Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Darwis
"Studi ini mencoba mengungkap fenomena hubungan sosial antara etnik Cina dengan etnik Bugis-Makassar di kotamadya Ujungpandang, dengan fokus studi pada pola hubungan sosial, yang berlangsung di lingkungan pemukiman (tempat tinggal) dan di lingkungan tempat kerja; berupa pola perilaku etnik Cina dengan Bugis-Makassar di dalam bekerjasama, bersaing, berkompetisi, dan berasimilasi serta berakulturasi, hingga mencapai suatu hubungan sosial yang serasi. Konsep keserasian hubungan sosial yang dipergunakan dalam studi ini, secara teoritis diartikan sebagai suatu kualitas hubungan, antara dua kelompok yang berinteraksi, terlibat dalam suatu proses prilaku, bersifat dinamis dan keduanya berusaha mempertahankan kelangsungan hubungan yang dibina, serta menciptakan perubahan-perubahan dari hubungan mereka, serta interaksi yang terjadi mengandung makna relasi.
Penelitian dilakukan di Kotamadya Ujungpandang pada tahun 1992. Temuan penelitian berupa faktor potensial dan riel .yang mendorong dan menghambat keserasian hubungan sosial antara etnik Cina dengan Bugis-Makassar, dalam aktivitas komunal (berupa hubungan ketetanggaan, dan partisipasi. dalam berbagai kegiatan yang terselenggara, beserta konflik yang timbul), dan aktivitas di tempat kerja. Keserasian sosial melalui aktivitas komunal, menunjukkan bahwa kedua belah pihak memiliki tingkat keserasian hubungan sosial yang serasi. Dan pada hubungan yang berlangsung di tempat kerja, (tata cara merekrut tenaga kerja, serta penilaian kedua etnik dalam kapasitasnya sebagai majikan pekerja), menunjukkan tingkat keserasian hubungan sosial yang serasi namun bersyarat. Hal ini disebabkan oleh karena etnik Cina memandang etnik Bugis-Makassar, adalah sebagai suatu sosok manusia yang dapat diajak bekerjasama bahkan bersaing dalam kegiatan ekonomi. Akan tetapi sebaliknya, etnik Bugis-Makassar, memandang etnik Cina, tidak lebih, sebagai kelompok yang menguasai sumberdaya ekonomi, alat produksi (pemilik modal serta menguasai pasar perekonomian, khususnya di kota Ujungpandang).
Selain itu, kerap pula terjadi benturan-benturan (konflik), baik di lingkungan tempat tinggal maupun di tempat kerja yang merupakan warna lain dari hubungan sosial etnik Cina dengan Bugis-Makassar. Konflik-konflik yang muncul pada awalnya bersumber pada hal yang sifatnya sepele, hingga akhirnya menjadi konflik terbuka. Hal ini apabila dibiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan akan mengancam stabilitas masyarakat. Konflik-konflik ini adalah merupakan suatu faktor potensial yang dapat menghambat keserasian hubungan sosial antara etnik Cina dengan Bugis-Makassar.
Tak kalah penting yang mendorong terciptanya hubungan sosial di lingkungan pemukiman, adalah tidak terlepas dari peran para pimpinan formal dan informal, dalam upaya mendorong interaksi etnik Cina dengan Bugis-Makassar di dalam kegiatan yang berlangsung di lingkungan pemukiman, agar tercapai suatu keserasian hubungan sosial di lingkungan pemukiman. Usaha tersebut adalah melibatkan etnik Cina dengan Bugis-Makassar secara bersamaan dalam kegiatan-kegiatan komunal. Usaha para pimpinan ini merupakan faktor yang bersifat nyata untuk mewujudkan suatu keadaan dimana etnik Cina dan Bugis-Makassar dapat hidup berdampingan, saling menghormati privacy masing-masing, sehingga nantinya teruwujud masyarakat yang tenteram, dan tidak lagi dibayangi oleh adanya perasaan "etnosentrisme" yang mendalam.
Selain yang disebutkan di atas, ada hal yang menarik dari hubungan sosial etnik Cina dengan Bugis-Makassar, yaitu rentang waktu hubungan, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, yang berperan serta bahkan mewarnai pola tindakan/prilaku kedua etnik, manakala terlibat dalam kegiatan-kegiatan komunal. Etnik Cina yang sudah lama hidup bertetangga, berkecenderungan untuk tidak sering mengunjungi tetangga. Sebaliknya etnik Bugis-Makassar, yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah, berkecenderungan untuk selalu membuka diri untuk bergaul dengan etnik Cina. Namun, etnik Bugis-Makassar yang berpendidikan tinggi, berkecenderungan menutup diri terhadap etnik Cina. Hal lain dari etnik Cina, adalah bentuk partisipasi mereka pada kegiatan sekuler (kegiatan meronda/bekerja bakti/peringatan hari Nasional), cenderung berpartisipasi dalam bentuk materi atau barang.
Meskipun tampak bahwa hubungan sosial etnik Cina dengan Bugis-Makassar di lingkungan tempat tinggal menunjukkan intensitas pertemuan fisik lebih rendah dibanding di lingkungan tempat kerja, namun potensi (latent) konflik menunjukkan kecenderungan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh masih terdapat perasaan "ketidakpuasan" akan keterlibatan etnik Cina dalam kegiatan komunal yang berupa materi. Harapan etnik Bugis-Makassar adalah selain keterlibatan materi, juga hendaknya sesekali berpartisipasi terlibat langsung, sehingga dapat tercipta dialog (komunikasi) antara etnik Cina dengan Bugis-Makassar.
Dengan demikian studi tentang telaah terhadap hubungan antar kelompok etnik (Cina-Pribumi), merupakan suatu studi yang menantang pada saat ini, khususnya dalam suasana kekhawatiran orang untuk meneliti soal SARA. "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Darwis
"Dalam menghadapi era globalisasi dan kompetisi yang ketat rumah sakit harus menyusun strategi yang tepat untuk dapat mengembangkan diri dan menjaga citra rumah sakit, masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik dan bermutu . Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah dengan kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit bersalin Lenggogeni Padang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien. Analisa statistik yang dipakai adalah uji chi-square untuk melihat hubungan kepuasan pasien dengan faktor-faktor yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik serta tabel uji silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan tingkat kepuasan pasien baik, kecuali pada faktor lingkungan yang didapatkan perbedaan yang bermakna. Berdasarkan penelitian ini disarankan perlunya melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSB.Lenggogeni Padang secara berkesinambungan.

The Study on patient Satisfaction with Hospital Services at Lenggogeni Maternity Hospital, Year Padang 2001In the presence of globalization and tight competition, hospitals need to establish a meticulous strategy in developing itself and safeguard the image of good hospital, because more and more people will demand a better and more qualified service. One of the indicators in measuring the quality of health service is the satisfaction of its patients.
This study aims at obtaining the degree of inpatient satisfaction at Lenggogeni Maternity Hospital in Padang, carried out quantitatively with cross-sectional approach. Primary data was collected using the completion of questionnaire by patients. Chi-square analysis was applied to evaluate the relationship between satisfaction factor with researched variables, and the result was presented in frequency distribution tables and cross-analysis tables.
The result showed that in general the satisfactory rate was good, except in the environmental factor which significantly different from other factors in generating the overall satisfaction outcome. We suggest that the service in this area to be improved and further study on the same factors be carried out regularly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlely Darwis
"Keputusan Menteri Kehakiman RI Nom. M.04.PR.07.03. tahun 1985, tentang Organisasi dan dan Tata Krama Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara menunjuk Rutan sebagai Unit Pelaksana Teknis dibidang Penahan. Fungsi dan tugas pokoknya yang merupakan bagian dan instansi penegak hukum, bertanggung jawab terhadap pelayanan dan perawatan tahanan baik fisik maupun mental dalam rangka mempersiapkan para tahanan untuk menghadapi proses persidangan baik ditingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi maupun pada tingkat Mahkamah Agung.
Teknis pelaksanaan tugas dan pengelolaan Rutan berada di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, walaupun masing-masing dengan Petunjuk Pelaksana Teknisnya, pada kenyataannya sulit menghapus budaya "Penjara". Kemungkinan dan sini terjadi Disfungsi Pembinaan Tahanan di Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat", yang tercermin dan terjadinya bentuk-bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Penelitian tesis ini dilakukan dengan metode studi kasus dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Agar data-data dapat terkumpul sesuai yang diharapkan, penulis menggunakan beberapa cara pengumpuian data, antara lain dengan pengamatan yang panjang, wawancara mendalam, Kepustakaan, dan observasi Iangsung.
Rumah Tahanan Negara Jakarta Pusat sebagai lokasi terpilih untuk dijadikan tempat peneilitian oleh karena komposisi penghuni yang sangat bervariasi. Ada tahanan, ada narapidana, ada yang buta huruf, ada juga yang berpendidikan tinggi, ada Residivis,ada pencopet,maling, perampok, penodong, pembunuh, tak tertinggal juga ada orang yang sakit jiwa (tidak waras).
Beberapa hal yang merupakan temuan dalam penelitian tesis ini antara lain, kasus kriminal lain sepertinya kurang menarik dibandingkan dengan kasus-kasus Narkoba yang sedang marak akhir-akhir ini. Selaln itu terlihat ketidaksiapan SDM untuk mengimbangi situasi canggih yang begitu cepat mengalami perubahan diluar tembok, sedangkan para petugas setiap hari selalu dengan situasi monoton prakitis tanpa perubahan.
Arogansi tembok penjara yang tebal membuat orang bertanya-tanya, benarkah keunikan itu ada didalamnya, dan bagaimana kemungkinan orang bisa menembus untuk melihat keunikan yang ada didalam sana. Disfungsi Pembinaan Tahanan seakan-akan tidak pernah terjadi. Mereka yang terlibat, mereka yang mengalami, mereka yang melihat, seakan sama memaklumi keadaan, karena ketidakberdayaan.
Jawaban pertanyaan penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya Rutan jakarta Pusat belum mampu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pembinaan tahanan, dan kenyataan yang lebih menyulitkan adalah maraknya masalah Narkoba yang terjadi di dalam tembok penjara.
Dasar teori yang menjadi penunjang tesis ini adalah basil karya dari Edwin H. Sutherland and Donald R.Cressey yang dituangkan dalam artikel yang berjudul "Detention Before Tryal". Aturan penunjang yang lain adalah Buku Pedoman mengenai Standar Intemasional yang berhubungan dengan Penahanan Pra-sidang yang dikeluarkan oleh Pusat Hak Asasi Manusia Cabang Pencegahan Kejahatan dan Hukum Pidana.
Teori penunjang yang lain adalah teori Goffman yang diambil dari buku Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat ( Soerjono Soekanto, SH.MA,), karya Gressham M. Sykes dalam Crime and Justice" oleh Sirleon Radzinowicz and Marvine Wolfgang, yang keduanya sama-sama membahas bagaimana penderitaan dan tertekannya orang dalam tembok penjara atau orang yang terkungkung dengan satu aturan yang diseragamkan."
2000
T1426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahril Darwis
"Adanya tuntutan kemandirian dalam aspek pembiayaan kesehatan di daerah serta makin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan Puskesmas yang baik telah mendorong Puskesmas agar dikelola secara profesional. Disamping itu, masih adanya kelemahan manajemen Puskesmas seperti masih kurangnya SDM baik kuantitas maupun kualitasnya, sumber daya keuangan yang belum mencukupi, sarana prasarana Puskesmas yang belum sesuai kebutuhan dan sistem informasi yang masih dilakukan secara manual. Berdasarkan kondisi-kondisi di atas Puskesmas didorong untuk menyusun perencanaan yang baik sesuai dengan analisis situasi setempat dalam bentuk rencana strategtis (renstra) Puskesmas. Penyusunan renstra Puskesmas ini semakin menjadi prioritas setelah adanya SK Kadiskes Kota Pekanbaru NO. 440/SP/2002110.285 yang mengharuskan setiap Puskesmas di Kota Pekanbaru menyusun renstra.
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun renstra Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru tahun 2005-2009, yang untuk selanjutnya dapat digunakan oleh pimpinan Puskesmas sebagai acuan dalam menyusun rencana dan penganggaran tahunan Puskesmas.
Ruang lingkup penelitian dilakukan di Puskesmas Simpang Tiga, Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, BPS Kota Pekanbaru dan sarana kesehatan yang ada disekitar Puskesmas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, concencus decision making group dan kajian dokumen.
Hasil penelitian, mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang menjadi peluang, adalah: akses ke Puskesmas yang mudah dijangkau, jumlah penduduk yang semakin meningkat, tingkat pendidikan masyarakat yang semakin membaik, pendapatan masyarakat yang semakin membaik, kebijakan Pemda yang mendukung dan meningkatnya angka kunjungan. Faktor yang menjadi ancaman adalah masih tingginya angka kesakitan, belum memadai teknologi kesehatan dan meningkatnya jumlah pesaing. Faktor yang menjadi kekuatan adalah gedung Puskesmas yang cukup memadai sebagai Puskesmas tingkat kecamatan. Faktor yang menjadi kelemahan adalah belum adanya visi/misi organisasi, manajemen organisasi belum berkembang, masih kurangnya SDM baik kualitas maupun kuantitas, keuangan yang masih belum memadai, sistem informasi yang belum berkembang, pemasaran yang masih bersifat konvensional dan produk layanan yang belum lengkap.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah posisi Puskesmas yang dianalisis dengan matriks IE berada pada set V yaitu Hold and Maintain, dengan alternatif market penetration dan product development. Sedangkan posisi yang sesuai dengan matriks TOWS yang berada pada Internal Fix-it Quadrant dengan alternatif strategi retrenchments, enhancement, market development, product development, vertical integration and related levers. Pada tahap matching dihasilkan strategi product development (pengembangan produk). Pada tahap menentukan strategi prioritas dengan QSPM, strategi yang disarankan dari pengembangan produk adalah Pengembangan Balai Pengobatan Gigi.
Diharapkan metodologi dari penelitian ini dapat diterapkan oleh Puskesmas lain dalam menyusun perencanaan strategis Puskesmas.

Public Health Centers Strategic Plan of Simpang Tiga Pekanbaru in 2005-2009The arising demand to the aspect of financial self-funding of health at the district as well as the increasing of public's demand to the quality of better services given by Public Health Center stimulate the Public Health Center to be professionally well managed. Those demands are due to the facts that currently Public Health Center is lack of human resource both from quality and quantity point of view. Poor management, inadequate financial source, un-perfect infra structures and information system done manually, they are the others factors which cause the demands arising. Such condition support Public Health Center to create suitable programs based on local needs approached to be Public Health's Strategic Plan. The arrangement of Public Health's Strategic Plan is to be the main priority as the chief of regency health office issued a decision letter No. 4401SP/2002110.285 on the obligation of all Public Health Center at Pekanbaru to arrange Public Health's Strategic Plan.
This research aimed to arrange Public Health's Strategic Plan Simpang Tiga, Pekanbaru 2005 - 2009, in order to be used by the head of Public Health Center as a reference in arranging plan and annual budget.
Scope of this research was done at Public Health Center Simpang Tiga, Pekanbaru Health Office, BPS Pekanbaru and health infrastructures available around the Public Health Center. The data was gathered by using intensive interview, consensus decision making group and document study.
The result of this research shows that factors which become an opportunity are: access to the Public Health Center is relatively easy, the greater number of resident, well income of society, the supporting policy of local government, and the increasing number of visitors. Factors that become the threat are: the number of patient is still high, inadequate health facilities, and the coming of new competitor. Factors that become the strength are: sufficient building facility that is possessed by the Public Health in the rural district level.
The weakness factor is that the Public Health Center does not have a clear organizational vision and mission, undeveloped organizational management, the minor quantity and quality of human resource, inadequate financial, undeveloped information system, conventionally product marketing, and uncomfortable services.
The conclusion of this research is that the position of Public Health that is analyzed by implementing matrix IE is on the 5th sell, that is Hold and Maintain, with market penetration alternative and product development. The suitable position based on matrix TOWS is in Internal Fix it Quadrant with the strategy retrenchment, enhancement, market development, product development, vertical integration and related diversification. At the matching stage it is resulted product development strategy. At the decision stage by implementing QSPM matrix to gain priority strategy, it is resulted dental clinic development.
It is hoped that the result of this research could be applied by another Public Health Center in arranging Public Health's Strategic Plan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulmanelis Darwis
"ABSTRAK
Rosin atau gondorukem merupakan residu penyulingan getah pohon pinus (oleorosin) . Rosin terdiri antara 85 - 90 % asam-asam resin serta 10 - 15 % komponen-komponen natal. Rosin produksi Indonesia yang umumnya berasal dari spesies Pinus merkusii, ternyata mempunyai kadar asam abietat lebih rendah dibandingkan rosin produksi negara lain seperti Cina, Portugis dan Amerika. Kecilnya kandungan asam abietat ini diduga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kualitas rosin produksi Indonesia lebih rendah dibandingkan rosin produksi negara-negara lain.
Sebagian besar asam resin yang terdapat dalam rosin merupakan isomer satu sama lain. Oleh karena itu dengan proses isomerisasi yang tepat dapat terjadi perubahan suatu asam resin menjadi asam resin lain, yang mengakibatkan terjadi perubahan komposisi asam resin dalam rosin.
Pada penelitian ini telah dicoba dua teknik isomerisasi, yaitu isomerisasi termal dan isomerisasi dengan katalis asam, dengan tujuan dapat menghasilkan peningkatan kadar asam abietat dari rosin.
Kondisi optimum pada isomerisasi termal diperoleh dengan melakukan variasi suhu pemanasan antar 1850C samapai 2500C. Sedangkan pada isomerisasi dengan katalis dilakukan variasi konsentrasi katalis antara 0,6 M sampai 1,4 M. Kadar asam abietat dalam rosin isomerisasi diukur dengan alat Kromatografi Gas.
Hasil penelitian menunjukkan balk isomerisasi dengan pemanasan maupun dengan katalis asam, dapat meningkatkan kadar asam abietat dalam rosin. Isomerisasi dengan pemanasan menghasilkan kadar asam abietat maksimum pada temperatur pemanasan 250 ° C yaitu sebesar 69,83% dari kadar awal sebelum pemanasan 21,23 %. Isomerisasi dengan katalis asam menghasilkan kadar asam abietat maksimum pada penggunaan katalis dengan
konsentrasi 1,2 M yaitu sebesar 61,81 %. Penggunaan konsentrasi Iebih pekat tidak menunjukkan peningkatan lagi.
Walaupun dua proses dapat menghasilkan peningkatan kadar asam abietat, tetapi isomerisasi dengan teknik pemanasan mempunyai beberapa keunggulan yaitu proses yang lebih sederhana dan tidak menimbulkan perubahan warna pada rosin dibandingkan sebelum isomerisasi. Sedangkan isomerisasi dengan bantuan katalis asam membutuhkan banyak tahap perlakuan dan warna rosin menjadi lebih gelap dibandingkan keadaan awal sebelum isomerisasi.

ABSTRACT
Rosin is obtained from pine tree after the volatile oil or turpentine was remove. Rosin consists of 85 - 95 % resin acids and 10 - 15 % neutral components. In Indonesia rosin is usually produced from species of Pinus merkusii which has abietic acid content lower than rosin produced from China, Portugal, and America. The lower content of abietic acid could be the one of the factor causing Indonesian rosin quality to be lower than those of other country.
Mayority of resin acids formula in the rosin are isomer to each other. Consequecently, the correct isomerization process can transform the resin acid to another resin acid. It means that the acid composition of the total rosin changes.
In this experiment two isomerization techniques had been used. They are thermal isomerization and acid catalyzed isomerization, which the objective is to increase the abietic acid content. To obtain the optimum condition of thermal isomerization the variation of temperatures are use between 185 0 C to 250 ° C. Whereas in acid catalyzed isomerization the variation of catalyst concentrations were performed between 0,6 M to 1,2 M . The abietic acid content after isomerization process was measured by gas chromatography.
Experimental results show that thermal isomerization as well as acid catalysed isomerization, can increase abietic content in the rosin. Thermal Isomerization can enchance maximum abietic content 69.83 % from the initial content t 21.23 %). The optimal temperature of thermal isomerisasi can achieve by 250 C. Using the concentration of mineral acid, 1.2 M, as catalyst can inverse the maximum abietic acid content to 61.81 % from initial amount :31.82 %.
Although the two process above can increase the result of abietic content, but thermal isomerization has certain advantages over acid catalyzed isomerization . That is because the technique is simple and no color change in rosin compared to condition before isomerization. Whereas isomerization with aid of acid catalyst requires several stages of treatment and the rosin colour becames darker than the initial condition before isomerization.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alwir Darwis
"Pada hakekatnya pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, dan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pembangunan nasional, yang ingin dicapai ialah adanya keselarasan dan keserasian serta keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan kepuasan bathiniah. Sedangkan yang menyangkut pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, harus merupakan pembangunan yang merata di seluruh tanah air, bukan hanya untuk satu golongan atau sebagian kecil'dari masyarakat, tetapi untuk seluruhnya, dan benar-benar dirasakan sebagai perbaikan hidup rakyat seluruhnya.
Pemerintah berpendapat dan juga sebagian besar para ahli, bahwa untuk menyukseskan pembangunan, partisipasi masyarakat sangat diperlukan. Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat tersebut, bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Keadaan tersebut disebabkan "dalam masyarakat muncul kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda, disamping akibat melemahnya sistem komunal desa, sehingga dukungan integratif dari masyarakat sukar diperoleh" (Budi Prasaoja, 1980: 51). Oleh karena itu, demikian lanjutnya, bahwa untuk mewujudkan pembangunan diperlukan dukungan dari pemimpin kelompok yang berkepentingan yang mempunyai pengaruh. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Darwis
"Dalam perencanaan produksi diperlukan suatu Penjadwalan Induk Produksi (PIP) yang mampu mengatur pemakaian sumber daya yang terbatas dalam menghasilkan produk berdasarkan prioritas pesanan yang datang. Dalam mengembangkan suatu PIP salah satu caranya dilakukan dengan mensimulasikan komponen masukan untuk menghasilkan produk dalam jumlah dan waktu yang tepat. Adapun komponen masukan PIP yang menjadi fokus perhatian adalah: pesanan (order), bahan (material), mesin (resource), pengiriman (shipment), ramalan (forecasting), pesanan terlunda (backlog) dan persediaan (inventory). Aplikasi Simulator yang dikembangkan selanjutnya diujicobakan untuk jenis produk perabotan (meubelair). Simulator ini dikembangkan dengan menggunakan teknik pendekatan beorientasi objek. PIP yang dihasilkan dari simulator merupakan pengabungan 2 (dua) teknik yaitu Teknik Fase Waktu dan Teknik Penghitungan Kebutuhan Bersih dan Kotor. Kontribusi yang dihasilkan dari Aplikasi simulator ini adalah: dapat melakukan penyimpanan data secara simultan, tampilan data yang disajikan mempunyai informasi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan PIP yang ada di lapangan dan mempunyai fleksibilitas dalam rangka mempertimbangkan kebutuhan perubahan data di lapangan seperti penambahan komponen produk. Dari hasil uji coba dengan data di lapangan, aplikasi ini dapat memberikan masukan kepada proses perencanaan produksi dalam hal efesiensi pemakaian material, penggunaan mesin, tingkat pencapaian jumlah dan tingkat pencapaian waktu produksi. Supaya aplikasi ini dapat digunakan secara lebih aplikatif untuk perusahaan dengan skala produksi lebih besar perlu dilakukan studi untuk melengkapi data dalam hal misalnya peramalan dengan menggunakan programa liner dan optimalisasi yang ada pada riset operasi (operation research). Dan agar aplikasi ini dapat digunakan untuk berbagai jenis produk diperlukan suatu kajian yang dapat menggeneralisasi karakteristik setiap produk tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Reza Darwis
"Iklan rokok adalah iklan produk komersial yang dianggap kontroversial karena bersifat kontra produktif. Artinya, apabila rokok yang diiklankan tersebut dikonsumsi sebagaimana mestinya, justru dapat membahayakan konsumen dan lingkungan sekitarnya. Terpicu oleh tren global saat ini yang sangat memperhatikan aspek kesehatan, terutama masalah rokok, pemerintah Indonesia turut menyikapi kondisi ini dengan membuat peraturan yang mengatur keberadaan iklan rokok. Tujuannya adalah untuk menekan perilaku merokok. Ironisnya, justru perilaku merokok cenderung meningkat pada anak-anak. Bagi anak-anak, merokok dianggap sebagai simbol kedewasaan yang sering diiringi dengan mitos-mitos simbol status sosial tertentu.
Iklan, dalam perspektif komunikasi, dipandang sebagai suatu teknik penyampaian pesan suatu produk yang efektif Namun masyarakat menganggap bahwa pada umumnya teknik berkomunikasi tersebut hanya memfokuskan pada keuntungan komersial belaka tanpa ada unsur pendidikan di dalamnya. Melihat kenyataan ini, timbul pertanyaan besar mengenai ildan mendidik bagi anak-anak, terutama yang berkaitan dengan iklan rokok. Secara jelas diketahui bahwa (iklan) rokok tidak ditujukan kepada anak-anak. Tujuan praktis yang utama dan penelitian mengenai iklan mendidik ini adalah untuk menekan pengenalan (merek) rokok pada anak-anak sehingga tingkat konsumsi merokok pada anakanak dapat ditekan.
Dalam perspektif komunikasi, fungsi pendidikan periklanan mendapat bagian yang eksklusif. Fungsi pendidikan dalam periklanan ini didefinisikan sebagai suatu upaya pembelajaran bagi setiap orang untuk melindungi diri sekaligus sebagai sumber pengetahuan baru. Dalam sudut pandang masyarakat, iklan mendidik ini adalah merupakan bentuk tanggung jawab moral dan pihak pengiklan. Untuk mengetahui dan memahami fungsi pendidikan periklanan, terutama mengenai iklan rokok, maka diperlukan pendapat-pendapat beberapa pelaku sosial dari berbagai elemen masyarakat yang mewakili kepentingan anak. Para pelaku sosial ini disebut dengan stakeholder anak.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan Metode Analisis Data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan comparative method yang diharapkan agar fenomena sosial ini dapat terungkap kebenarannya. Sedangkan Metode Pengumpulan Data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada para stakeholder anak, yaitu dari lembaga kesehatan independen, para pendidik, dan orang tua.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fungsi pendidikan periklanan dalam perspektif komunikasi menurut para stakeholder anak dapat disimpulkan bersifat relatif, Artinya, fungsi mendidik dalam periklanan dalam perspektif komunikasi adalah bersifat umum bagi produk-produk yang jika dikonsumsi secara benar dapat bermanfaat bagi manusia, namun hal tersebut tidak dapat mengikat produk-produk yang sifatnya kontra-produktif seperti pada iklan rokok. Fakta ini menunjukkan bahwa fungsi pendidikan dalam iklan rokok sangat kecil perannya, jika tidak ingin disebut tidak mendidik. Hasil penelitian ini juga didasari atas pendapat para stakeholder anak yang beragam. Keberagaman pendapat tersebut membentuk tiga kelompok stakeholder anak yang dianggap sebagai representasi publik dalam memandang fungsi iklan mendidik, terutama berkaitan dengan iklan rokok. Tiga kelompok stakeholder anak tersebut adalah Kelompok Penegak, Kelompok Penengah, dan Kelompok Penerima.
Sedangkan untuk karakteristik iklan mendidik menurut para stakeholder anak adalah: 1) harus diawali dengan niat yang baik sebagai bentuk etika komunikasi periklanan; 2) teknik penyampaian iklan hanya ditujukan kepada khalayak sasarannya; 3) pesan iklan harus mengandung informasi yang benar; 4) penggunaan media iklan yang tepat kepada khalayak sasarannya. Sedangkan bagi iklan rokok, idealnya iklan rokok dilarang di semua media massa, atau setidak-tidaknya ada upaya untuk mengarah ke pelarangan secara total. Upaya lainnya adalah dengan menggunakan media khusus, tanpa mengganggu public sphere, dengan isi pesan yang abstrak sehingga diharapkan tidak mudah dipahami maksud dari iklan rokok tersebut oleh anak-anak. Jika demikian, maka perilaku merokok pada anak-anak dapat diminimalkan melalui salah satu cara yaitu dengan menekan tingkat pengenalan iklan rokok pada anak-anak.

Cigarette advertisement has been known as controversial product commercials because cigarette is contra-productive naturally. It means that, if the product consume properly, it will cost unhealthy condition for the consumer and his surroundings. Trigger by global trend to more concern about healthy and natural environment, Indonesia Government already made regulation regarding cigarette advertisement. The objective is to compress smoking-behavior in society. Ironically, after the regulation has effected, smoking-behavior on children tended to go up. For some children, smoking will make them looks more adult, and it's also added to other myths of social status symbolization like strong, cool, and macho emotions.
On communication perspective, educative advertisement function is defined as an effective message transmission technique to sell product. Unfortunately, public, as audience, looks the technique only gives financial benefit to advertisers with no concern to the public education, especially for the children. Based on this condition, educative advertisement for children who exposed by adult product commercials like cigarette advertisement has come up as a big question in public. As we all notice that the target audience of cigarette advertisement is adult people. Practically, the main objective of the research is compressing children awareness of (brand) cigarette advertisement, so smoking-behavior on children could be minimized.
Theoretically, educative advertisement function on communication perspective has an exclusive part. The function conceptually defined as an educational way for every audience to protect themselves from harmful external factors and also can be a new interesting knowledge of life. On public opinions, educative advertisement is a form of moral obligation from the advertisers. To know and understand how the educative advertisement function works, especially on cigarette advertisement, opinion from elected figure in society, who represent the children interest has been taken. The elected figure called children stakeholders.
The research used descriptive analysis with comparative method on qualitative approaches, which predicted to find a truth in social phenomena pointed. In collecting data, observation and in-depth interview technique with children stakeholders has been executed. The elected children stakeholders consist of independent health foundations, educators, and parents.
The research showed that educative advertisement function on communication perspective; from children stakeholders? opinion is relative. It means, educative advertisement function can works on every product, which give positive impact to the consumer, but it cannot works on contra-productive product, such as cigarette. The research also showed the fact that educative cigarette advertisement gives very small contribution, if we do not want to say none. Based on different opinion of children stakeholders about educative function on cigarette advertisement, public could be divided into three groups. The groups are The Fighters, The Middlemen, and The Acceptors.
Children stakeholders also gave characteristic of educative advertisement. First, it must begin from goodwill of the advertisers when planning to produce their product advertisement. Second, the message transmission technique is only pointed to the target audience. Third, the message must bring proper information to the audience. Fourth, use proper media. Special for cigarette advertisement, ideally all cigarette advertisement should be banned from all media, or at least the government ha a step strategy to total band. Others gave alternatives opinion that cigarette advertisement could be used specific or special media, which does not interfere to public sphere, and it's message has no connectivity extensively to the cigarette. Hopefully, children who exposed by the cigarette advertisement will be hard to understand the meaning of the message. If that so, smoking-behavior on children could be minimized by compressing children awareness of cigarette advertisement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Wisna Darwis
"Untuk meningkatkan efektivitas iklan diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai aktivitas mental konsumen dalam mengolah pesan iklan. Dalam teori-teori persuasi iklan, aktivitas mental ini diwarnai oleh beberapa variabel yang mengarahkan konsumen pada respon yang berbeda terhadap iklan; variabel-variabel ini adalah: tingkat keterlibatan, respon kognitif, respon afektif dan sikap terhadap iklan (Aad), yang memediasi pengaruh iklan terhadap niat membeli.
Perkembangan teori persuasi memperlihatkan dua macam landasan: dual-process model dan dual mediation model, dalam menggambarkan aktivitas mental individu dalam mengolah pesan iklan. Kelompok teori persuasi berlandaskan dual-process model berpendapat bahwa individu yang memiliki tingkat keterlibatan tinggi terhadap iklan yang diterimanya akan mengolah iklan tersebut melalui rute persuasi sentral, yaitu melalui elaborasi kognitif mendalam tentang elemen sentral iklan, yailu argumen pesan. Namun individu dengan tingkat keterlibatan rendah terhadap iklan yang diterimanya akan mengolah iklan tersebut melalui rute persuasi periferal, yaitu melalui respon afektif yang ditimbulkan oleh elemen periferal dari iklan, yaitu elemen selain argumen pesan. Sementara itu, kelompok teori persuasi berlandaskan dual mediation model berpendapat bahwa individu mengolah iklan dengan menggunakan ke dua rute persuasi, baik rute persuasi sentral maupun rute persuasi periferal.
Studi ini memandang, perbedaan pendapat di antara ke dua kelompok teori persuasi dapat dijelaskan dengan memaharni perbedaan psikologis individu, yang mempengaruhi aktivitas mental konsumen. Ilmu psikologi perkembangan memperlihatkan bahwa individu dengan kecenderungan berpikir (cognitive style) yang berbeda akan berbeda pula aktivitas mentalnya dalam mengolah informasi. Kecenderungan berpikir seseorang dipengaruhi oleh perkembangan kognisi sejalan dengan peningkatan umumya. Anak - anak muda pada umumnya memiliki kecendenmgan berpikir formal (menggunakan evaluasi kognitif), sedangkan orang dewasa lebih banyak memiliki kecenderungan berpikir postformal (mengintegrasikan ranah kognitif dan ranah afektif). Studi ini berkesimpulan bahwa model persuasi iklan sebaiknya mempertimbangkan faktor kecenderungan berpikir (aktivitas mental) konsumen.
Tujuan studi ini adalah mempelajari hubungan tampilan iklan (terdiri dari kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar) dan kecenderungan berpikir terhadap niat konsumen untuk membeli produk yang diiklankan, yang dimediasi oleh variabel-variabel tingkat keterlibatan, respon kognitif, respon afektif.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen 4 tampilan iklan X 2 kecenderungan berpikir Subyek penelitian terdiri dari dua kelompok responden. Satu kelompok adalah anak-anak SMP/SMA berumur 12-16 tahun yang diasumsikan memiliki kecenderungan berpikir formal, dan satu kelompok lainnya orang dewasa madya, berpendidikan sarjana, dan berumur 40-58 tahun, yang diasumsikan memiliki kecenderungan berpikir postformnal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek dengan kecenderungan berpikir berbeda mengolah iklan secara berbeda pula, sebagai berikut:
a. Pada subyek dengan kecendungan berpikir formal, pada tingkat keterlibatan tinggi respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan, sedangkan pada tingkat keterlibatan rendah respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan. Namun, pada subyek dengan kecenderungan berpikir postformal, respon kognitif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan, baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun rendah.
b. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir formal, pada tingkat keterlibatan tinggi respon afektif dipengaruhi oleh daya tarik gambar latar iklan sedangkan pada tingkat keterlibatan rendah respon afektif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar lklan. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir postformal, respon afektif dipengaruhi oleh kekuatan argumen pesan dan daya tarik gambar latar iklan baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun rendah
c. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir formal, respon kognitif lebih berperan dalam mempengaruhi sikap-terhadap-iklan. Pada subyek dengan kecenderungan berpikir postforrnal, selain respon kognitif, respon afektif turut mempengaruhi sikap-terhadap-iklan. Keadaan pada masing-masing kelompok subyek ini terjadi baik pada tingkat keterlibatan tinggi maupun pada tingkat keterlibatan rendah. Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah perancangan iklan dengan mempertimbangkan kecenderungan berpikir konsumen."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Darwis
"Penelitian ini bertujuan: (a) Untuk mengetahui apakah ada hubungan volatilitas antara Dinar Emas dengan Dolar AS. (b). Untuk mengetahui apakah Dinar Emas lebih stabil dari nilai tukar Dolar. (c) Untuk mengetahui apakah Dinar Emas bisa menjadi alternatif nilai tukar untuk menggantikan Dolar AS.
Adapun data yang dikumpulkan adalah data indeks harga rata-rata Emas 24 karat, indeks nilai tukar rata-rata Dolar AS dan Indeks Harga Konsumen (IIr1K) pada periode Januari 200-Juli 2006 yang diperoleh dart perkembangan harga rata-rata valuta asing dan Emas di pasaran Jakarta. Data yang diperoleh adalah perkembangan rata-rata bulanan selama tujuh tahun, mulai Januari 2001 sampai dengan tahun Juli 2006. Data time series tersebut berjumlah 67 bulan selama tujuh tahun.
Hasil perhitungan laju pertumbuhan Dolar AS secara bualanan selarna periode penelitian Januari 200-Juli 2006 menunjukan bahwa laju pertumbuhan Dinar emas per bulan lebih tinggi daripada laju pertumbuhan Dolar AS. Hasil Uji kausalitas Granger pads periode penelitian Januari 1999 sampai dengan Juli 2006 menunjukkan bahwa terjadi hubungan kausalitas searah antara harga Emas dan Dolar AS. Dart hasil uji analysis of variance (ANOVA) periode penelitian Januari 2001-Juli 2006 dapat diambil kesimpulan bahwa Dinar emas lebih stabil daft pada Dolar AS. Kesimpulannya, Dinar Emas bisa dijadikan alternatif pengganti Dolar AS karena nilainya yang stabil terhadap Rupiah."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T 17710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>