Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 1 Document(s) match with the query
cover
Dear Sayidah Damanik
"Dinamika kehidupan urban di Tokyo sering dianggap dingin, individualistis, dan apatis, namun dalam serial Jepang Midnight Diner: Tokyo Stories yang tersedia di Netflix, hal itu diperlihatkan dengan cara yang berbeda, yakni hangat dan saling peduli. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana omoiyari atau kepedulian terlihat dalam interaksi para tokoh, yaitu interaksi antara Master dan Pelanggan, serta interaksi di antara para pelanggan. Melalui pendekatan konsep omoiyari menurut Kazuya Hara dan urbanisme menurut Walter Benjamin, penelitian ini menemukan bahwa omoiyari yang muncul dalam bentuk doa, dorongan, bantuan, dan dukungan dapat berperan sebagai antidot terhadap isu psikososial yang dialami oleh karakter dalam serial Midnight Diner: Tokyo Stories. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa omoiyari yang ditampilkan dalam serial ini dapat menjadi solusi untuk isu psikososial yang dihadapi oleh masyarakat urban. Peran ini dapat tercapai melalui adanya pengamat yang peka, reflektif, dan simpatik terhadap dinamika kehidupan urban yang oleh Benjamin dikenal sebagai flaneur.

The urban life dynamics in Tokyo are often seen as cold, individualistic and apathetic but in the Japanese series Midnight Diner: Tokyo Stories on Netflix they are shown differently in a way that feels warm and caring. This study aims to analyze how omoiyari or caring appears in the interactions between the Master and the customers as well as among the customers themselves. Using the concept of omoiyari by Kazuya Hara and the theory of urbanism by Walter Benjamin, this study finds that omoiyari in the form of prayers, encouragement, help, and support can act as an antidote to the psychosocial issues faced by the characters in the series. The results show that omoiyari shown in this series can offer a solution to the psychosocial challenges in urban society. This role is made possible by the presence of an observer who is sensitive, reflective, and sympathetic to urban life which Benjamin refers to as the flaneur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library