Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chaerunissa
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan kecurangan laporan keuangan dengan model F-Score. Faktor-faktor dalam model F-Score diukur dengan discretionary accrual dalam model Kasznik (1999), perubahan piutang usaha, perubahan persediaan, soft assets, perubahan penjualan tunai, perubahan ROA, perubahan abnormal jumlah pegawai, penerbitan surat berharga, market-adjusted stock return, dan lagged market-adjusted stock return (Dechow et al., 2011). Sampel penelitian terdiri dari 26 perusahaan yang melakukan kecurangan dan 26 perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Pemilihan sampel menggunakan metode matching sample berdasarkan industri dan ukuran perusahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan persediaan, dan market-adjusted stock return memiliki pengaruh negatif terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Sementara, soft assets dan penerbitan surat berharga memiliki pengaruh positif terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan

The purpose of this research is to examine factors that affect the probability of fraudulent financial statement using F-Score model. Factors in F-Score model is measured by using discretionary accrual in Kasznik (1999), change in receivables, change in inventory, soft assets, change in cash sales, change in ROA, abnormal change in employees, issued securities, market-adjusted stock return, and lagged market-adjusted stock return (Dechow et al., 2011). The research is conducted by using samples of 26 fraud firms and 26 non fraud firms. The samples are matched based on industry and company size. The result shows that change in inventory, and market-adjusted stock return have negative effect on fraudulent financial statement. On the other hand, soft assets and issued securities have positive effect on fraudulent financial statement"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansellia Aufari Chaerunissa
"Korea Selatan merupakan negara yang berhasil mengubah dirinya dari negara penerima ODA menjadi salah satu negara donor terkemuka pada abad 21, khususnya setelah bergabung dengan OECD DAC pada tahun 2010. Dalam berbagai literatur yang membahas mengenai ODA Korea Selatan, negara ini lebih banyak dijuluki dengan istilah donor baru atau emerging donor, dan dianggap belum memiliki sejarah donor yang panjang. Namun sebenarnya karir Korea Selatan sebagai negara donor ODA telah dimulai sejak tahun 1963. Dari dimulainya kegiatan donor Korea Selatan hingga sekarang menjadi anggota OECD DAC, tentu terjadi berbagai perkembangan dalam ODA Korea Selatan. Kajian literatur ini membahas mengenai dinamika perkembangan ODA Korea Selatan yang dilihat dari berbagai literatur mengenai hal tersebut. Berdasarkan metode kronologis, penulisan tinjauan literatur ini terbagi dalam 3 periode yaitu 1963-1986. 1987-2009, dan 2010-sekarang. Berdasarkan literatur-literatur yang menjelaskan ketiga periode tersebut, perkembangan ODA Korea Selatan dapat dilihat dari perkembangan model, motif, dan politik domestik ODA. Dari perkembangan model ODA Korea Selatan dapat terlihat bahwa terjadi perubahan besar dalam model ODA dari periode 1963-1986 ke periode 1987-2009, namun tidak terjadi perubahan signifikan dari periode 1987-2009 ke periode 2010-sekarang. Kemudian, dari perkembangan motif ODA Korea Selatan selama tiga periode, dapat terlihat bahwa motif politik dan ekonomi terus menjadi pendorong utama ODA. Selain itu pada periode 1987-2009 dan 2010-sekarang, motif kemanusiaan juga menjadi faktor yang mendorong pemberian ODA Korea Selatan. Dan terakhir, dari perkembangan politik domestik ODA Korea Selatan, dapat dilihat bahwa fragmentasi sistem yang dikarakterisasikan dengan tarik menarik kepentingan antara dua kementerian utama yang berkaitan dengan ODA, dan dukungan publik menjadi isu yang dominan. Penulis menemukan beberapa kesenjangan literatur yaitu, tidak munculnya pembahasan mengenai Majelis Nasional Korea Selatan, ODA Korea Selatan di kawasan selain Asia dan Afrika, dan perbandingan model ODA Korea Selatan dengan negara donor baru lainnya selama tiga periode perkembangan ODA.

South Korea is a country that successfully turned itself from an ODA recipient to one of the most prominent donor country in 21" century, especially after its accession to OECD DAC in 2010. Various writings that discusses South Korean ODA mainly named this country as a new or emerging donor. They also consider South Korea as having short donorship history. South Korea's donorship already began in 1963. From the beginning of its donor activity until today as an OECD DAC member, there have been various developments in South Korean ODA. This literature review discusses the dynamics of the development of South Korean ODA from various literatures. Using chronological method, this literature review is divided into 3 periods, 1963-1986, 1987-2009, and 2010 now. Based on literatures discussing about the development of South Korean ODA in those three periods, the development of the ODA can be seen through the development of its model, motivation, and domestic politics. The development of the South Korean ODA model sees the significant changes from period 1963-1986 to 1987-2009, but no significant change visible from period 1987-2009 to 2010-now. The development of the South Korean ODA motivation shows that during those three periods political and economic motivations are the main drivers of the ODA. During 1987-2009 and 2010-now periods, humanitarian motivations also drives the ODA disbursement. And finally, the development of the South Korean ODA domestic politics sees the system fragmentation characterize by competing interest from two main ODA-related ministries and public support as the dominant issues in the discussion. Based on the literature reviews, this paper has identifies some research gap such as the absence of discussions about National Assembly, South Korean ODA in regions besides Asia and Africa, and the comparison between South Korean ODA model with other emerging donors during those three periods of development."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shadrina Khalisa Chaerunissa
"Artikel ini membahas mengenai peran Aksi Cepat Tanggap (ACT) dalam usaha rekonstruksi dan rehabilitasi pascaerupsi Gunung Merapi tahun 2010. Penulisan ini dibatasi pada tahun 2010 hingga tahun 2018. Tahun 2018 dipilih untuk melihat dampak dari keterlibatan ACT dalam usaha rekonstruksi dan rehabilitasi yang dilakukan pada tahun 2010. Salah satu bencana erupsi gunung api di Indonesia yang cukup menggemparkan masyarakat adalah meletusnya Gunung Merapi pada tahun 2010. Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hingga awal November 2010. Kejadian erupsi tersebut berakibat pada jatuhnya korban jiwa dan harta. ACT berperan dalam usaha rekonstuksi dan rehabilitasi pascaerupsi Merapi tahun 2010 melalui program Integrated Recovery Program. Studi-studi penelitian sebelumnya lebih banyak menggunakan pendekatan ilmu sosial maupun ilmu alam. Artikel ini merupakan historiografi atau penulisan sejarah yang menggunakan metode penelitian sejarah diawali dengan tahap heuristik yakni mengumpulkan sumber, data-data dari dokumen institusi pemerintah, narasumber organisasi Dompet Dhuafa dan surat kabar yang memuat usaha pemulihan Aksi Cepat Tanggap, dilanjutkan dengan tahap kritik sumber atau pengujian data dan sumber, kemudian dilanjutkan dengan tahap interpretasi fakta-fakta yang sudah didapat dari sumber dan tahap terakhir penulisan sejarah atau historiografi.

This article discusses the role of Aksi Cepat Tanggap (ACT) in reconstruction and rehabilitation efforts after the eruption of Mount Merapi in 2010. This research is limited from 2010 to 2018. The year of 2018 was chosen to see the impact of ACT’s involvement in reconstruction and rehabiliitation efforts carried out in 2010. One of the volcanic eruptions in Indonesia that caused a stir in the community was the eruption of Mount Merapi in 2010. On October 2010, Mount Merapi experienced its first and subsequent eruptions in a row until early November 2010. The eruption resulted in the loss of lives and property. ACT plays a role in reconstruction and rehabilitation efforts after Merapi eruption in 2010 through their Integrated Recovery Program. Previous research studies mostly used social and natural sciences approaches. This article uses historical research method starting with heuristic, by collecting sources from government institutional documents, resource person from Dompet Dhuafa organization, also newspapers that contain news of ACT recovery efforts, followed by criticism or testing the data and resources, then proceeding with interpreting the facts that have been obtained from sources, and lastly, developed a narrative exposition of the findings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library