Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairani
"
Men1ngkatnya kegiatan industri yang menggunakan logam-logam berat akan menyebabkan bertambahnya pencemaran lingkungan Terdapat banyak cara untuk mengurang1 konsentras1 logam-logam tersebut, salah satunya yaitu flotasi Flotasi (pengambangan) dilakukan terhadap logam-logam Cu(II), Cd(II), Co(II) dan N1(II) yang telah dikomplekskan dengan tanin sesuai dengan perbandingan stoikiometrinya dengan surfaktan dodesilamina dan oktadesilamina stoikiometri kompleks logam-tanin menggunakan Perbandingan ditentukan menggunakan cara perbandingan mol Pengaruh pH, konsentrasi dan Jenis surfaktan terhadap hasil flotasi dari 500 ml larutan, dengan masing-masing 1 on logam 1 ppm, diamati dengan mengukur konsentrasi logam sebelum dan sesudah flotasi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) Kondisi terbaik untuk flotasi masing-masing logam dengan surfaktan dodesilamina adalah untuk logam Cu(II) pH larutan 4 konsentrasi surfaktan 23 ppm untuk logam Cd(II), Co(II) dan N1(Il) pH larutan 8, konsentrasi surfaktan 39 ppm Sedangkan dengan oktadesilamina diperoleh untuk logam Cu(II) pH larutan 4 konsentrasi surfaktan 19 ppm untuk logam Cd(Il) Co(ll) dan N1(ll) pH larutan 7, konsentrasi surfaktan 23 ppm Hasil flotasi yang didapat pada kondisi terbaik untuk keempat logam tersebut dengan surfaktan dodesilamina lebih besar dari pada dengan oktadesilamina Pemanfaatan flotasi untuk menurunkan konsentrasi campuran keempat logam dalam larutan dengan surfaktan dodesilamina, yang dilakukan pada pH larutan 7, menghasilkan penurunan konsentrasi keempat logam yang lebih besar dar1 90 % kecuali untuk 1 on Cd(II) Dengan surfaktan yang sama flotasi pada pH 4 dapat memisahkan sebagian besar logam Cu(II) dari ketiga logan lainnya"
1993
S29830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairani
"ABSTRAK
Dampak keberadaan sampah anorganik seperti botol aqua, kaleng, kardus, dan lain sebagainya memberikan dampak tidak baik bagi lingkungan dan alam. Pemanfaatan sampah anorganik dengan dijadikan hasil karya kerajinan tangan yang dapat memiliki nilai jual. Melalui pemberdayaan kelompok ibu-ibu rumah tangga di dusun III Taman Saji, desa Hajimena Natar, Lampung Selatan, pemanfaatan sampah anorganik ini dapat menjadi salah satu solusi bagi perubahan perekonomian pada tahap lingkungan keluarga."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2016
600 ETHOS 5:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chairani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Manajemen Risiko Perusahaan (enterprise risk management-ERM) terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan, serta dampak moderasi dari kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social, government-ESG) pada industri sensitif dan non sensitif. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan 680 observasi di negara ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura, dan Thailand) selama 5 tahun (2014-2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ERM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Selain itu, kinerja ESG terbukti mampu meningkatkan pengaruh positif ERM terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Jika dilihat dari industrinya, kualitas kinerja ESG dapat meningkatkan pengaruh ERM terhadap nilai perusahaan pada industri sensitif, dan hasil sebaliknya untuk kinerja keuangan. Sementara itu, ERM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pada industri sensitif, dan hasil sebaliknya untuk nilai perusahaan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi berbagai industri untuk menggabungkan konsep ERM dan kualitas kinerja ESG dalam menganalisis berbagai ancaman dan peluang terkait risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola dalam mencapai keunggulan kompetitifnya.

ABSTRACT
This study discusses the importance of Enterprise Risk Management (ERM) on financial performance and firm value with the quality of Environmental, Social, and Governance (ESG) performance in sensitive and non-sensitive industries. This study used a panel data analysis with 680 observations in ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore, and Thailand) for five years (2014-2018). The results showed that the ERM is significant positive on financial performance (ROA) and firm value (Tobins Q). In addition, we find that the quality of ESG performance has significant effect to improve the influence of ERM on financial performance and firm value. When viewed from the industry, the quality of ESG performance can increase ERM against firm value (Tobins Q) in sensitive industries, and the opposite result for financial performance (ROA). Meanwhile, ERM determines the significant positive on financial performance (ROA) in sensitive industries, and the opposite results for firm value (Tobins Q). This research can be used as a reference for various industries to combine the concept of ERM and the quality of ESG performance to analyzing various threats and opportunities related to environmental, social, and governance risks in achieving competitive advantages."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zamilah Chairani
"Pembangunan yang terbaik adalah yang berwajah manusia mencakup peningkatan kualitas manusia sehingga dapat lebih meningkatkan taraf hidupnya, mengelola sumber-sumber alamnya secara optimal dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
Kebijakan nasional tentang pendidikan telah diatur dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989. Dalam kaitan ini, Pemerintah Indonesia telah mengatur mekanisme dan prosedur pelaksanaan desentralisasi pengelolaan pendidikan dasar pada skala nasional, lokal khususnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan dasar yang salah satu programnya adalah wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Beberapa penelitian tentang penyelenggaraan pendidikan dasar tersebut telah merekomendasikan beberapa pola manajemen dan strategi-strategi sejak diperkenalkannya konsep desentralisasi dan otonomi daerah.
Fokus penelitian ini adalah mengenai (1 ) pemantauan dan evaluasi proses pengambilan keputusan di tingkat taktis yang dilakukan dalam hal ini oleh staf Bappeda dan/atau dinas pendidikan di tingkat kabupaten dalam menterjemahkan kebijakan nasional ke dalam kebijakan dan/atau progam lokal yang sifatnya lebih spesifik dan operasional; (2) Penataan kelembagaan pendidikan di daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi pendidikan.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan mengambil salah satu kabupaten yang termasuk ke dalam Proyek Percontohan Otonomi Daerah untuk Daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten Bandung dan satu kabupaten yang tidak termasuk proyek percontohan yaitu Kabupaten Bogor. Dari proses pengumpulan data dan informasi melalui wawancara dengan para narasumber di dua kabupaten sampel, terungkap sejumlah temuan bahwa ke dua sampel tidak jauh berbeda dalam menanggapi/merespon isu desentralisasi tersebut.
Setelah adanya desentralisasi dan otonomi daerah, kebijakan kedua daerah agak berbeda; di mana Kabupaten Bogor (yang tidak termasuk proyek percontohan otda) merasa bahwa bidang pendidikan merupakan bidang sangat prioritas dalam menyongsong era globalisasi. Perbedaan tersebut disebabkan karena (1) adanya ketidaksamaan persepsi tentang pendidikan dasar; (2) Kapasitas Bappeda dan kantor dinas; serta (3) kebutuhan atau tuntutan masyarakat. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mandu Chairani
"Ruang Lingkup dan Metodologi Penelitian:
PT. X adalah cabang dari perusahaan multinasional yang memproduksi sepatu basket, sepatu bola, sepatu multifungsi dan sepatu anak-anak. Pemakaian mesin alat kerja dan mekanisme dalam industri dapat menimbulkan kebisingan di tempat kerja. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui intensitas bising lingkungan tempat kerja, prevalensi dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising.
Metoda penelitian berupa studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 180 tenaga kerja yang terpajan bising lebih dari 85 dB. Mereka telah bekerja kurang lebih 5 tahun dan berumur antara 21 - 40 tahun. Data penelitian didapat dari medical check up, kuesioner, wawancara dan observasi ke tempat kerja.
Hasil Penelitian dan Kesimpulan:
Intensitas bising lingkungan tempat kerja di atas 85 dB ditemukan di bagian sewing, assembling, outsole, power house, rubber, phylon, EVA, mesin penghancur, PU, 1P dan CPED. Kasus gangguan pendengaran akibat bising pada tenaga keija yang terpajan bising di atas 85 dB sebesar 11,7%. Faktor-faktor seperti umur, masa keija, pengetahuan, sikap, perilaku dan jenis ruangan tidak berhubungan dengan gangguan pendengaran akibat bising (p > 0,05). Sedangkan faktor-faktor seperti intensitas bising (p = 0,016) dan tempat tinggal (p = 0,039) berhubungan dengan gangguan pendengaran akibat bising.
Secara statistik terbukti odd ratio intensitas bising sebesar 4,654, artinya risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising pada intensitas bising yang tinggi (94 - 108 dB) adalah 4,654 kali lebih besar dibanding dengan intensitas bising yang lebih rendah (85 - 93 dB) dan odd ratio tempat tinggal sebesar 3,454, artinya risiko terjadinya gangguan pendengaran akibat bising di mess karyawan adalah 3,454 kali lebih besar dibanding dengan di luar mess.

Prevalence And Analysis The Factors That Related With Noise Induced Hearing Loss Among The Workers That Noise Exposured Louder Than 85 Db In X Shoes Factory, Banten, 2003Scope and Methodology
PT. X is a branch of multinational that produce basketball shoes, soccer shoes, multifunction shoes and baby shoes. Using work equipment and mechanism in industry cause noise exposure in workplace. This case study done with goal to know what areas and number of worker who exposed to the noise level louder than 85 dB in workplace, also the prevalence and the factors that related with noise induced hearing loss.
The research method is a cross sectional study. Sample consist 180 workers who exposed to noise louder than 85 dB. They had been worked about 5 years and their ages varied from 21 to 40 years old. Data were collected from medical check up results, questioners, interview and observation of the working condition.
Result and Conclusions:
The noise level louder than 85 dB in workplace found at sewing, assembling, outsole, power house, rubber, phylon, EVA, smashed machine, PU, IP and CPED. Noise induced hearing loss case among worker with noise exposured louder than 85 dB is 11,7%. The factors such as age, time work, knowledge, attitude, manner and the kind of room were not related with noise induced hearing loss (p > 0,05). But some factors such as noise level (p = 0,016) and type of residence (p = 0,039) were related with noise induced hearing loss.
Statistically proven that odd ratio of noise level is 4,654, it means the likelyhood of risk noise induced hearing loss for exposure to higher noise level (94 - 108 dB) is 4,654 compared to low noise level (85 - 93 dB) and odd ratio of type of residence is 3,454, it means the likelyhood of risk noise induced hearing loss in boarding house is 3,454 compared to beside boarding house."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nuryati Chairani
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Hubungan antara jenis kelainan histopatologik tertentu pada radang berulang tonsil dengan kelainan imunopatologik yang terjadi belum banyak diselidiki. Penelitian ini ditujukan untuk melihat hubungan antara kelainan histopatologik tertentu dengan kelainan imunopatologik yang timbul dengan jalan menghitung jumlah dan penyebaran set pengandung imunoglobulin (SPIg) pada tonsil serta mengukur kadar imunoglobulin serum pada penderita radang berulang tonsil. Diperiksa 125 pasang tonsil dan serum yang berasal dari 125 anak usia 4-14 tahun yang menjalani tonsilektomi. Dengan pewarnaan HE dilakukan penggolongan jenis kelainan histopatologik. Dengan cara imunoperoksidase (PAP) diperiksa jumLah SPIg (keLas G,M,A,E dan D) pada daerah sentrum germinativum (SG), kelim limfosit (KL), interfolikuler (IF) dan epitel retikuler kripta (ER). Dengan cara imunodifusi radial diperiksa kadar imunoglobulin (kelas G,M dan A) dalam serum penderita. Sebagai perbandingan diperiksa kadar Ig serum yang berasal dari 33 anak sehat dengan tonsil yang tidak menunjukkan tanda radang.
HasiL dan Kesimpulan: Secara histopatologik ditemukan jenis kelainan yaitu: hiperplasia tonsil (HT), 60,5 %; tonsilitis kronik .(TK), 23,2% dan tonsilitis kronik eksaserbasi akut (IKEA), 16,0%. Jumlah SPIg di daerah KL pada kelompok TK Lebih banyak dan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok TKEA dan HT. Di daerah ER, jumlah SPIg pada kelompok TK Lebih sedikit dan berbeda bermakna dibandingkan keLompok TKEA. Ditemukan peningkatan bermakna kadar Ig G dalam serum pada kelompok TK dan HT dibandingkan dengan keLompok kelola, dan peningkatan bermakna kadar Ig A dalam serum penderita TK dibandingkan dengan kelompok kelola. Perbedaan jumlah dan penyebaran SPIg pada tonsil yang mengatami radang berulang sesuai dengan jenis kelainan histopatoLogik, yang diikuti dengan peningkatan kadar Ig G dan Ig A dalam serum.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: The relationship between histo pathological and immunopathological changes caused by recurrent inflammation of the tonsil has not been studied extensively. The aim of this study was to see the relationship between particular histopathological changes by counting the immunoglobulin containing cells (Ig CC) and its distribution in tonsil and to measure immunoglobulin (Ig) Level in serum of patients with recurrent inflammation of the tonsil. One hundred and twenty five pairs of tonsils and 125 sera from children aged 4-14 years, who underwent tonsillectomy were examined. Histopathological diagnosis was based on routine H and E staining. Immunoperoxidase (PAP) staining was performed to count the amount and distribution of Ig CC (G,M,A,E and D classes) in germinal center (GC), Lymphocyte cuff (LC), interfoLlicular (IF) and reticular part of epithelium (RE) areas. Ig (G,M and A) serum Levels were measured by radial immunodiffusion technique. As a comparison, Ig serum levels of 33 healthy children without signs of inflammation of the tonsil was examined.
Findings and Conclusions: Three histopathological changes were found: hyper plastic tonsil (HT), 60.8%; chronic tonsillitis (CT), 23.2% and chronic tonsillitis with acute exacerbation (CTAE), 16.0%. Significantly higher proportion of Ig CC in LC area was found in CT group compared to CTAE and HT groups. In contrast, in RE area the proportion of Ig CC in CT group was significantly Lower than in CTAE group. There were significant elevations of Ig G serum level in CT and HT groups compared to the control group. Ig A serum Level in CT group was significantly higher than the control group. This study revealed that Ig G CC have different distribution in inflamed tonsil according to its histopathological changes, and those changes were accompanied by the increase of Ig G and Ig A serum Levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Chairani
"Ada beberapa permasalahan yang perlu dikemukakan dalam tulisan ini, yaitu alasan-alasan apa saja yang ditetapkan oleh suatu bank dalam menentukan debitur wanprestasi dan perlu atau tidaknya penyelesaian kredit macet melalui AYDA berupa tanah dan bangunan? Bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui AYDA pada suatu bank? Dan hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam proses pelaksanaan penyelesaian kredit macet melalui AYDA tersebut? Sedangkan dalam menganalisa permasalahan tersebut di atas digunakan pendekatan yuridis normatif, dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder berkenaan dengan pokok masalah dan dikaitkan dengan prakteknya di lapangan. Alasan-alasan yang digunakan bank dalam menentukan kredit bermasalah/macet didasarkan pada 3 (tiga) aspek penilaian, yaitu prospek usaha, performance dan kemampuan bayar. Dari ketiga aspek tersebut dapat ditentukan tingkat kolektibilitas, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Jika kredit macet, maka bank akan melakukan berbagai upaya penyelesaian, salah satunya melalui pengambilalihan asset debitur (AYDA) yang dijaminkan pada bank. AYDA dilakukan karena peliknya eksekusi Hak Tanggungan dan meningkatnya jumlah kredit macet dalam waktu singkat yang berpengaruh negatif terhadap tingkat kesehatan bank. Dalam prakteknya, AYDA dilakukan melalui Perjanjian Perikatan Jual Bell (PPJB) dan Kuasa Jual yang tentunya berisiko bagi bank itu sendiri karena PPJB belum mengalihkan status kepemilikan atas jaminan kepada pembeli. Hal ini dilakukan karena masih adanya hambatan dalam pelaksanaan AYDA, seperti ketentuan hukum yang membatasi subyek yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, pajak yang tinggi, jangka waktu pengambilalihan yang singkat dsbnya. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu terobosan terhadap ketentuan perundang-undangan yang dapat mengakomodir semua hambatan-hambatan dalam pelaksanaan AYDA, salah satunya seperti yang diberlakukan kepada BPPN. Untuk mewujudkan terbentuknya ketentuan perundang-undangan tersebut di atas, maka diperlukan adanya kerjasama diantara lembaga-lembaga berwenang yang terkait di dalam pelaksanaan AYDA tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Chairani
"Remaja jalanan sebagai kelompok marginal kesehatan sangat rentan terhadap masalah penyalahgunaan NAPZA. Kondisi inilah yang menyebakan remaja jalanan membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus, salah satunya pelayanan keperawatan komunitas yang dilakukan bersama lintas sektor dan masyarakat sebagai mitra. Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi dapat digunakan sebagai pendekatan saat memberikan layanan keperawatan, yang dapat meningkatkan perilaku adaptif remaja jalanan dan ketangguhan keluarga dalam pencegahan risiko penyalahgunaan NAPZA, sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Desain penelitian adalah penelitian operasional dengan tiga tahap: tahap I identifikasi masalah, tahap II pengembangan model dan modul, tahap III uji coba Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi dengan menggunakan studi penelitian kuantitatif quasy experiment pre-post test with control group, responden remaja jalanan yang masih pulang ke rumah (children on the street) di Jabodetabek.
Uji statistik yang digunakan adalah chi square, regresi logistik, t-test, man u whitney, wilcoxon, dan regresi linear. Model intervensi berjenjang Ampibi yang dilengkapi dengan 3 buku saku dan 1 buku kerja, dikembangkan berdasarkan hasil studi literatur, studi pendahuluan, penelitian tahap I, expert review, content dan construct validity, yang menggunakan integrasi teori model sistem dan pencapaian tujuan, serta teori model sosial ekologi. Bentuk intervensi keperawatan yang diberikan adalah edukasi, layanan konseling, pembinaan, pendampingan, dan kunjungan rumah.
Hasil analisis membuktikan bahwa ada peningkatan yang sangat bermakna skor rerata perilaku adaptif remaja jalanan dan ketangguhan keluarga terkait upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA setelah diterapkan Model Intervensi Keperawatan Berjenjang Ampibi. Keberhasilan penerapan model ini diharapkan menjadi salah satu model pelayanan keperawatan komunitas untuk remaja jalanan.

Street teenagers as a marginalized health group are prone to drug abuse problems. This condition causes street teenagers require special attention and service, particularly community nursing services carried out together across sectors and communities as partners. The Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model can be used as an approach for providing nursing services, which may improve adaptive behavior of street teenagers and family resilience in preventing the risk of drug abuse.
The operational research design was used with three phase: First phase was problem identification, second phase was model and module development, and third phase tried out Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model using quantitative research study with quasi-experiment pre-post test in control group. The respondents were street teenagers in Jabodetabek living at home.
The statistical tests used were chi square, logistic regression, t-test, man u whitney, wilcoxon, and linear regression. The Ampibi Multilevel Intervention Model is equipped with 3 pocket books and 1 workbook, which were developed based on the results of literature studies, preliminary studies, first phase research, expert review, content and construct validity. They used the integration of system model theory and goals achievement, as well as social model theory ecology. The nursing intervention provided education, counseling service, coaching, mentoring, and home visits.
The analysis results reveals very significant increase in the mean score of street tenagers adaptive behavior and family resilience related to drug abuse prevention efforts, after the Ampibi Multilevel Nursing Intervention Model is implemented. The effectiveness of application of s model is expected to be one of the models of community nursing services for street teenagers.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
D2764
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laela Chairani
"Tesis ini menceritakan aplikasi dan implementasi dari penggunaan value engineering untuk memperbaiki kualitas piston 5D9, khususnya pada proses machining. Kualitas adalah kemampuan dari organisasi untuk memberikan produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Penerapan value engineering untuk memperbaiki kualitas sangat sesuai karena Value engineering adalah metode sistematik untuk memperbaiki value dari produk dan jasa dengan menggunakan pengujian dari fungsi. Penelitian ini menggunakan analisis Pareto, Sebab Akibat dan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) karena lebih sesuai dilakukan setelah analisis fungsi dan model FAST selesai dibuat. Dipilihnya fungsi pemeliharaan untuk dilakukan perbaikan sehingga dibutuhkan penjadwalan pemeliharaan dengan mencari nilai MTBF (Mean Time Between Failure) dan MTTR (Mean Time To Repair).

This thesis describes application and implementation of value engineering to improve quality of piston 5D9 in machining process. Quality is a capability from organization to afford an appropriate product with customer expected. A value engineering approach to improve quality more appropriate because value engineering is a systematic methode to improve value even product or services by using function analysis. This research using Pareto Diagram, Cause and Effect Diagram and FMEA because those methode are most appropriate after the function analysis and FAST Model have been built. Maintanance function have been chosen and finding maintanance schedule with MTBF (Mean Time Between Failure) and MTTR (Mean Time To Repair)."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27951
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ellyna Chairani
"Kopi luwak dikenal sebagai kopi spesialti Indonesia karena aromanya yang lebih harum dan rasa yang unik. Produksinya menggunakan Coffea arabica yang membutuhkan syarat tumbuh ketinggian dan iklim tropis; serta luwak (Paradoxurus hermaphroditus) yang hidup di wilayah tropis. Mayoritas lahan kopi nasional adalah perkebunan rakyat yang produktivitasnya rendah karena kopi ditanam pada kelas kesesuaian lahan yang kurang tepat. Hal ini mengakibatkan petani sulit mencapai keberlanjutan produksi. Hal lain adalah dalam pengelolaan kopi luwak selama ini lebih fokus pada pendekatan sektoral dan kurang menyeluruh dalam memadukan kesepakatan stakeholders untuk pengelolaan produksi dengan konservasi lingkungan.
Tujuan umum riset adalah melakukan sintesis keberlanjutan pengelolaan kopi luwak di lanskap riset. Sedangkan tujuan khusus meliputi  analisis kesesuaian lahan untuk kopi, habitat luwak dan pengelolaan kopi luwak Arabika; serta menilai dampak aspek lingkungan, sosial dan ekonomi untuk menentukan keberlanjutan dari 6 model pengelolaan kopi luwak di 3 kabupaten (Bandung, Bandung Barat dan Bangli).
Metodologi riset meliputi analisis multi-kriteria dan pemetaan tumpang susun dengan sistem informasi geografis untuk menentukan sebaran kesesuaian lahan; serta metode Life Cycle Analysis (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle Analysis (SLCA) dan Life Cycle Sustainability Assessment (LCSA) untuk menilai keberlanjutannya.
Hasil riset kesesuaian lahan kopi luwak Arabika tertinggi ditemukan di Bandung (75,24%), sedangkan terkecil di Bangli (40,39%). Pada permasalahan lingkungan berdasarkan kriteria pemanasan global, pengelolaan kopi luwak melalui penangkaran memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan secara liar. Aspek keekonomian produksi kopi luwak liar lebih menguntungkan dibanding dengan pengelolaan secara kandang atau tangkar. Sedangkan hasil riset aspek sosial tidak dibedakan karena semuanya memberikan kontribusi terhadap masyarakat lokal dan konsumen. Secara umum tingkat keberlanjutan model luwak liar lebih baik dibandingkan dengan model luwak yang dikandangkan. Walaupun demikian, Model Kandang Bangli-3 memiliki tingkat keberlanjutan paling tinggi diantara 6 model pengelolaan yang diriset.

Civet Arabica coffee (kopi luwak) is an Indonesian prominent specialty coffee for its aroma and unique taste. The coffee production involves Coffea arabica that requiring growing conditions of altitude and tropical climate; and civet (Paradoxurus hermaphroditus) that lives in the tropical belts. The majority of the Country coffee plantation is owned by smallholder farmers. The issue of low productivity leads to the difficulty in achieving coffee production sustainability. Moreover, the management of civet coffee has been more focused on sectoral approach and less comprehensive in integrating stakeholder agreements on productivity and environmental conservation.
The research aims to synthesis the sustainability of civet coffee management in the landscape of research. Furthermore, the objectives include analyzing land suitability of Coffea Arabica, civet habitat, and civet Arabica coffee; and to assess its impact on environment, economic, and social/community.
The research employed the methods of multi-criteria analysis, and combined with weighted overlaying techniques for mapping land suitability; and Life Cycle Assessment (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle (SLCA), and Life Cycle Sustainability Assessment (SLCA) of 6 management models in 3 districts (Bandung, West Bandung and Bangli).
The research results reveal that Bandung area has the highest suitability for kopi luwak Arabica (75.24%) and the smallest is in Bangli (40.39%). On the environmental impact, caged models produce higher global warming than that of wild models. The economic aspect of wild models earned bigger profit than caged system. On the social impact, the entire models positively contribute to local community and consumer. It is, however, Model of caged Bangli-3 is the most sustainable among the others.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>