Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Calvin Kurnia Mulyadi
Abstrak :
Latar Belakang Pneumonia komunitas berat (severe community acquired pneumonia atau SCAP) merupakan salah satu bentuk penyakit kritis yang sering dijumpai dengan angka mortalitas jangka pendek yang tinggi. Pelbagai model prediksi klinis general telah banyak dievaluasi memiliki performa yang baik dalam memprediksi luaran klinis untuk penyakit kritis, namun evaluasi performa SAPS 3 sebagai salah satu sistem skor yang luas digunakan dalam perawatan intensif terhadap SCAP hingga saat ini belum memadai untuk memandu klinisi dalam menangani kasus tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi mortalitas SCAP serta mengevaluasi performa kalibrasi dan diskriminasi dari SAPS 3 terhadap mortalitas rawat inap. Metode Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dan mengambil data rekam medis dari pasien dengan SCAP yang masuk rawat di instalasi gawat darurat, ruang perawatan high care maupun intensive care di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 tahun (Maret 2019-Maret 2021). Dilakukan penilaian mortalitas rawat inap selama 30 hari perawatan. Data terkumpul dianalisis dengan uji Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit untuk mengetahui performa kalibrasi dan pembuatan kurva Receiver Operating Curve (ROC) untuk mengetahui performa diskriminasi skor SAPS 3 terhadap luaran mortalitas rawat inap. Hasil Diperoleh 484 subjek SCAP dengan proporsi mortalitas 49,2%. Sebanyak 73,8% adalah infeksi viral (COVID-19) dan sisanya bakterial (25,6%) dan campuran fungal-bakterial (0,6%). Performa kalibrasi adalah baik (p=0,519, koefisien korelasi r=0,993). Performa diskriminasi tampak sangat baik untuk skor total SAPS 3 dengan nilai AUC 0,921 (IK95% 0,898-0,944). Kesimpulan Performa kalibrasi dan diskriminasi SAPS 3 dalam memprediksi mortalitas rawat inap SCAP adalah baik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Kurnia Mulyadi
Abstrak :
Asupan makanan berlebih dan rendahnya aktivitas fisik adalah dua faktor risiko obesitas pada remaja. Kurangnya pemahaman akan hubungan antarfaktor risiko ini membuat obesitas remaja sulit ditangani dan cenderung berlanjut ke usia dewasa. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik (physical activity level/PAL) dengan asupan energi dan makronutrien. Penelitian dilakukan di salah satu fakultas kedokteran di Jakarta dalam periode Juni 2011-Juni 2013, dengan metode total sampling pada populasi mahasiswa berusia 15-18 tahun. Data asupan energi dan makronutrien dari sampel yang terdiri atas laki-laki (n=30) dan perempuan (n=43), dinilai menggunakan Food-Frequency Questionnaire semikuantitatif, sedangkan PAL dengan Bouchard three-days physical activity record. Dengan uji one-way anova, terdapat hubungan antara PAL dengan asupan energi dan lemak (p=0,025 dan 0,019), sedangkan asupan karbohidrat dan protein sebaliknya. Dengan analisis post-hoc LSD, perbedaan bermakna terdapat pada PAL sedang dan tinggi (asupan energi p=0,007; lemak p=0,005), sedangkan rata-rata asupan energi dan makronutrien tetap tinggi pada PAL rendah. Disimpulkan bahwa peningkatan keluaran energi total akan meningkatkan asupan energi, sedangkan PAL rendah tidak akan mengubah kebutuhan energi individual.
Excessive nutrient intake and low physical activity are two obesity risk factors in adolescent. Lack of understanding in relationship amongst these risk factors has made adolescent obesity become health problems and tends to progress into adulthood. This study aimed to investigate the relationship between physical activity level (PAL) with energy and macronutrient intake. Study was held in one of medical school in Jakarta from June 2011-June 2013, with total sampling on medical students aged 15-18. Energy and macronutrient intake from boys (n=30) and girls (n=43) were assessed using semiquantitative Food-Frequency Questionnaire, while PALs were assessed using Bouchard-three days physical activity record. One-way anova analysis showed significant relationship of PAL toward energy and fat intake (p=0,025 and 0,019), and none of carbohydrate and protein intake. The post-hoc LSD analysis revealed the significant mean difference were found in subjects classified as high and moderate PAL (for energy intake p=0,007; fat intake p=0,005). Meanwhile, energy and all macronutrients intake were found to be persistently high in subject with low PAL. In conclusion, increase in total energy expenditure will subsequently induce increase in energy intake, but low PAL did not change the individual energy requirement.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library