Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christian, David Alberto
Abstrak :
Kitinase adalah enzim yang menghidrolisis senyawa polimer kitin pada ikatan β-1,4 glikosidik menghasilkan monomer N-Asetil-D-Glukosamin yang terdistribusi di alam. Enzim kitinase dihasilkan oleh mikroorganisme kitinolitik, salah satunya adalah bakteri Bacillus sp. BPPTCC-2. Kebutuhan akan N-Asetil-D-Glukosamin yang memiliki berbagai fungsi dalam bidang kesehatan, mendorong permintaan akan enzim kitinase dengan kemurnian yang tinggi sebagai salah satu cara memproduksi N-Asetil-D-Glukosamin secara enzimatis yang efektif dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan enzim kitinase dengan kemurnian dan aktivitas yang baik. Purifikasi dilakukan dengan metode presipitasi dengan menggunakan garam ammonium sulfat dan enzim hasil pemurnian dikarakterisasi dengan menggunakan SDS-PAGE dan zimografi untuk melihat kemurniannya dan menentukan berat molekul kitinase serta dilakukan perhitungan aktivitas spesifik untuk melihat peningkatan aktivitasnya. Hasil karakterisasi dari enzim kitinase hasil pemurnian menunjukkan kitinase dari bakteri Bacillus sp. BPPTCC-2 memiliki berat molekul sekitar 57,6 ; 49,5 ; 42,9 dan 35,6 kDa sementara purifikasi ammonium sulfat belum berhasil memberikan peningkatan aktivitas spesifik. Aktivitas spesifik terbaik diperoleh dari ekstrak enzim kasar sebesar 93,48 mU/mg.
Chitinase is an enzyme that hydrolyze chitin at its β-1,4-glycosidic bond into its monomer, N-acetyl-D-glucosamine, which widely occurs in nature. Chitinase is produced by chitinolytic microorganism, including bacteria Bacillus sp. BPPTCC-2. Due to the increased demand of N-Acetyl-D-Glucosamine for its function as medicine, chitinase with high purity was needed as an enzymatic method to produce N-Acetyl-D-glucosamine effectively and also environtmental friendly. This study was done to obtain chitinase with high purity and also high activity. Purification was done with precipitation by ammonium sulphate salts and had been characterized by SDS-PAGE and zymography to determine its molecular mass and also measurement of its spesific activity to see the increased activity of its chitinolytic activity. The result showed that the molecular mass of chitinase from Bacillus sp. BPPTCC-2 was vary approximately about 57,6 ; 49,5 ; 42,9 and 35,6 kDa while the purification itself has not yet succeded to produce higher specific activity. The best specific activity was obtained from crude extract enzyme about 93,48 mU/mg.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian, David Alberto
Abstrak :
Apotek Safa sebagai tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker merupakan bagian dari saranan pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam hal pelayanan kefarmasian. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pekerjaan kefarmasian terdiri atas kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan. Untuk kegiatan pelayanan farmasi klinik terdiri dari kegiatan pengkajian resep, dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian dan kesehatan telah terjadi pergeseran paradigma dari pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pengelolaan obat sebagai komoditi (drug oriented) menjadi pelayanan kefarmasian yang berorientasi ke pasien (patient oriented) dengan mengacu pada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Apoteker sebagai pelaku utama pelayanan kefarmasian memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi, sesuai dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Apotek Safa, which is a place for pharmacist to do their pharmaceutical practices, is part of the proposition of healthcare and plays an important role in terms of pharmacy services. According to the Minister of Health Regulation no. 35 on 2014 about the standards of pharmaceutical services in drugstore, pharmacy practice are consisted of pharmaceutical supply management and clinical pharmacy services. Management of pharmaceuticals supplies in drugstore includes planning, procurement, receipt, storage, destruction, control, recording and reporting. For clinical pharmacy service activities are consisted of prescription assesment, dispensing, drug information service (PIO), counseling, home pharmacy care, therapeutic drug monitoring (PTO), and drug side effects monitoring (MESO). Along with the development of science and technology in the field of pharmacy and health, there has been a shift in the paradigm of pharmaceutical care from the orientation to the management of the drug as a commodity (drug oriented) into pharmaceutical services oriented to the patient (patient-oriented) in which refer to the pharmaceutical care. Pharmacists as the main perpetrators of pharmaceutical care have the authority to provide direct services and responsible to the patient associated with a pharmaceutical preparation, according to their educational competence, with the intention of reaching a definitive result to improve the quality of life of patients.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library