Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Desi Widariani
"Pendahuluan: Disabilitas fisik yang terjadi pada TNI merupakan masalah yang terjadi pada fisik, dan psikososial. Perubahan fisik yang awalnya memiliki tubuh yang berfungsi dengan sempurna, namun dapat terjadi disabilitas fisik karena adanya tugas kedinasan, hal ini dapat mempengaruhi konsep diri dari citra tubuh, harga diri pada TNI. Gangguan mental emosional dapat terjadi akibat disabilitas fisik, citra tubuh dan harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disabilitas fisik, citra tubuh dan harga diri dengan gangguan mental emosional. Metode: Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 75 (total sampling) disabilitas fisik pada TNI yang berada di Pusat Rehabilitasi. Data diambil mengunakan kuesioner Disabilitas fisik, Body Image Scale (BIS), Rosenberg’s selfesteem scale (RSES) dan Self Reporing Quesionnaire (SRQ) – 20. Hasil: Disabilitas fisik sebagian besar termasuk dalam disabilitas fisik tingkat 1 yakni sebanyak 57.3 %, sedangkan disabilitas fisik tingkat 2 sebanyak 40% dan tingkat 3 sebanyak 2,7%. Citra tubuh negatif yang dialami yakni sebanyak 54,7%, sedangkan citra tubuh positif sebanyak 45,3%. Harga diri positif yang dialami yakni sebanyak 80%, sedangkan harga diri negatif sebanyak 20%. Gangguan mental emosional yang dialami yakni sebanyak 46,7%. Karakteristik disabilitas fisik yakni tingkat disabilitas fisik memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional. Citra tubuh memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional dan harga diri juga memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan mental emosional. Rekomendasi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan program pencegahan kejadian gangguan mental emosional
Introduction: Physical disability that occurs in the TNI is a problem that occurs both physically and psychosocially. Physical changes that initially have a body that functions perfectly, but physical disabilities can occur due to official duties, this can affect self-concept of body image, self-esteem in the TNI. Emotional mental disorders can occur due to physical disabilities, body image and self-esteem. This study aims to determine the relationship between physical disability, body image and self-esteem with mental-emotional disorders. Methods: The design of this study uses a correlation research design with quantitative methods and a cross sectional approach. The number of respondents was 75 (total sampling) with physical disabilities in the TNI who were in the Rehabilitation Center. Data were collected using a physical disability questionnaire, Body Image Scale (BIS), Rosenberg's self-esteem scale (RSES) and Self Reporting Questionnaire (SRQ) – 20. Results: Most of the physical disabilities are included in level 1 physical disability, namely 57.3%, while physical disabilities level 2 as much as 40% and level 3 as much as 2.7%. The negative body image experienced was 54.7%, while the positive body image was 45.3%. Positive self-esteem experienced is as much as 80%, while negative self-esteem is as much as 20%. Emotional mental disorders experienced by 46.7%. Characteristics of physical disability, namely the level of physical disability has a significant relationship with mental-emotional disorders. Body image has a significant relationship with emotional mental disorders and self-esteem also has a significant relationship with emotional mental disorders. Recommendation: The results of this study are expected to be the basis for developing programs to prevent mental emotional disorders."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Desi Widariani
"Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang dihadapi anak ketika anak dirawat dirumah sakit. Keadaan ini dapat disebabkan karena pengalaman yang tidak menyenangkan anak pada saat dirawat dirumah sakit. Prosedur pungsi vena merupakan prosedur yang sering dilakukan dengan tujuan sebagai terapi medis dan juga sebagai penunjang diagnosis medis. Prosedur pungsi vena dapat menimbulkan rasa nyeri dan trauma anak sehingga menimbulkan pengalaman yang tidak menyenangkan saat dirumak sakit. Sehingga diperlukan manajemen nyeri dalam menangani nyeri anak pada saat prosedur pungsi vena. Manajemen nyeri non farmakologi dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian anak pada suatu rangsangan selain rasa nyeri pada saat prosedur pungsi vena dilakukan. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis manajemen nyeri non farmakologi dengan distraksi menggunakan virtual reality untuk mengurangi nyeri pada anak saat dilakukan pungsi vena. Metode penelitian yang digunakan adalah laporan penerapan intervensi pada 4 anak yang dilakukan pungsi vena menggunakan dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality. Hasil evaluasi yang dilakukan kepada 4 anak menunjukan manajemen nyeri non farmakologi dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality efektif dalam mengurangi nyeri pada saat prosedur pungsi vena dibandingkan tanpa menggunakan virtual reality.
Hospitalization is a crisis faced by children when the child is treated in hospital. This situation can be caused by the child's unpleasant experience while being treated in hospital. The venipuncture procedure is a procedure that is often carried out with the aim of medical therapy and to support medical diagnosis. The venipuncture procedure can cause pain and trauma to the child, resulting in an unpleasant experience when they are in the hospital. So, pain management is needed in dealing with children's pain during venipuncture procedures. Non pharmacological pain management using distraction techniques using virtual reality is a method that aims to focus the child's attention on a stimulus other than pain when the venipuncture procedure is carried out. The aim of this paper is to present the results of an analysis of non-pharmacological pain management using distraction using virtual reality to reduce pain in children during venipuncture. The research method used was a report on the implementation of intervention on 4 children who underwent venipuncture using distraction techniques using virtual reality. The results of the evaluation carried out on 4 children showed that non-pharmacological pain management using distraction techniques using virtual reality was effective in reducing pain during venipuncture procedures compared to without using virtual reality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Desi Widariani
"Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang dihadapi anak ketika anak dirawat dirumah sakit. Keadaan ini dapat disebabkan karena pengalaman yang tidak menyenangkan anak pada saat dirawat dirumah sakit. Prosedur pungsi vena merupakan prosedur yang sering dilakukan dengan tujuan sebagai terapi medis dan juga sebagai penunjang diagnosis medis. Prosedur pungsi vena dapat menimbulkan rasa nyeri dan trauma anak sehingga menimbulkan pengalaman yang tidak menyenangkan saat dirumak sakit. Sehingga diperlukan manajemen nyeri dalam menangani nyeri anak pada saat prosedur pungsi vena. Manajemen nyeri non farmakologgi dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk memfokuskan perhatian anak pada suatu rangsangan selain rasa nyeri pada saat prosedur pungsi vena dilakukan. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis manajemen nyeri non farmakologi dengan distraksi menggunakan virtual reality untuk mengurangi nyeri pada anak saat dilakukan pungsi vena. Metode penelitian yang digunakan adalah laporan penerapan intervensi pada 4 anak yang dilakukan pungsi vena menggunakan dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality. Hasil evaluasi yang dilakukan kepada 4 anak menunjukan manajemen nyeri non farmakologi dengan teknik distraksi menggunakan virtual reality efektif dalam mengurangi nyeri pada saat prosedur pungsi vena dibandingkan tanpa menggunakan virtual reality.
Hospitalization is a crisis faced by children when the child is treated in hospital. This situation can be caused by the child's unpleasant experience while being treated in hospital. The venipuncture procedure is a procedure that is often carried out with the aim of medical therapy and to support medical diagnosis. The venipuncture procedure can cause pain and trauma to the child, resulting in an unpleasant experience when they are in the hospital. So, pain management is needed in dealing with children's pain during venipuncture procedures. Non-pharmacological pain management using distraction techniques using virtual reality is a method that aims to focus the child's attention on a stimulus other than pain when the venipuncture procedure is carried out. The aim of this paper is to present the results of an analysis of non-pharmacological pain management using distraction using virtual reality to reduce pain in children during venipuncture. The research method used was a report on the implementation of intervention on 4 children who underwent venipuncture using distraction techniques using virtual reality. The results of the evaluation carried out on 4 children showed that non-pharmacological pain management using distraction techniques using virtual reality was effective in reducing pain during venipuncture procedures compared to without using virtual reality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library