Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
David Saputra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis upaya membangun collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan metode pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data dengan: (1) data primer melalui wawancara mendalam dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Depok, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok, serta pihak pengembang perumahan atau stakeholders di Kota Depok yang terkait dengan permasalahan penelitian. Kemudian (2) data sekunder melalui literatur dan dokumentasi di lokasi penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok belum efektif, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) Tidak Adanya Insentif Stakeholders untuk Berpartisipasi; (2) Kepemimpinan Fasilitatif yang Tidak Efektif; (3) Desain Kelembagaan yang Kurang Inklusif; dan (4) Uncontrol Komersialisasi/ Privatisasi yang tinggi. Untuk membangun collaborative governance dalam penataan ruang di Kota Depok sulit dilaksanakan, dikarenakan pemahaman stakeholders mengenai collaborative governance yang tidak merata. Upaya membangun kolaborasi dalam penataan ruang di Kota Depok dengan: (1) Melakukan dialog tatap muka secara berkala dan berkelanjutan setiap tahun untuk memastikan suara stakeholders terwakili dalam perumusan kebijakan; (2) Membangun kepercayaan antar stakeholders dengan adanya transparansi proses dari pemerintah maupun stakeholders, adanya sikap saling membutuhkan sehingga tidak ada yang terabaikan, serta sikap keprofesionalan dari stakeholders itu sendiri; (3) Membentuk komitmen pada proses kolaborasi dengan adanya kepercayaan antar stakeholders, sikap saling memiliki dan saling ketergantungan, adanya sikap saling menghormati hingga pemahaman bersama diantara stakeholders; (4) Dukungan politik menjadi sangat penting untuk melancarkan anggaran stakeholders dan pemerintah dalam mencapai tujuan bersama; (5) Dukungan masyarakat dengan  melibatkan dan memberdayakan masyarakat menjadi inti membangun kolaborasi; (6) Ketercukupan sumber daya menjadi objek yang krusial, tanpa sumber daya yang cukup, membangun kolaborasi susah terlaksana. ......The aims of the study are to analyse efforts to build collaborative governance in spatial planning in the Depok city. This research used post-positivist approach with qualitative data collection method. The data consists of: (1) primary data were collected through in-depth interviews with Public Works and Spatial Planning Department, Development Planning Board, and the developer of housing or stakeholders in Depok related to the research problem, and (2) secondary data were collected through the literature and documentation at the research site. This research indicates that the collaborative governance in Depoks spatial planning has not been built, which is influenced by several factors: there is no incentive for stakeholders to participate, ineffective facilitative leadership, not inclusive of institutional design, and the high of uncontrol commercialization. To build a collaborative governance in spatial planning in Depok City is difficult to implement, it because understanding of stakeholders regarding collaborative governance is uneven. The efforts to build collaboration in spatial planning in Depok City can be done by: (1) Conducting regular and ongoing face-to-face dialogue for each stakeholder represented in policy formulation; (2) Building trust between stakeholders with the transparency of the parties concerned, interdependency behaviors so that none not neglected, and also professionalism of the stakeholders themselves; (3) Establish a commitment to the collaboration process with the existence of inter-stakeholders, mutual ownership and interdependence, mutual trust and mutual interest with stakeholders; (4) Political support becomes very important to strengthen stakeholders and government budgets in achieving common goals (5) Community support by involving and empowering the community becomes the core of building collaboration;  (6) The adequacy of resources becomes a crucial object, because without sufficient resources, building collaboration is difficult to implement.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes David Saputra
Abstrak :
Salah satu permasalahan utama saat dilakukan terapi intravena adalah cairan infus tidak boleh habis dan laju aliran tetesan cairan infus tetap stabil, maka diperlukan pengawasan (monitoring) terhadap aliran cairan infus secara kontinu. Namun demikian, keterbatasan jumlah perawat untuk terus melakukan kontrol terhadap pasien menjadi masalah yang kerap ditemui terutama di Rumah Sakit Umum di Indonesia. Smart Infusion adalah perangkat yang didesain untuk dapat melakukan deteksi, pengukuran, dan pengaturan kecepatan tetesan cairan infus dalam selang waktu tertentu. Perangkat ini memanfaatkan LED IR383 (λ = 940 nm, 150 mW) dan fotodioda NTE3033 sebagai detektor tetesan cairan infus, motor DC sebagai pengatur kecepatan, serta mikrokontroler ATmega16, yang terintegrasi langsung dengan perangkat komputer melalui antarmuka GUI. Pengujian perangkat Smart Infusion ini dilakukan dengan variasi densitas cairan Dextrose, variasi simpangan perangkat infus, dan variasi tingkat kecepatan tetesan. Tingkat kesalahan rata-rata perangkat ini yang hanya sebesar 2,0105% menjadikan perangkat ini layak untuk diuji coba lebih lanjut. ...... The main problems while performing intravenous therapy are both infusion solution bag must not be empty and flow of infusion solution must be stable, therefore continuous monitoring of infusion solution flow rate is needed. However, limited amount of nurses to check on each patient becomes a major issue, apparently on public hospitals in Indonesia. "Smart Infusion" is a device designed to detect, measure, and adjust the amount of infusion solution droplets per 30 seconds. The device is an integration of LED IR383 (λ = 940 nm, 150 mW) and photodiode NTE3033 as optical detector, DC motor as speed adjustment, ATmega16 as the processor, and GUI interface which allows the device to connect directly to a personal computer. Experiment of "Smart Infusion" consists of varying density of Dextrose, deviation of infusion set, and speed of infusion solution droplets. Average error rate of 2.0105% allow this device to have further experiments before being implemented.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library