiga aspek, yaitu aspek keanggotaan, aspek penyusunan anggota ke dalam struktur kelompok, dan ketiga aspek pengesahan kelompok tersebut oleh masyarakat. Dengan mengikuti Spradley dan David W McCurdy (1915) yang mertyatakan bahwa yang mendasari hubungan-hubungan kekerabatan adalah perkawinan dan keturunan, maka prinsip keanggotaan dan penyusunan anggota ke dalam kelompok, di cari di dalam bentuk perkawinan dan aturan keturunan yang berlaku dalam masyarakat Lampung Peminggir di pekon Penengahan. Kemudian, dengan mengikuti Van Wouden, antara lain; yang mengungkapkan bahwa pengakuan atas sahnya suatu kelompok di dalam masyarakat dapat dicari di dalam mitos-mitos yang menceritakan asal mula kelompok. tersebut, maka aspek pengesahan dari kelompok · sebatin ini dicari dalam mitos-mitos yang mengungkapkan kembali sejarah asal mula kelompok tersebut. Untuk itu metode yang digunakan adalah metode kwalitatif. Pertama dengan menggunakan metode geneologis untuk mengungkap bentuk-bentuk perkawinan dan aturan keturunan yang berlaku, sekaligus mengetahui nenek moyang yang masih dikenal oleh masyarakat yang bersangkutan kemudian dengan mengungkap sejarah atau kisah-kisah awal mula kelompok sebatin, yang diperankan oleh para nenek moyangnya. Dari data-data yang terkumpulkan, maka terjawablah bahwa kelompok sebatin mempunyai prinsip pengorganisasian sebagai berikut aspek keanggotaannnya bersifat ancestor oriented yang patrilinial dan terri torial. Artinya keluarga inti dan keluarga luas yang menjadi anggota kelompok sebatin, adalah mereka yang merasa diturunkan dari seorang nenek moyang, yaitu nenek moyang kelompok sebatin, dengan mengikuti garis keturunan. laki-lain. Di samping itu mereka tersebut bertempat tinggal dalam satu pekon atau wilayah di mana kelompok sehatinnya ada. Sedangkan prinsip penyusunan anggotanya ke dalam struktur kelompok sebatin, adalah dengan ketentuan primogenitur yang patrilinial serta generasional. Artinya kelompok bagian yang ada dalam kelompok sebatin, yang dianggap lebih tinggi atau lebih tua adalah kelompok yang diturunkan dari nenek moyang yang berada pacta generasi lebih asal lgenerasi pertama dimulai dari putra-putra nenek moyang kelompok sebatin), dengan ketentuan bahwa anak pria pertama kedudukannya lebih tua dari anak pria berikutnya. Kedudukan-kedudukan kelompok lainnya· akan diduduki oleh keturunan dari anak-anak pria pada generasi beikutnya prinsip yang terakhir adalah prinsip Pengelahan kelompok sebatin. Sah atau tidaknya suatu kelompok sebatin akan ditentukan oleh pernah atau anaknya nenek moyang dari kelompok yang bersangkutan melakukan aktivitas kejenong ke Sultan Banten pada dahulu kala. Hal ini ada dalam bentuk mitos-mitos. Prinsip-prinsip pengorganisasian kelompok sebatin tersebut merupakan bagian dari kebudayan masyarakat Lampung Peminggir di pekon Penengahan, dalam hal menata masyarakatnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmanedi
1999
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library