Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chrisandy Ramadhanti
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) kini mulai mengacu pada pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada pasien (patient oriented). Tanggung jawab apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian menjadi bagian integral dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien dan meningkatkan kepercayaan pasien terhadap apoteker. Upaya tersebut dapat dilakukan apoteker di apotek dengan menerapkan konsep pelayanan kefarmasian. Konsep pelayanan kefarmasian yang ada di apotek meliputi beberapa aspek yaitu pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat (MESO). Pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) yang didefinisikan sebagai pelayanan kepada pasein yang dilakukan di rumah khususnya dengan kriteria pasien penderita penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus; pasien dengan terapi jangka panjang seperti penggunaan obat-obat kardiovaskuler, diabetes, asma, TB, HIV-AIDS, dan lain-lain; pasien lanjut usia; hingga pasien dengan polifarmasi. Tujuan dari pelayanan ini adalah agar pasien memperoleh perawatan terbaik di rumah dalam upaya mencapai kemandirian maupun menjaga kualitas hidup, pasien juga dapat memperoleh kenyamanan baik secara fisik maupun mental. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa edukasi penerapan program home pharmacy care telah dilakukan, secara garis besar 4 (empat) pasien yang bersedia diedukasi memiliki pengetahuan umum sangat baik mengenai pengobatan. .......
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisandy Ramadhanti
Abstrak :
Epilepsi merupakan penyakit neurologis kronis dengan prevalensi tingkat 0,5-1% pada populasi anak dan terjadi puncaknya pada tahun-tahun awal kehidupan. Obat Antiepilepsi (OAE) masih merupakan obat utama dalam pengobatan pasien epilepsi. Hingga saat ini, sebanyak 30 (tiga puluh) Obat Antiepilepsi (OAE) generasi pertama-ketiga digunakan dalam pengobatan penyakit epilepsi. Pilihan monoterapi yang tepat untuk pasien merupakan tantangan klinis yang harus mempertimbangkan mekanisme kerja, spektrum efikasi, efek samping hingga potensi interaksi masing-masing obat. Tantangan tersebut semakin penting apabila diterapkan dalam pengobatan epilepsi pada pasien anak-anak dengan interval waktu pemberian yang tepat terutama jika pasien anak-anak mendapatkan terapi kombinasi 2 atau lebih Obat Antiepilepsi (OAE). Interval waktu pemberian pada terapi kombinasi Obat Antiepilepsi (OAE) dalam mencapai kadar terapeutiknya dipengaruhi oleh profil farmakokinetik masing-masing obat. Obat Antiepilepsi (OAE) perlu dipantau terutama karena variabilitas antar pasien yang tinggi akibat adanya farmakokinetik non-linear serta lingkup terapeutik yang sempit. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa dari 6 Obat Antiepilepsi (OAE) yang digunakan pada pasien pediatrik, Carbamazepine memiliki potensi terdistribusi lebih banyak dalam plasma darah maupun jaringan plasma yaitu dengan nilai Vd sebesar 0,8-2 L/Kg serta Levetiracetam memiliki nilai Tmaks dan T1/2 paling kecil, yaitu Tmaks sebesar 1,3 jam dan T1/2 sebesar 6 jam sehingga Levetiracetam dapat mencapai kadar maksimum dalam darah (Cpmaks) maupun tereliminasi dari tubuh lebih cepat dibandingkan ke 5 (lima) obat lainnya. ......Epilepsy is a chronic neurological disease with a prevalence rate of 0.5-1% in the pediatric population and peaks in the early years of life. Antiepileptic drugs (OAE) are still the main drugs in the treatment of epilepsy patients. Until now, as many as 30 (thirty) first-third generation Antiepileptic Drugs (OAE) are used in the treatment of epilepsy. The choice of the right monotherapy for a patient is a clinical challenge that must consider the mechanism of action, spectrum of efficacy, side effects to the potential interactions of each drug. This challenge is even more important when applied in the treatment of epilepsy in pediatric patients at the right time interval, especially if the pediatric patient is receiving combination therapy of 2 or more Antiepileptic Drugs (OAE). The time interval for administration of antiepileptic drug combination therapy (OAE) in achieving therapeutic levels is influenced by the pharmacokinetic profile of each drug. Antiepileptic drugs (OAE) need to be monitored, especially because of high inter-patient variability due to non- linear pharmacokinetics and a narrow therapeutic scope. Through this special assignment it can be seen that of the 6 Antiepileptic Drugs (OAE) used in pediatric patients, Carbamazepine has the potential to be distributed more in blood plasma and plasma tissue with a Vd value of 0.8-2 L/Kg and Levetiracetam has a Tmax value and the lowest T1/2, namely Tmax of 1.3 hours and T1/2 of 6 hours so that Levetiracetam can reach maximum levels in the blood (Cpmax) and be eliminated from the body faster than the other 5 (five) drugs.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisandy Ramadhanti
Abstrak :
Obat merupakan bagian vital dalam setiap proses pelayanan kesehatan. Dengan adanya pemberian obat pada setiap proses pelayanan kesehatan, besar harapan bahwa penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Dalam upaya menjamin ketersediaan obat yang bermutu, maka dapat diwujudkan dalam bentuk pengelolaan obat secara baik dan benar. Pengelolaan obat meliputi serangkaian proses dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian hingga pencatatan dan pelaporan. Perencanaan obat merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang telah melalui proses rekapitulasi. Perencanaan yang baik dapat dipengaruhi oleh kemampuan tenaga kefarmasian meliputi pengetahuan serta ketrampilan yang memadai tentang perencanaan obat. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa Rencana Kebutuhan Obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dilakukan dengan rekapitulasi perhitungan menggunakan metode konsumsi dengan memperkirakan kebutuhan obat selama 1 (satu) tahun dan memperkirakan harga obat sesuai pada e-catalogue, sehingga diperoleh jumlah total anggaran yang dibutuhkan untuk 96 item obat pada tahun anggaran 2022 sekitar Rp714.745.231,00. ......Drugs are a vital part of every health care process. With the administration of drugs in every health service process, there is great hope that the illness suffered by the patient can be cured. In an effort to guarantee the availability of quality drugs, this can be realized in the form of good and correct drug management. Drug management includes a series of processes from planning, procurement, storage, distribution to recording and reporting. Drug planning is an activity that aims to determine the type and amount of drugs according to the needs of the community which has gone through a recapitulation process. Good planning can be influenced by the ability of pharmaceutical staff including adequate knowledge and skills regarding drug planning. Through this special assignment, it can be seen that the Drug Needs Plan at the Grogol Petamburan Subdistrict Health Center is carried out by recapitulating calculations using the consumption method by estimating drug needs for 1 (one) year and estimating drug prices according to the e-catalogue, so that the total budget needed for 96 items of medicine in the 2022 fiscal year around IDR 714,745,231.00.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisandy Ramadhanti
Abstrak :
Vaksin merupakan unsur biologis yang memiliki karakteristik khusus dan sensitif terhadap temperatur, vaksin rentan mengalami penurunan mutu dan efektivitas apabila terpapar oleh temperatur yang tidak sesuai dengan karakteristik temperatur penyimpanan yang telah dipersyaratkan. Upaya dalam menjaga mutu dan efektivitas vaksin tidak semata-mata hanya ditentukan dari cara vaksin diproduksi dengan baik dan benar, tetapi salah satu urgensi yang dapat menjadi titik kritis penentuan mutu dan efektivitas vaksin yaitu perlakuan selama proses pengelolaan. PBF berperan penting dalam mengelola vaksin mulai dari penerimaan, penyimpanan hingga pendistribusian vaksin ke berbagai fasilitas kesehatan. Sebelum vaksin didistribusikan, vaksin akan melalui proses penyimpanan pada alat berupa chiller. Selama proses penyimpanan, perlu dilakukan pemantauan suhu vaksin secara berkala. Pemantauan suhu secara berkala berkaitan erat dengan alat yang digunakan selama proses penyimpanan vaksin yaitu chiller. Penggunaan chiller sebagai alat penyimpanan vaksin harus melalui tahap validasi sesuai persyaratan yang telah ditetapkan yaitu dapat mempertahankan suhu penyimpanan antara 2-8°C. Hal ini bertujuan sebagai acuan standar operasional selama proses penyimpanan vaksin berlangsung. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa chiller yang digunakan selama proses penyimpanan produk vaksin di PT. Kimia Farma Trading & Distribution Cabang Jakarta 1 telah valid dan mampu mempertahankan kestabilan suhu pada rentang 2-8°C selama jangka waktu ± 20 jam bahkan lebih apabila chiller dalam kondisi dinyalakan. ......Vaccines are biological elements that have special characteristics and are sensitive to temperature, vaccines are prone to decreasing quality and effectiveness when exposed to temperatures that do not match the required storage temperature characteristics. Efforts to maintain vaccine quality and effectiveness are not solely determined by how vaccines are produced properly and correctly, but one of the urgency that can become a critical point in determining vaccine quality and effectiveness, namely treatment during the management process. PBF plays an important role in managing vaccines from receipt, storage to distribution of vaccines to various health facilities. Before the vaccine is distributed, the vaccine will go through a storage process in a chiller. During the storage process, it is necessary to periodically monitor the temperature of the vaccine. Periodic temperature monitoring is closely related to the equipment used during the vaccine storage process, namely the chiller. The use of a chiller as a vaccine storage device must go through a validation stage according to predetermined requirements, namely being able to maintain a storage temperature between 2-8°C. This is intended as a reference for operational standards during the vaccine storage process. Through this special assignment, it can be seen that the chiller used during the process of storing vaccine products at PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta Branch 1 is valid and able to maintain temperature stability in the range of 2-8°C for a period of ± 20 hours or more if the chiller is turned on.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisandy Ramadhanti
Abstrak :
Halal dan haram menjadi titik kritis dalam pola konsumsi masyarakat, khusunya di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. Penyelenggaraan jaminan produk halal dalam proses pembuatan obat telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan bidang jaminan produk halal pasal 141 yang menyatakan bahwa industri farmasi berkewajiban melaksanakan penahapan sertifikat halal pada produknya. Kelancaran setiap proses pembuatan obat di industri farmasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah prosedur kerja. Dalam mencapai kinerja yang profesional, efektif, dan efisien, maka diperlukan suatu prosedur standar yang menjadi pedoman pada setiap pelaksanaan kegiatan dalam sebuah industri farmasi. Prosedur dalam sistem kerja dikenal sebagai standar operasional prosedur (SOP) atau prosedur tetap (Protap). Salah satu protap yang diterapkan industri farmasi dalam upaya pemastian dan pengawasan mutu produk obat yaitu mengenai cara penanganan kebersihan peralatan maupun mesin, khususnya ketika terkena najis. Protap dibuat untuk merinci tiap tahap pembersihan dan sanitasi peralatan maupun mesin yang digunakan selama proses produksi guna meminimalisir terjadinya kontaminasi pada masing-masing peralatan yang nantinya akan disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Melalui tugas khusus ini, telah disusun protap umum cara penanganan peralatan atau mesin sesuai dengan kriteria SJH, cara pembersihan dan sanitasi peralatan sesuai persyaratan yang terdapat pada CPOB, serta Prosedur Tetap Umum Cara Pembuatan dan Penomoran ......Halal and haram are a critical point in people's consumption patterns, especially in Indonesia where the majority of people embrace Islam. Implementation of halal product guarantees in the drug manufacturing process has been regulated by Government Regulation of the Republic of Indonesia Number 39 of 2021 concerning the implementation of halal product guarantees article 141 which states that the pharmaceutical industry is obliged to carry out halal certificate stages for its products. The smooth running of every drug manufacturing process in the pharmaceutical industry is influenced by several factors, one of which is work procedures. In achieving professional, effective and efficient performance, a standard procedure is needed to guide every activity in the pharmaceutical industry. Procedures in the work system are known as standard operating procedures (SOP) or regular procedures (Protap). One of the procedures applied by the pharmaceutical industry in an effort to ensure and control the quality of medicinal products is regarding how to handle the cleanliness of equipment and machines, especially when exposed to feces. Protaps are made to detail each stage of cleaning and sanitizing equipment and machines used during the production process in order to minimize the occurrence of contamination on each equipment which will later be stored in a clean and dry condition. Through this special assignment, a general procedure for handling equipment or machines has been prepared in accordance with the SJH criteria, a method for cleaning and sanitizing equipment according to the requirements contained in GMP, as well as the General Procedures for Making and Numbering the Standard Procedures applicable at PT. Guardian Pharmatama.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library